22. Anti Pelakor

5K 310 17
                                    

Haloha Annyeong!
Thor, ini ngga bakal ada romantis-romantisnya gitu?
Mmm, gimana yaa?
Kalo tokohnya Diandra sama Alex, ide yang romantis tuh gaada aja gitu. Gatau kenapa, hehe...

⚠ Typo, bantu revisi. ⚠
🌟 Vote vote vote! 🌟
Happy reading! 💕💕💕

***

Seharian ini Alex benar-benar tidak fokus untuk bekerja. Tentu saja itu karena pertengkarannya dengan Diandra yang belum menemukan titik terang. Sama halnya dengan makan malam, sarapan mereka tadi pagi terasa begitu dingin dan hambar. Diandra kembali dalam mode diam, ketika ditanya pun tidak menjawab. Alex menyalahkan ulahnya yang tidak berpikir panjang sebelum memasukkan wanita lain ke dalam rumah mereka. Untuk mencegah hal itu kembali terjadi, Alex sudah memesan meja dan kursi yang akan disimpan di depan rumah.

Untuk kesekian kali, Alex mengacak-ngacak rambut ketika mendapati tidak ada satupun balasan chat dari Diandra. Padahal Alex sudah mengirim spam, tapi pendirian Diandra tetap kokoh. Alex ingin mengajak istrinya itu makan siang bersama, sekaligus meluruskan masalah mereka. Tapi Diandra sama sekali tidak menggubris.

“Salah lo sendiri sih, Lex, udah tahu Diandra paling sensitif kalo udah berhubungan sama lo, malah bikin masalah gede kayak gini,” sahut Carris sambil memeriksa hasil jepretannya di kamera. Ya, saat ini Alex sedang berkunjung ke studio fotografi milik Carris. Tentu saja dengan Andrian, bisa aneh jika Alex datang sendirian.

Wajah kusut Alex semakin tertekuk mendengar kalimat Carris barusan. Benar juga, Diandra paling sensitif jika Alex sudah dihubung-hubungkan dengan wanita lain. Apalagi ini Alex sendiri yang cari perkara, usai sudah.

Seharusnya Alex belajar dari kejadian-kejadian ketika mereka masih duduk di bangku SMA. Diandra bisa berubah menjadi sangat menyeramkan hanya dengan melihat Siska yang berusaha mencari perhatian Alex. Padahal Siska itu saudara sepupunya sendiri, tapi dia tidak sungkan untuk memberi pelajaran. Menggiring Siska layaknya seekor kambing, lalu membanting tubuh Siska sampai membentur pintu lumayan keras. Jika sudah seperti itu, tidak akan ada yang berani melawan Diandra. Pak Delon saja pasti angkat tangan.

“Gue nggak mikir sampe ke sana, Ris. Justru gue mikirnya gak enak diliatin tetangga kalo ngobrol di luar, makanya gue main masukin aja tuh cewek. Tahunya, malah kepergok sama bini gue.” Wajah Alex sudah sangat memelas sekarang, persis korban busung lapar yang tidak makan satu minggu penuh. Sebesar itu dampak yang diberikan oleh Diandra.

Andrian, yang sedari tadi sibuk memainkan game di ponselnya, ikut angkat suara. “Lo coba kirim kotak makan siang ke kantor Diandra. Siapa tahu itu bisa bikin dia luluh.”

Tanpa banyak berpikir, Alex langsung menggeleng. Tidak menyetujui ide bagus yang diberikan oleh Andrian. Alex pernah mencoba ide itu, menyogok Diandra dengan makanan supaya tidak marah lagi. Tapi itu sama sekali tidak berefek, tidak meruntuhkan ego Diandra sedikitpun. Makanan yang diberikan oleh Alex justru berakhir di meja kerja Chika. Diandra menyarankan sekretarisnya untuk membawa makanan itu ke rumah, mengingat Chika memiliki dua adik laki-laki yang masih kecil.

“Lo sogok pake make up sekali-kali, siapa tahu Diandra jadi tertarik,” Carris kembali bersuara, mengeluarkan apa saja yang ada di kepalanya untuk membantu Alex. Baru juga satu bulan menikah, mereka sudah terlibat pertengkaran seperti ini.

“Itu sih sogokan buat Bella,” celetuk Andrian yang sudah menyimpan ponselnya. Dia benar-benar fokus untuk mencarikan solusi supaya Alex bisa kembali berdamai dengan Diandra. Bagaimanapun juga, Andrian adalah salah satu orang yang berharap kebahagiaan Diandra dengan Alex. Mungkin lebih tepatnya kebahagiaan Diandra saja. “Tadi lo bilang Diandra lagi belajar masak?” Alex mengangguk dengan wajah kusutnya. “Lo beliin peralatan masak aja. Kayaknya Diandra bener-bener pengen bisa akrab sama dapur deh.”

Crazy Lovely Man [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang