Haloha Annyeong!
Maaf telat yaa, gw lagi kurang sehat, hehe... Author juga manusia yang bisa sakit, bukan bidadari khayangan kayak Mimi Peri. Eh!
⚠ Typo, bantu revisi. ⚠
🌟 Vote vote vote! 🌟
Happy reading! 💕💕💕***
Bang Raka
Dek, ke rumah dulu ya. Ada hal penting yang perlu gue sampein.Alex menatap malas layar ponselnya. "Gue tahu, Bang, lo mau titip Galang, kan?" sewot Alex sambil mendekatkan ponsel ke mulutnya. Bukan sekali dua kali Raka menitipkan Galang pada Alex, dan pembukaannya selalu sama. Melalui pesan yang katanya ada hal penting yang ingin disampaikan oleh Raka. Padahal tinggal bilang 'Gue titip Galang, ada keperluan yang nggak bisa ditinggal', Alex tidak akan menolak ini.
Sebagai pemimpin yang baik, Alex selalu pulang paling akhir. Ralat, masih ada satpam kantor yang akan berjaga bergantian dengan yang lain. Baiklah, Alex akan ke rumah orang tuanya terlebih dahulu untuk menjemput Galang, kemudian menjemput Diandra, dan mereka akan berangkat ke rumah sakit bersama-sama. Jalanan sore itu sangat padat. Kapan sekali Jakarta tidak macet jika bukan musim mudik? Alex sendiri tidak tahu. Ditambah lagi dengan langit yang hitam, sepertinya musim hujan akan segera tiba.
Ketika di lampu merah, Alex mengirimkan pesan pada Diandra untuk memberitahu bahwa dia akan telat menjemput. Tahu jawaban apa yang diberikan oleh Diandra? Hanya satu kata, 'oke'. Padahal sudah berstatuskan seorang istri, tapi cueknya masih saja membuat Alex mengelus dada. Sudah sedikit berkurang, tapi dalam momen-momen tertentu akan muncul kembali.
"Tisunya, Pak, ayo dibeli. Buatbsaya makan."
Alex langsung menoleh ketika jendela mobilnya diketuk oleh anak kecil. Hati Alex langsung terhenyak saat itu juga. Penampilan anak kecil itu lusuh, bajunya yang berwarna putih gading kotor dengan tanah di beberapa bagian. Rambut anak kecil itu juga lepek, dan Alex yakin, pasti baunya mantap. Wajah anak kecil itu juga terlihat lelah dengan keringat yang bercucuran. Tidak panas cuaca hari itu, tapi mungkin kelelahan karena menawarkan tisu dari satu mobil ke mobil yang lainnya. Di saat seharusnya anak itu mengenyam bangku pendidikan, tapi harus tahu bagaimana susahnya mencari uang untuk sesuap nasi.
Sempat terdiam beberapa saat, untuk sekedar menyayangkan kehidupan anak jalanan itu, Alex tersadar dari lamunannya. Dia tersenyum tipis sebelum akhirnya membawa uang dari dompet. "Tiga ya, Dek," Alex membuka jendela mobil. Anak itu memberikan tiga bungkus tisu kepada Alex, lalu kaget saat Alex memberikan selembar uang seratus ribu rupiah.
"Saya nggak punya kembalian, Pak," ungkap anak itu dengan wajah yang polos. "Nanti Bapak ke pinggir dulu aja, saya mau cari uang kembaliannya dulu."
Ketika anak itu hendak berlari untuk mencari kembalian, Alex segera menghentikan langkahnya. "Nggak usah pake uang kembalian segala. Buat kamu aja, buat beli payung. Jangan lupa makan yang enak ya." Ucapan Alex sukses membuat anak itu mematung di tempat. Tanpa siapa pun tahu, pegangan anak itu di kresek besar yang sedari tadi ia bawa kesana kemari, mengerat untuk beberapa saat. "Eh, lampu ijo tuh!" Alex menunjuk lampu rambu lalu lintas dan membuat anak itu tersadar.
"Makasih banyak, Pak. Semoga Allah mengganti dengan yang lebih besar lagi, aamiin," anak itu segera berlari menuju tepi jalan setelah tersenyum tipis kepada Alex.
Hati Alex mendadak sedih, tidak tahu sedih kenapa. Tapi yang jelas, iyla sedih saja melihat anak kecil barusan. Yang ada di pikirannya adalah, 'bagaimana jika Galang yang ada di posisi itu?'. Sakit hati Alex hanya dengan membayangkannya. Anak sekecil itu, di saat seharusnya tinggal di rumah ketika akan hujan, tapi justru sudah mempersiapkan diri untuk basah kuyup. Hinggap juga dipikiran Alex, 'bagaimana jika anaknya yang seperti itu?'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Lovely Man [Tamat]
General FictionSekuel 'Rude Beautiful Girl' Saling mencintai tidak cukup menjadi alasan rumah tangga berjalan bahagia. Pasti selalu saja ada masalah yang menguji cinta mereka. Mulai dari masalah kecil tentang kata ganti saat bicara, karena mereka biasa memakai gue...