Haloha Annyeong!
Menyambut weekend!⚠ Typo, bantu revisi. ⚠
🌟 Vote vote vote! 🌟
Happy reading! 💕💕💕***
Kalau ditanya Diandra capek atau tidak, tentu saja dia sangat sangat lelah. Berdiri di pelaminan menggunakan high heels, berusaha menunjukkan senyum terbaiknya sambil bersalam-salaman dengan para tamu, belum lagi harus menghadapi satu persatu mantan kekasih Alex, itu semua menguras tenaga Diandra. Tapi di malam hari Diandra juga masih harus menghadapi Alex yang menyebalkan. Berulang kali dia mencoba membangunkan Alex, tapi pria itu justru semakin lelap. Sampai akhirnya Diandra lebih memilih untuk duduk dan mengacak-acak rambutnya.
Tidak bisa lagi menahan kekesalan, Diandra memukul wajah Alex menggunakan bantal dengan cukup keras. "Ngorok kenceng-kenceng amat sih, Ndro?!" teriak Diandra frustasi. Tapi Alex sepertinya sudah mati, Diandra berteriak di depan daun telinganya pun, dia tidak terganggu. Bukannya istirahat, Diandra malah harus marah-marah tengah malam begini.
Akhirnya dia memutuskan untuk turun saja. Dia menginap di apartemen kedua orang tuanya. Besok, baru Diandra akan pindah ke rumah baru. Dan ini kali pertama Diandra tidur satu ranjang dengan Alex. Kalau tahu Alex bisa mengorok sudah seperti suara petir, Diandra akan mendepak pria itu sebelum dia terlelap. Tidak ada malam romantis atau malam panjang tentang malam pertama mereka. Lelah mendominasi, sudah dari sejak siang mereka mendambakan nyamannya kasur. Tapi kejadiannya malah begini, membuat Diandra ingin marah. Kalau tidak ingat Alex sudah sah menjadi suaminya, Diandra sudah pasti akan menghajar Alex habis-habisan tanpa memperdulikan dosa.
"Kebangun, Teh?"
Teh hangat yang ada di tangan Diandra hampir saja tumpah ketika Neneng tiba-tiba bersuara. Wanita itu hanya bisa membuang nafas kasar untuk meminimalisir detak jantungnya. Sedangkan Neneng sudah nyengir kuda. "Iya,Alexandro tidurnya bikin emosi. Lo sendiri, kenapa belom tidur?" Diandra membenarkan duduknya. Saat ini dia sedang duduk di balkon apartemen, memperhatikan kerlap-kerlip lampu ibu kota.
Bukan hanya Neneng yang ada di apartemen Diandra saat ini. Tono dan sahabat-sahabat Diandra yang lainnya pun menginap di sana. Para pria terpaksa harus tidur di depan TV. Sudah terbiasa hidup sederhana, Neneng juga tidak keberatan tidur menggunakan kasur lantai di kamar tamu. Sedangkan Bella, Suci, serta Calla tidur di atas kasur. Mereka semua bersikeras menginap supaya bisa membantu Diandra besok paginya untuk pindahan. Jika keadaannya seperti ini, mereka sudah persis korban bencana alam.
"Tadinya haus, mau ambil minum doang. Tapi ngeliat Teteh di sini, ya Neneng mah ikutan aja." neneng sudah ikut bergabung dengan Diandra. Duduk di samping Diandra sambil meminum air mineralnya. Neneng melihat jam di ponsel, pukul dua dini hari. "Ngelihat Teteh ada di pelaminan tadi siang, Neneng teh jadi pengen nikah. Tapi sayang, yang belom ada calonnya."
Ucapan Neneng barusan terdengar lucu di telinga Diandra. Hanya dengan kalimat sederhana itu, Diandra bisa terkekeh. Dia tidak sedingin dulu, setidaknya begitu di depan orang-orang terdekatnya. Jika di depan para karyawan dan orang asing, Diandra tetaplah wanita ganas yang sebaiknya dihindari. Kepala Diandra kini melirik Neneng, gadis itu terlalu lugu. Bahkan tidak pernah sekalipun berpacaran. Tapi kalau menyukai pria sudah banyak tak terhitung. Sekedar menyukai, Neneng tidak pernah mengambil langkah yang berarti.
Tapi jika dipikirkan kembali, Diandra juga sama. Dia tidak pernah mendekati pria. Bahkan ketika memiliki perasaan khusus kepada Andrian pun, Diandra lebih memilih untuk diam di tempat. Menunggu sahabatnya untuk mengungkapkan perasaan. Tapi ternyata hari itu tidak pernah tiba, sampai Diandra bertemu dengan Alex. Syukurlah, sekalinya berpacaran, itupun dengan jodoh. Tidak pernah terbayangkan kalau pria biang kerok yang satu itu merupakan jodoh Diandra. Selama ini Diandra hanya menikmati momen kebersamaan mereka tanpa khawatirkan masa depan. Memang rencana Allah itu luar biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Lovely Man [Tamat]
General FictionSekuel 'Rude Beautiful Girl' Saling mencintai tidak cukup menjadi alasan rumah tangga berjalan bahagia. Pasti selalu saja ada masalah yang menguji cinta mereka. Mulai dari masalah kecil tentang kata ganti saat bicara, karena mereka biasa memakai gue...