Haloha Annyeong!
Tolong bantu revisi ya kalonada typo, baik deehh...
⚠ Typo, bantu revisi. ⚠
🌟 Vote vote vote! 🌟
Happy reading! 💕💕💕***
“Gue sakit, gue dalam masalah yang gede sekarang. Dan alasannya itu lo, Diandra.”
Diandra mencoba untuk melepaskan diri lagi. Bukan karena tidak ingin dipeluk oleh Alex lama-lama, tapi dia ingin memastikan kondisi Alex. Bagaimanapun juga, secuek apapun Diandra, dia ingin suaminya itu baik-baik saja. Apalagi ketika mendengar kalimat Alex barusan, hati Diandra mencelos. “Lepasin dulu, Ndro.”
Lagi, Alex menambah lagi kekuatannya untuk terus memeluk Diandra. Semakin erat, semakin Alex tenggelam dalam luka. “Tolong, Di, bilang sama gue kalo gue nggak akan pernah kehilangan lo. Tolong, jangan pernah tinggalin gue. Karena gue nggak bisa, Diandra, gue nggak bisa hidup tanpa lo.” Alex sudah menangis sempurna. Bukan hanya pantat Diandra yang basah karena terpeleset tadi, tapi bahu kiri Diandra juga sudah basah. Karena air mata Alex. “Tolong, bilang sama gue, cuma gue yang lo cinta. Cuma gue yang lo sayang, nggak ada yang lain. Kasih tahu gue sekarang, Di.”
Kali ini Diandra menyerah. Meski ada kekuatan besar yang bisa membuat yang terlepas dari pelukan Alex, tapi Diandra lebih memilih untuk menyerah. Dia tahu, yang Alex butuhkan sekarang adalah waktu untuk mengeluarkan apapun isi hatinya. Apalagi ketika Diandra bisa merasakan bahu kirinya yang basah, Alex menangis. Dan baru saja pria itu mengatakan bahwa alasannya adalah Diandra sendiri. Momen ketika Diandra masuk rumah sakit, kembali terulang.
“Gue cinta mati sama lo, Di. Gue lebih sayang sama lo daripada sama diri gue sendiri. Lo sumber kebahagiaan gue, lo sumber kehidupan gue, tapi lo juga sumber ketakutan gue.” Seperti kata hati Alex, dia ingin menjadi egois sekali ini saja. Dia mempererat pelukannya, tidak peduli jika Diandra sesak napas. “Gue nggak tahu apa yang kalian omongin. Tapi gue bisa dengar dengan jelas, dia bilang sayang sama lo. Dan lo bilang, lo juga sayang sama dia.”
Ah, sekarang Diandra tahu apa yang menjadi alasan Alex seperti ini. Di saat mereka baik-baik saja, Alex tiba-tiba mellow, bahkan sampai menangis seperti anak kecil. Pasti semua ini karena perbincangan Diandra dan Andrian di depan toilet beberapa jam yang lalu. Bahkan Alex tidak mau menyebutkan nama Andrian, lebih memilih untuk menggunakan kata ganti. Salah paham, Alex melihat pembicaraan mereka dari sudut yang berbahaya. Tapi mari biarkan dulu Alex menangis sepuasnya.
“Gue tahu kok kalian udah sahabatan sejak lama. Gue juga tahu, pernah ada rasa lebih di antara kalian. Tapi itu cuma kejadian dulu kan, sekarang nggak ada lagi? Sekarang lo sayangnya cuma sama gue, cintanya cuma sama gue, kan? Cuma gue yang ada di--,” Alex menghentikan kalimatnya. Dan saat itu, Diandra bisa mendengar suara yang memilukan dari bibir Alex. Air mata yang keluar pun semakin deras membasahi bahu Diandra. “Lo nikah sama gue karena terpaksa ya, Di?”
Baiklah, sudah cukup.
Diandra menginjak kaki Alex tanpa ampun. Secara otomatis, pelukan mereka pun terlepaskan. Alex mengaduh begitu heboh, memegang kakinya dengan posisi berlutut di hadapan Diandra. Tidak cukup sampai di sana, diandra juga memukul kepala Alex cukup keras. Tangan kiri Alex memegang kaki, sedangkan tangan kanannya mengusap kepalanya. Mata sembab Alex menatap lurus Diandra dengan penuh tanya. Tapi Diandra justru malah mengangkat bahunya acuh.
“Gue tahu lo bego, gue juga tahu lo lebay. Tapi gue nggak tahu lo bisa sebego sama selebay ini, Alexandro.” Kemudian Diandra melipat tangannya di depan dada, dia balik menatap Alex yang sedang mengangkat kepalanya. Terlihat jelas sekali terlihat ada jejak air mata di pipi Alex. “Lo nggak akan kehilangan gue, dan gue nggak akan pernah tinggalin loh. Cuma lo yang gue sayang, cuma lo yang gue cinta, cuma lo yang ada di hati gue. Puas?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Lovely Man [Tamat]
Fiction généraleSekuel 'Rude Beautiful Girl' Saling mencintai tidak cukup menjadi alasan rumah tangga berjalan bahagia. Pasti selalu saja ada masalah yang menguji cinta mereka. Mulai dari masalah kecil tentang kata ganti saat bicara, karena mereka biasa memakai gue...