Sudah seminggu terlewati pasca berakhirnya hubungan Rachel dan Leo, mereka benar-benar lost contact. Sebenarnya Rachel ingin menanyakan soal kalungnya, tapi ia malas menghubungi Leo—apalagi untuk bertemu, jika berpapasan di kampus pun Rachel kehilangan kata-kata untuk dilontarkan, mereka teramat asing.
Semua orang sudah tahu kalau pasangan yang digadang-gadang abadi di kampus itu ternyata sudah mengakhiri hubungan mereka, sad ending. Sekarang desas-desus menyebutkan kalau Leo dan Natasha berpacaran, sebab kedua makhluk itu makin intens terlihat bersama—entah di sudut kantin, di kelas, bahkan seringnya Leo datang bersama Natasha. Jadi, Rachel bisa simpulkan sendiri kalau mantan kekasihnya memang menyukai Natasha. Rachel bersyukur karena tak lagi menjadi pembatas antara Leo serta Natasha, setidaknya itu yang ia rasa.
Kali ini Rachel duduk di sudut pendopo kampus bersama dua temannya, gadis itu tampak memangku gitar yang ia pinjam dari teman kelas.
Rachel merasa hatinya lebih tenang selama beberapa hari, ia bebas tanpa kekangan lagi, meski terkadang masih aneh karena hal-hal kecil yang biasanya terjadi antara ia dan Leo ternyata sudah lenyap. Mungkin Rachel hanya belum terbiasa, pasalnya dua tahun bukan waktu yang sedikit, jadi menghapus memori juga bertahap.
Rachel memetik senar gitar, menyelaraskan nada tanpa bernyanyi, gadis itu menerawang pada langit yang tampak cerah.
"Yang jomlo nggak ada niatan cari pacar lagi?" tanya Kenta, gadis itu duduk di sisi Rachel seraya memainkan ponsel, ia meluruskan kaki.
"Cari pacar lagi! Cintaku-cintaku padamu, tak besar seperti dulu, kujadi selingkuh karena kau—" Belum sempat Aileen menyelesaikan lagunya—sudah dilempar bungkus snack oleh Kenta, dan temannya itu tertawa. "Sialan!"
"Jangan nyanyi lo, ngerusak suasana aja. Daripada nyanyi mending cariin pacar baru buat Rachel," ujar Kenta, makhluk yang dibicarakannya tak acuh dan terus memetik senar gitar.
"Kandidat utama si Raka aja," tutur Aileen, ia duduk paling tepi, sama-sama sibuk dengan ponsel.
"Raka doang? Segitu nggak lakunya Rachel." Kenta tertawa menghina, ia sampai mendorong bahu Rachel hingga temannya itu terusik.
"Kalian ngapain sih ribut sendiri," gerutu Rachel setelah sadar kalau ia menjadi bahan ghibah antara dua temannya.
"Itu si Kenta, katanya suruh cariin elo cowok baru, Hel. Buru-buru gih jadian sama Raka, si mantan aja udah move on, atau elo yang belum move on nih?" Aileen menggeser posisi duduknya hingga lebih dekat dengan Rachel.
"Apa kita suruh Raka aja biar cepet-cepet confess ke Rachel," saran Kenta.
"Ah! Benar juga tuh!"
"Sst!" Rachel menginterupsi kehebohan dua temannya, kenapa mereka harus repot sendiri—sedangkan Rachel saja tak peduli. "Gue mau pipis dulu, titip gitarnya, kalau hilang kalian yang ganti."
"Sialan, kirain ada apa," gerutu Aileen, ia membiarkan Rachel menyandarkan gitar dan beranjak. "Ya udah sana, siapa tahu ketemu jodoh lo di kamar mandi." Dua temannya terkekeh.
"Bodo amat seribu kali." Rachel turun dari pendopo, ia menghampiri koridor menuju kamar mandi, tapi sebelum sampai ke kamar mandi Rachel menemukan sosok Leo yang terlihat membagikan sesuatu pada orang-orang. Gadis itu berhenti melangkah saat Leo menghadang dirinya, Rachel sempat bergerak ke sisi lain, tapi Leo mengikuti juga hingga gadis itu mendengkus sebal. "Apa?"
"Ini." Leo mengulurkan sebuah undangan, Rachel menerimanya. "Jangan lupa datang ke acara ulang tahun Natasha."
Rachel menatap undangan itu sejenak—sebelum berganti pada Leo. Segitunya elo ke Natasha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap-Sayap Patah (completed)
RomanceSekuel of 'Danke' Romance, angst. "Terbang setinggi yang lo mau, lari sejauh yang lo bisa. Senang dikasih kebebasan, 'kan? Tapi satu hal, saat lo capek nanti--nggak usah cari tempat buat lo pulang, karena dia udah capek buat mengerti segalanya, dan...