21. Foreign to me.

2.7K 221 23
                                    

Hal yang tak biasa dilakukan Leo adalah bangun pagi, tapi hari ini dia melakukan hal itu. Pukul lima lebih Leo terbangun, ia berdiam sejenak seraya menatap keadaan kamar apartemennya yang berantakan, sebelum ini—seseorang begitu rajin membereskan kamar Leo, tapi sekarang?

Leo mengembuskan napas, jika saja ia membiarkan Natasha datang ke apartemennya—mungkin gadis itu mau berbenah, tapi Leo masih tetap tak mengizinkan Natasha datang. Ia membiarkan bayang-bayang masa lalu berkeliaran di pelupuk mata, ternyata melupa memang tak mudah dilakukan dalam beberapa hari.

Leo sebatas mengenakan boxer hitam serta kaus abu-abu saat turun dari ranjang, ia mematikan lampu kamar, menghampiri jendela, menarik tirainya. Ia membuka jendela dan bergerak melewati benda itu sebelum berdiri di balkon kamar saat irisnya melihat arunika yang menyambut.

Hanya beberapa menit ia berdiri seraya menikmati embusan napasnya, laki-laki itu kembali ke kamar, ia membiarkan jendela tetap terbuka. Leo keluar kamar menuju ruang tamu, ia meraih sebuah kotak besar dari meja ruang tamu sebelum mengambil satu per satu foto seseorang yang masih terpajang rapi di nakas. Harusnya Leo memang melenyapkan semua itu sejak lama, sekarang ia baru menyadari kalau segala sesuatu nan terhubung dengan Rachel begitu sulit membuatnya lupa.

Hanya satu foto Rachel yang tak dimasukannya ke kotak hitam itu, foto saat Rachel berdiri di antara banyaknya ilalang, view terlalu menarik untuk Leo, anggap saja foto itu menjadi salah satu jepretan yang paling menarik selama Leo mengarahkan lensa kamera.

Lukisan sketsa wajah dari Rachel juga Leo tumpuk di kotak, ia menatap ikan koi yang bernasib miris sepertinya; sendirian terus.

"Lo di sini ajalah nggak apa-apa, temenin gue," gumam Leo berbicara pada ikan koi yang sibuk berlalu-lalang di akuarium kecil sudut nakas.

Leo menyingkir menuju gudang untuk kemudian meletakan kotak berisi barang-barang tentang Rachel di sudut ruangan, sepertinya nasib benda itu akan sama seperti Rachel yang harus Leo taruh di sudut hatinya, biarkan saja tetap teronggok di sana.

"Sekarang waktunya mandi, terus pulang ke Bandung."

***

Leo meletakan kamera di dashboard, ia memasang seat belt sebelum melajukan kendaraan roda empatnya keluar dari area parkir basement apartemen. Tak banyak barang yang Leo bawa, baju pun tidak satu pun—sebab sudah banyak baju di rumah Bandung. Laki-laki itu sebatas membawa kamera, ponsel, dompet serta tubuhnya sendiri.

Lampu merah menyala di perempatan jalan membuat mobil Leo berhenti tepat di belakang zebra cross. Laki-laki itu menoleh ke kursi sisi kiri, ia tetap mendapati keadaan yang sama; kosong.
Leo mengembuskan napas berat, biasanya tempat itu akan diduduki seseorang jika mereka pulang bersama ke Bandung. Sekarang hanya butiran debu yang sudi singgah menempel di sana, miris sekali.

Leo mengepalkan tangan dan memukul kemudi. "Argh! Kenapa sih semua ini aneh buat gue!"

Ia meluruhkan kaca mobil saat kendaraan roda empat lain menepi di sebelah kanan, ia merasa familier terhadap mobil biru tua yang dimodifikasi pemiliknya, mobil Raka.

Begitu gadis di sebelah Raka meluruhkan kaca mobil, tatapan mereka bertemu, Rachel di sana bersama kekasih barunya, sedangkan Leo?

Punya pacar rasa jomlo, rasakan!

Sepersekian detik Rachel menatap sosok yang juga enggan beralih pandang darinya sampai mobil Raka kembali melaju—memutus kontak mata mereka.

Sayap-Sayap Patah (completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang