Banyak foodcourt berjejer seteiah disiapkan panitia acara—begitu ramai oleh antrian para pengunjung yang kini memenuhi area luar panggung, acara telah usai setengah jam lalu, angka jarum arloji di pergelangan tangan Leo sudah melewati pukul sebelas lebih, tapi perempuan di sebelah Leo justru seperti melupakan waktu meski malam semakin larut.
Meja serta kursi yang tak terhitung jumlahnya itu tak menyisakan tempat kosong, semua terisi penuh oleh pengunjung kelaparan usai melompat-lompat bahkan berteriak tatkala melihat band indi mereka beraksi di atas stage. Rachel sendiri sama sekali tak memusingkan sikap Leo yang sempat mengangkat tubuhnya selama acara berlangsung, kalau Leo tak melakukan itu tentu Rachel tak bisa melihat jelas band indi kesukaannya—sebab sejauh mata memandang semua orang sibuk melompat-lompat mengikuti gerakan sang vokalis seraya mengangkat tangan mereka.
Perasaan Leo selama acara berlangsung pun tak keruan, ia terus menetralkan detak jantungnya ketika Rachel seolah tak sadar diri berbuat suka-suka di sebelah cowok itu, bahkan Rachel sampai menarik tangan Leo dan mengajaknya berjoget ketika band beraliran reggae beraksi di panggung. Rachel bisa seliar itu jika mendengar musik reggae.
"Kenapa? Kok nggak dimakan? Nggak suka ya? Mau ganti? Mau makan di mana emang?" cecar Rachel panjang lebar, ia memang berjanji akan mentraktir Leo setelah acara selesai.
"Eh, enggak kok." Buru-buru Leo meraih sumpit dan memakan pasta miliknya, sedari tadi ia hanya melamun menatap Rachel begitu bersemangat menikmati makan tanpa peduli jika peluh terus saja menetes di pelipisnya.
"Serius? Kalau enggak suka mending kita ganti di tempat lain aja," tawar Rachel.
"Nggak kok, di sini aja nggak apa-apa. Ramai gini, enak." Leo menatap keadaan sekitar, waktu yang semakin larut seolah tak mengartikan perubahan apa-apa pada situasi di sana, animo pengunjung tak bisa dibendung sama sekali, euforia yang tercipta membuat Leo mengingat banyak hal di masa lalu. Mereka juga pernah seperti itu, dulu.
Meski kini terulang lagi, tapi rasanya takkan sama.
"Tolong dong ambilin ikat rambut di tas gue, terus iketin sekalian ya. Tangan gue kotor buat megang kepiting," perintah Rachel yang berhasil membuat Leo melebarkan pupilnya.
Ini serius?
"Oke." Leo meletakan sumpit, meski ragu ia tetap membuka sling bag Rachel nan tergeletak di meja. Sebuah ikat rambut merah kini beralih ke tangan Leo, ia beranjak berdiri di belakang Rachel sebelum tangannya benar-benar menyentuh setiap helai rambut halus milik Rachel yang begitu harum.
Beberapa orang mulai memperhatikan keduanya, tapi Leo tak peduli saat Rachel saja merasa begitu santai seraya menikmati makanannya, lagipula Rachel sendiri yang meminta. Kini rambut Rachel sudah Leo kumpulkan meski hanya menyisirnya dengan tangan, ikat rambut nan Leo pegang sudah berpindah posisi pada kepala Rachel.
"Makasih, kalau gini kan enggak gerah terus-terusan," tutur Rachel setelah Leo kembali duduk, "lo udah lihat foto-foto gue bareng Sarla belum? Ya ... walaupun elo juga sih yang fotoin, tapi lihat berulang nggak apa-apa kok." Tangan kiri Rachel merogoh ponsel dari saku jaket denimnya, ia mengulurkan pada Leo dan membiarkan mantannya itu menatap foto-fotonya saat bersama Sarla usai acara berakhir.
Beribu terima kasih telah Rachel lontarkan saat Leo penuh usaha agar Rachel bisa berfoto dengan Sarla di balik panggung, meski harus berdesak-desakan dengan fans lainnya hingga hampir diusir panitia karena beberapa fans tak terima setelah tak diizinkan berfoto dengan Sarla, hanya Rachel serta beberapa orang beruntung—bisa diizinkan berfoto dengan Sarla sebelum vokalis Kalopsia itu meninggalkan lokasi acara.
Malam ini Leo membuat Rachel senang berkali-kali, membuat Rachel lupa bagaimana status mereka, membuat Rachel tak ingin semua lekas berakhir.
Ibu jari Leo terus menggeser layar, semua foto yang dibidiknya tampak bagus meski hanya lewat kamera ponsel, senyumnya terukir manis menatap setiap foto itu. Bukan karena Rachel berada di sisi Sarla, tapi ekspresi yang Rachel tampilkan selalu menarik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap-Sayap Patah (completed)
RomanceSekuel of 'Danke' Romance, angst. "Terbang setinggi yang lo mau, lari sejauh yang lo bisa. Senang dikasih kebebasan, 'kan? Tapi satu hal, saat lo capek nanti--nggak usah cari tempat buat lo pulang, karena dia udah capek buat mengerti segalanya, dan...