43. Parents To Be

7.5K 343 15
                                    

Haloha Annyeong!
Mau kasih tahu aja, 2 part lagi menuju ending. Hehe...

⚠ Typo, bantu revisi. ⚠
🌟 Vote vote vote! 🌟
Happy reading! 💕💕💕

***

Seperti pagi-pagi sebelumnya, Alex selalu harus muntah-muntah di kamar mandi seperti ibu hamil. Ini sudah bulan keempat, tapi kebiasaan yang satu itu tidak hilang. Alex lemas, perutnya terasa diremas tanpa ampun. Lidahnya selalu pahit begitu bangun tidur dan langsung mengalami morning sickness. Tapi di sisi lain Alex bersyukur juga, bukan Diandra yang mengalami hal itu. Karena Alex tidak akan tega melihatnya.

“Di, peluk,” Alex beringsut memeluk Diandra yang sedang tiduran di ranjang. Ini hari libur, mereka bisa bermalas-malas sepanjang hari. “Kayaknya gue mesti diperiksa ke dokter deh, Di. Trisemester lo kan udah lewat, gue masih aja muntah-muntah kayak barusan.”

“Nanti malem aja, gimana? Hari ini kan teman-teman gue mau ke rumah.” Diandra memainkan rambut Alex, sementara lengannya dijadikan bantalan. Kasihan juga suaminya ini, selalu saja lemas sebelum kegiatan dimulai gara-gara morning sickness.

“Sorenya aja deh, ya? Nggak baik kalo keseringan keluar malem. Nanti gue didemo sama semua orang.” Alex sama sekali tidak bercanda dengan ucapannya. Mengenai kejadian dia berbohong tentang masakan hari itu, semua orang menyalahkan Alex. Mereka berbondong-bondong untuk meminta Alex menyerahkan istrinya. Katanya, biar Diandra diurus oleh para orang tua saja. Jelas alex tidak akan menyerahkan Diandra, dia tidak bisa jauh-jauh dari belahan jiwanya. “Mandi sana. Soto yang semalem gue taruh di kulkas, biar gue panasin dulu kalo mau makan.” Mendengar soto, Diandra segera bangkit meninggalkan Alex. Air liurnya sudah merembes hanya dengan membayangkan betapa lezatnya soto yang dibeli semalam.

Dan ternyata benar, Diandra langsung menagih soto ketika dia selesai mandi. Dan sekarang, Diandra sedang makan soto yang sudah dipanaskan oleh Alex di depan TV. Sementara suaminya sibuk dengan laptop. Hanya ada suara pembawa acara yang terdengar dari ruang keluarga rumah satu itu. Semua tentram dan damai, sampai terdengar batukan heboh dari Diandra. Dengan sigap, Alex segera berlari ke dapur untuk membawa segelas air.

“Pelan-pelan makannya, Di. Gue nggak bakal minta kok,” ujar Alex sambil memijat pelan tengkuk Diandra. Istrinya ini, semenjak hamil, makan sudah seperti orang tawuran. Rusuh!

Baru saja Diandra hendak menanggapi perkataan Alex, tertahan ketika ada tamu yang memasuki rumah. Itu pasti Bella dan Carris. Mereka pasti datang untuk memenuhi keinginan Diandra, bertemu dengan Calla. Saking senangnya, Diandra sampai menyimpan mangkuk soto, dan segera membuka pintu sedikit berlari.

“Jangan lari, Di, anak gue kena gempa itu,” peringat Alex setengah berteriak. Alex benar-benar diuji kesabarannya untuk menghadapi Diandra. Jadi, pantas saja bukan jika Alex khawatir bukan main setiap Diandra tidak ada di depannya? Kelakuannya saja seperti itu.

Bisa dibilang, Diandra seperti anak kecil. Mudah marah karena sesuatu hal yang sepele, keinginan yang harus dituruti, dan terkadang melakukan hal ceroboh seperti berlari. Maka dari itu, Alex meminta Bu Santi dan Bu Tari datang ke rumahnya jika dia sedang kerja. Diandra harus diawasi, kalau perlu diikat. Dan jantung Alex semakin berdegup kencang ketika Diandra datang sambil memangku Calla. Dia melotot ke arah Bella, untunglah wanita itu langsung mengerti.

“Dra, biar gue aja yang gendong. Kasihan anak lo, nanti sesak nafas di dalem.” Bella sudah berniat untuk membawa Calla. Tapi rupanya, Diandra malah mempererat pegangannya. Kemudian berlenggang untuk duduk di sofa. Bella hanya bisa menunjukkan dua jari sambil nyengir kuda kepada Alex.

Crazy Lovely Man [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang