Haloha Annyeong!
DIRGAHAYU INDONESIAKU!
SEMOGA SEMAKIN BERJAYA DAN SEMAKIN MAJU.
Semoga generasi micin, generasi nunduk, generasi milenialnya bisa bikin bangga yaa. Aamiin...⚠ Typo, bantu revisi. ⚠
🌟 Vote vote vote! 🌟
Happy reading! 💕💕💕***
Begitu Diandra masuk ke ruangannya, dia langsung disambut dengan senyum lebar dari Alex. Ketika berpapasan di depan, Chika berkata bahwa Alex sudah menunggu lebih dari satu jam. Tidak bisa dipungkiri lagi, melihat senyum Alex sekarang, sedikit mengurangi rasa lelah di bahu Diandra. Wanita itu juga ikut tersenyum sambil berjalan menghampiri suaminya. Membanting tubuh lumayan keras dengan kepala yang mendongak ke langit-langit ruang kerja.
Dengan inisiatif sendiri, Alex memijat tangan Diandra. Kini dia sudah percaya diri memiliki bakat lebih di bidang pijat memijat, terbukti dengan Diandra yang selalu minta dipijat sepulang kerja. “Kasian banget sih istri gue,” tukas Alex di sela-sela kegiatannya. Diandra hanya memejamkan mata, menikmati pelayanan dari Alex. Tapi itu tidak bertahan lama, karena dengan cepat, Alex mengakhiri pijatannya. “Beres-beres sono, entar gue pijit di rumah aja.”
Ah, benar juga, ini sudah waktunya untuk pulang. Meskipun malas, tapi Diandra tetap bergerak ke meja kerjanya. Membereskan berkas-berkas dalam satu tumpukan, lalu memasukkan barang pribadinya ke dalam tas. Dengan langkah gontai, Diandra berlalu meninggalkan Alex begitu saja. Sedangkan Sang Suami hanya menggelengkan kepala, mengekori Diandra. Alex bisa melihat Diandra bicara sebentar dengan sekretarisnya, kalau tidak salah mengenai rapat besok pagi. Diandra bekerja dengan keras, tapi yang menikmati hasilnya satu keluarga penuh. Jika bukan karena keinginan Diandra sendiri, sudah lama Alex meminta Diandra untuk berhenti bekerja saja.
“Pesen makan dari sekarang aja kali ya, Di?” tanya Alex sambil membuka ponselnya. Kini mereka sudah ada di dalam lift.
Sudah sekitar tiga hari semenjak tragedi kompor itu, dan mereka masih tidak bisa melupakan trauma masing-masing. Bisa dibilang lebay, tapi memang begitu adanya. Dan selama ini pula, sudah menjadi kebiasaan mereka untuk memesan makanan dari luar untuk mengisi perut. Jika dihitung nominalnya, memang boros. Tapi dari pada harus kehilangan rumah baru, itu tidak ada apa-apanya. Alex juga sama sekali tidak keberatan, tidak menuntut Diandra untuk belajar lebih giat tentang masak-memasak. Dia santai-santai saja, tidak merasa terbebani sedikitpun.
Tapi, justru Diandra lah yang merasa demikian. “Kayaknya gue ikut kelas memasak aja deh. Mau sampe kapan kita pesen makanan dari luar mulu?” cetus Diandra penuh keyakinan. Bahkan seharian tadi Diandra menanyakan kursus masak kepada Chika. Diketahui ada kursus masak yang tidak jauh dari kantornya. “Masih Ada waktu sebelum makan malem, bisa gue manfaatin buat belajar masak.”
Alis Alex secara otomatis langsung terangkat. Dia harus berhati-hati bicara, Diandra sedang dalam mode serius. “Lo yakin? Langsung pulang ke rumah aja lo keliatan capek banget, gimana kalo ikut kursus dulu? Gue nggak mau lo sampe sakit gara-gara kepikiran masalah perut gue. Gue bukan bocah yang mesti lo suapin nasi, gue bisa nyari sendiri.”
Diandra menghentakkan kakinya, membuat Alex langsung melipat bibirnya ke dalam. Pasti dia salah bicara. Alex hanya berdoa supaya ada orang lain yang masuk ke dalam lift itu, sehingga dia bisa selamat dari amukan Diandra. “Gue ngerti, lo pasti langsung nyari makan begitu perut lo keroncongan. Tapi ini masalah kewajiban, Ndro. Kewajiban gue buat menuhin semua kebutuhan lo.”
Alex menghela nafas panjang. Persetan masalah kewajiban, Alex tidak menuntut ini. Dia tidak meminta Diandra untuk melakukan ini itu, yang ujung-ujungnya hanya menyusahkan Diandra sendiri. Dari masih mereka sama-sama melajang, keduanya sama-sama tahu tentang kesibukan masing-masing. Alex sangat paham, Diandra dituntut untuk memimpin perusahaan besar yang di dalamnya ada puluhan tulang punggung keluarga yang mencari nafkah. Itu juga tanggung jawab Diandra sebagai penerus Pak Delon. Dia harus bisa memenuhi target setiap bulannya, tapi orang lain juga menikmati hasil jerih payah Diandra tanpa perlu bekerja keras. Diandra sudah cukup memikul beban berat, Alex tidak mau statusnya sebagai suami justru membuat Diandra semakin tertekan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Lovely Man [Tamat]
BeletrieSekuel 'Rude Beautiful Girl' Saling mencintai tidak cukup menjadi alasan rumah tangga berjalan bahagia. Pasti selalu saja ada masalah yang menguji cinta mereka. Mulai dari masalah kecil tentang kata ganti saat bicara, karena mereka biasa memakai gue...