Haloha Annyeong!
Gimana? Sukak kan?⚠ Typo, bantu revisi. ⚠
🌟 Vote vote vote! 🌟
Happy reading! 💕💕💕***
Diandra benar-benar tidak bisa menjawab apa-apa. Tangannya yang menggenggam botol obat itu bergetar hebat. Kepalanya tertunduk, tidak berani menatap Alex sama sekali. Karena Diandra salah, dia mengambil keputusan besar secara sepihak padahal di dalamnya melibatkan Alex. Ya, inilah rahasia besar yang disimpan oleh Diandra rapat-rapat selama ini. Dia mengonsumsi obat pencegah kehamilan. Dan obat itulah yang membuat Diandra diare beberapa hari ini. Obat itu pula yang membuat Diandra berubah drastis.
Sementara Alex menatap Diandra dengan penuh putus asa. Dia marah, sedih, kecewa, semuanya bercampur aduk di kepala da hati Alex. Dia ingin memukul sesuatu, tapi seluruh sel di dalam tubuhnya sudah lemah semenjak mengetahui bahwa obat itu adalah obat pencegah kehamilan.
Apa yang salah jika mereka mempunyai anak? Mereka sudah sah di mata hukum dan agama, Alex juga mampu menghidupi lahir dan batinnya. Kalau Diandra memang belum siap untuk menjadi ibu, seharusnya masalah ini dibicarakan baik-baik, tidak mengambil keputusan secara sepihak seperti ini. Alex adalah suami Diandra, tapi sekarang dia merasa mereka adalah orang asing. Dimana Alex tidak berhak mengetahui apapun tentang Diandra, dia memiliki akses terbatas untuk ikut campur dengan semua urusan Diandra.
"Lo enggak mau jawab?" desak Alex. Sudah sekitar lima menit mereka saling tutup mulut. "Kalo lo belum siap buat jadi ibu, lo bisa ngomong sama gue. Karena ini menyangkut rumah tangga kita, Di, ini menyangkut gue juga. Gue nggak pernah minta buat cepet-cepet punya anak, gue pasrahin semuanya sama Maha Pencipta. Tapi lo kok malah ngambil keputusan segede ini sendiri? Tanpa nanyain ke gue, tanpa peduli pendapat gue kayak gimana."
Hati Diandra mencelos ketika mendengar ucapan Alex. Dia mengakui, dia salah. Dia juga telah mengecewakan suaminya itu tanpa ampun, dengan sesuatu yang sangat mengerikan. Tapi demi apapun, Diandra sudah berhenti mengonsumsi obat itu sejak dua minggu yang lalu. Diandra juga berniat untuk membuang obat itu sejak lama, tapi selalu lupa. Dan sekarang berakhir dengan diketahui oleh Alex. Kenapa semuanya jadi berantakan seperti ini?
Berusaha menguatkan diri, Diandra angkat suara. "Gue terpaksa pake obat itu, Ndro. Dan gue nggak bisa bilang sama lo, gue nggak mau bikin lo kecewa."
"Sekarang gue kecewa, di. gue marah! Gue bisa maklum kalo lo belum siap punya anak, gue bisa nunggu sampe lo siap. Apa pernah gue nuntut apapun itu dari lo? Nggak! Yang jadi prioritas gue adalah kebahagiaan lo, kenyamanan lo, nggak peduli gue harus berkorban segimana besar pun. Tapi lo, nggak pernah mau melibatkan gue dalam keputusan besar ini. Apa lo nggak nganggap gue sebagai suami lo, Diandra?" Ini pertama kalinya Alex marah pada Diandra. Saat Diandra masuk rumah sakit pun, Alex lebih memilih untuk puasa bicara daripada berteriak-teriak seperti sekarang. Dia kehabisan kesabaran, hatinya dihancurkan tanpa bersisa.
Alex tidak mau munafik, dia sangat menginginkan kehadiran buah hati di rumah tangga mereka secepat mungkin. Tapi sekali lagi, Alex selalu mengutamakan kebahagiaan diantara diatas segalanya. Bahkan di atas harapannya sekalipun. Usia mereka sudah cukup untuk memiliki anak, bahkan mungkin dua orang anak. Tapi di sinilah mereka, bertengkar karena obat pencegah kehamilan. Bukan karena harapan yang musnah yang membuat Alex marah besar, tapi karena Diandra yang tidak melibatkan nya untuk mengambil keputusan itu.
"Gue nganggap lo sebagai suami gue, dari semenjak ijab qobul itu. Tapi masalah keputusan ini, gue bener-bener putus asa, pikiran gue buntu. Gue berpikir nggak ada opsi lain yang lebih baik dari mencegah--"
"Dan lo sama sekali nggak mempertimbangkan pendapat gue? Gue yakin, lo tahu kalo gue nggak keberatan harus nunggu sampe bertahun-tahun lamanya, sampe lo siap punya anak. Tapi apa harus gini caranya? Gue emang orang bego, tapi gue nggak tahu kalau gue bisa dibego-begoin sama istri gue sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Lovely Man [Tamat]
BeletrieSekuel 'Rude Beautiful Girl' Saling mencintai tidak cukup menjadi alasan rumah tangga berjalan bahagia. Pasti selalu saja ada masalah yang menguji cinta mereka. Mulai dari masalah kecil tentang kata ganti saat bicara, karena mereka biasa memakai gue...