4. Arah Yang Jelas

7.1K 459 9
                                    

Haloha Annyeong!
Sorry kemaren nggak update. Ada tamu, jadi nggak bisa ngetik. Gw kalo ngetik tuh harus sendiri, harus tenang. Hehe...

⚠ Typo, bantu revisi. ⚠
🌟 Vote vote vote! 🌟
Happy reading! 💕💕💕

***

Ketika mendengar suara derap langkah kaki yang menuruni tangga, Diandra langsung membalikkan badannya. Alex berjalan dengan wajah kantuk. Jika saja dia tidak berpegangan, pasti sudah jatuh menggelinding dari lantai atas. Diandra segera menghampiri Alex yang kini berjalan menuju arah dapur. Ketika Alex duduk di mini bar sambil minum, Diandra meletakkan ponsel pria itu dan sukses membuat Alex mengangkat alisnya tinggi-tinggi. Sudah menjadi hal yang biasa jika ponsel Alex dipegang oleh Diandra. Tiba-tiba saja perasaannya menjadi tidak enak.

Dia melirik kekasihnya itu. Meskipun wajahnya datar tanpa ekspresi, tapi Alex sangat yakin Diandra sedang tidak baik-baik saja. "Kenapa? Kok HP gue dibalikin?" Alex segera memeriksa ponselnya. Meskipun tidak ada sesuatu yang bisa membuat mereka bertengkar, tetap saja Alex perlu memastikan apa yang sebenarnya terjadi. Dan ketika melihat catatan panggilan, di sana ada telepon dari nomor yang tidak dikenal yang durasinya kurang dari 1 menit.

"Mantan lo nelpon barusan," singkat Diandra. Dia meminum sisa air yang ada di gelas Alex. Mendengar ucapan menyebalkan dari Devina sudah cukup membuat hatinya panas. Tapi Diandra perlu bersabar, biarkan saja Devina melakukan apa yang dia mau untuk sekarang. Seperti rencananya, Diandra akan membalas sampai Devina tidak bisa berkutik sepatah katapun dan menanggung malu di hadapan masyarakat.

"Mantan gue yang mana?" Alex kembali menyimpan ponselnya. Dia baru saja bangun tidur, masih kurang paham dengan perkataan Diandra. Lagipula, jumlah mantan kekasih Alex tidak sedikit. Jadi, wajar saja bukan jika dia sedikit bingung?

Tapi kini Diandra sudah memicingkan matanya. Sedikit terganggu dengan pertanyaan Alex. Mereka sama-sama tidak suka membahas wanita dan pria lain jika sudah sedang berdua. "Makanya, jadi cowok jangan murahan! Bingung kan lo mantan yang mana yang gue maksud?!"

"Asem!" dengus Alex dalam hati. Memang benar, semakin ke sini mereka sama-sama berubah menjadi lebih baik. Berusaha untuk saling mengerti satu sama lain, berusaha untuk bersikap dewasa dalam segala situasi. Tapi jika ditanya tentang lidah tajam Diandra, itu sama sekali tidak berubah. Kekasih cantiknya paling pintar membuat Alex bungkam seribu bahasa. "Ya udah, mantan gue yang mana sih, sayang?" Alex sudah melembutkan nada suaranya dengan begitu halus. Tapi yang dia terima hanya tatapan sinis dan bibir Diandra yang mengucapkan kata 'Najis!' tanpa suara. Tidak apa-apa, Alex kuat. Dia sudah biasa menerima sikap Diandra yang satu itu.

"Devina, pura-pura nggak tahu lo, kadal!" Diandra memutar badannya. Yang asalnya menghadap Alex, kini bersandar ke mini bar. Memperhatikan Galang yang masih belajar dengan penuh semangat. "Dia nawarin kerjasama. Lo bakalan dibayar kalo mau jadi pacar pura-pura dia."

"Dih, sok cantik banget tuh cewek!" Alex juga ikut kesal. "Terus, lo jawab apaan?"

"Ya gue bilang aja lo nggak akan pernah mau. Gue suruh dia buat nyari cowok lain yang lebih butuh duit." Alex mengangguk-anggukan kepalanya. Lagian, apa untungnya bagi Alex Jika dia mengambil kerja sama itu? Alex bukan orang yang pantas dikasihani dengan ditawari pekerjaan lalu beri uang sebagai upahnya. Ia kaya raya, bahkan berencana untuk mendirikan perusahaan penerbitan sendiri. "Dengerin gue baik-baik," Diandra memegang telapak tangan Alex, menimbulkan desiran aneh di dada Alex. "Jangan ngelakuin apapun buat sekarang-sekarang ini. Kalo ada yang nanya lo ada apa-apa sama dia, lo senyum aja. Kalo ada yang nanya lo masih sama gue atau nggak, bales pake senyum juga. Biarin aja si Devina mau ngarang cerita."

Crazy Lovely Man [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang