11. Tentang Pelarian

5.8K 344 13
                                    

Haloha Annyeong!
Besok hari senin woey!

⚠ Typo, bantu revisi. ⚠
🌟 Vote vote vote! 🌟
Happy reading! 💕💕💕

***

Hari-hari terus bergulir tanpa permisi. Membuat setiap insan terus bersemangat untuk memperbaiki diri. Hari ini harus jauh lebih baik daripada hari sebelumnya. Mereka semua berlomba-lomba mencetak sejarah seindah mungkin untuk dikenang di masa yang akan datang. Penyesalan kemarin harus diperbaiki hari ini. Kesalahan yang sudah-sudah, jangan diulangi untuk kedepannya. Senang dan sedih sudah pasti datang di setiap menitnya. Kita hanya perlu mendengarkan hati, semua pasti akan indah pada waktunya.

Dan kebahagiaan itu semakin dekat kepada Diandra dan Alex. Tinggal menghitung jari pernikahan mereka akan segera dilaksanakan. Hari ini, mereka datang ke Jogja untuk menjemput Eyang Putri, nenek Diandra. Rumah kayu yang membuat Alex terpesona akan menjadi di tempat peristirahatan mereka untuk dua hari kedepan. Ini kali pertama Alex datang ke Jogja, ke tempat pelarian Diandra pada saat itu. Bukan berarti Alex tidak mau, tapi kesibukanlah yang menghambat Alex untuk datang ke rumah itu.

Untung saja Eyang Putri belum pulang dari pasarnya, sehingga Alex bisa dengan leluasa mengitari rumah itu. "Jadi di sini lo ngabisin lima tahun tanpa gue?" tanya Alex sambil membalikan badannya untuk melirik Diandra. Wanita itu hanya bergumam tidak jelas sambil merenggangkan tubuhnya di atas sofa. Padahal Alex tidak merasa kelelahan sedikitpun, tapi Diandra sudah tepar saja. "Kamar gue di mana?"

Mata terpejam Diandra, langsung terbuka. Dia harus segera mengantarkan Alex ke kamarnya jika mau istirahat dengan tenang. "Ikut gue," jawab Diandra sambil berjalan ke area yang lebih dalam. Kemudian Diandra berhenti tepat di depan pintu sebuah kamar. "Ini kamar lo. Gue di sini, sama Farah." Diandra menunjuk daun pintu yang tepat berada di samping kamar Alex. Pria itu tampak mengangguk-anggukan kepalanya sebagai tanda mengerti. Kamar yang akan ditempati Alex adalah kamar Diandra dulu.

Meskipun tidak ada masalah yang berarti antara Alex dan Eyang Putri, tapi Alex dilanda grogi saat ini. Memang, dulu Eyang Putri memiliki image yang kurang bagus di mata Alex karena selalu berbuat tidak baik pada kekasihnya. Tapi masalah itu sudah selesai, mereka sudah berdamai. Hanya saja Alex terbebani pada fakta bahwa dia telah menyakiti Diandra begitu dalam di masa lalu. Pasti tidak akan mudah kembali mendekati nenek Diandra.

"Lo capek banget ya, Di?" tanya Alex. Diandra hanya mengangkat bahunya acuh sambil kembali berjalan ke ruang tengah. Di sini, kedisiplinan adalah nomor satu. Diandra tidak bisa tidur jika belum bertemu dengan Eyang Putri. Bisa-bisa, Diandra diguyur air saat ia sedang lelap tidur nanti. Alex mengekori langkah Diandra, duduk di sofa panjang kemudian menyesap teh hijau yang disajikan para pekerja. "Let's we talk about our past."

"Maksudnya?" Diandra mengkerutkan keningnya. Masa lalu yang mana yang ingin Alex bicarakan? Mereka memiliki masa lalu yang begitu panjang.

"Tentang kehidupan lo di sini. Tentang gimana hari-hari lo saat mencoba kabur dari gue." Sebelum Diandra angkat suara dengan ekspresi yang tidak senang Alex kembali menyela. "Gue perlu tahu semuanya tentang lo, Di. Gue juga bakalan cerita semuanya kok sama lo. Kita nggak pernah bahas ni sebelumnya. Cuma gue ngerasa kita harus bicara ini sebelum kita jadi suami istri."

Terdengar helaan nafas kasar dari Diandra. Untuk apa menceritakan masa lalu yang sudah berakhir? Bukan berarti Diandra masih larut dalam kesedihan, hanya saja dia merasa itu tidak ada gunanya. Hanya akan membuat Alex merasa bersalah lebih dari sebelum-sebelumnya, dan Diandra tidak suka itu. Mereka hanya perlu fokus dengan pernikahan mereka yang tinggal sebentar lagi. Tapi jika Diandra tidak menuruti apa kemauan Alex, sudah pasti pria itu akan terus merengek meminta Diandra bercerita. Jadi lebih baik Diandra melakukan apa yang dia mau.

Crazy Lovely Man [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang