Haloha Annyeong!
Dari judulnya aja udah keliatan yaa, SAH!⚠Typo, bantu revisi. ⚠
🌟 Vote vote vote! 🌟
Happy reading! 💕💕💕***
Seperti yang Bella inginkan, Diandra menggunakan jasanya untuk didandani di hari pernikahannya. Tidak sekedar menyulap Diandra menjadi wanita anggun satu hari, Bella juga banyak bicara ini itu berisi tentang kehidupan rumah tangga. Diandra hanya menanggapinya dengan gumaman-gumaman kecil, karena Bella sendiri yang melarang Diandra untuk buka mulut. Dia akan membiarkan Bella melakukan apa yang diinginkan, Diandra tidak akan membantah untuk satu hari ini saja.
Ya, sekarang adalah hari pernikahan Diandra dan Alex. Setelah serangkaian proses melelahkan, akhirnya hari ini tiba juga. Dan seperti yang direncanakan dari awal, resepsi dan ijab qobul dilaksanakan di gedung yang Diandra pilih. Tentu saja dengan menggunakan uang Alex, pria itu sendiri yang menolak patungan. Dia tidak keberatan, yang ada merasa senang karena tabungannya tidak terkuras. Dari sini juga Diandra bisa mendengar riuh keramaian keluarga besar. Sayang sekali untuk sekarang dia tidak bisa menjumpai mereka satu-persatu, harus terkurung dengan Bella dalam satu ruangan.
"Lo harus tahu pendapatan Alex perbulan tuh berapa. Yang dikasih ke Alex sepuluh persen aja, sisanya lo yang pegang. Atur-atur deh tuh buat kepentingan rumah sama buat ditabung." Bella masih bisa terus berbicara meskipun sudah satu jam dia memberikan nasehat kepada Diandra. Bahkan sampai pendapatan pun dibahas. Untung saja Bella sudah sangat profesional sehingga bisa tetap fokus dengan make upnya. "Lo juga harus mau bela-belain masuk ke dapur buat nyiapin makan."
Dari sekian banyak obrolan Bella, inilah yang mendapat respon paling berarti dari Diandra. Tentang dapur, Diandra tidak yakin bisa menghandle nya. Masih ingat dengan kejadian masa bersama dengan Alex saat masih SMA? Itu benar-benar pertama dan terakhir kalinya Diandra terjun ke dapur. Diandra masih berpegang teguh bahwa kompor adalah karya manusia yang paling berbahaya. "Emang harus ya nyiapin makan buat suami gitu?"
Pergerakan Bella yang sedang memasang bulu mata untuk Diandra terhenti seketika. Selain karena Diandra sudah membuka mata, tapi Bella juga cukup terkejut dengan pertanyaan sahabatnya itu. Benar, kedewasaan Diandra jauh berada di atasnya. Tapi mengenai kehidupan rumah tangga, Diandra masih mempunyai nilai nol besar. Untuk masalah makan saja Dia terlihat ragu. "Nggak harus juga sih. Kalo misalkan Alex nggak keberatan buat makan di luar, gue rasa fine-fine aja." Diandra sudah kembali memejamkan mata, terlihat lega dengan jawaban Bella. Tapi ternyata tidak cukup sampai sana saja, Bella masih mempunyai kalimat lainnya yang harus dipikirkan baik-baik oleh Diandra. "Tapi emang lo rela suami lo makan makanan buatan cewek lain? Emang gak bakalan gampang sih, Dra, gue aja cuman bisa masak ceplok telur sama mie instan doang. Tapi ya namanya proses, udah jadi kewajiban juga, mau nggak mau kita harus turun ke dapur."
Mata terpejam Diandra kembali terbuka. Dari posisi duduknya, dia harus menengadah untuk bisa menetap Bella. Sahabatnya itu mengangkat bahu sambil tersenyum penuh arti. Tentu saja Diandra tidak akan rela jika Alex pemakan makanan wanita lain. Bagaimana kalau di dalamnya ada jampi-jampi yang bisa membuat Alex berpaling? Diandra tidak mau menjadi janda. "Tapi kan gue kerja, Bel."
"Merem lo," Bella kembali melanjutkan pekerjaannya. "Iya, gue tahu lo kerja. Tapi kan kewajiban utama lo ada di rumah. Gue ngomong kayak gini bukan mau menggurui atau gimana, gue juga masih perlu banyak belajar. Gue cuma menyampaikan apa yang mamah gue wanti-wanti pas gue mau nikah."
Kini Diandra terdiam. Apalagi jika sudah perkataan orang tua, pasti ada benarnya. Meskipun Diandra tergolong masyarakat Indonesia yang berpikir realistis, tapi jika sudah menyebutkan kata orang tua, tentu saja Diandra perlu memikirkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Lovely Man [Tamat]
General FictionSekuel 'Rude Beautiful Girl' Saling mencintai tidak cukup menjadi alasan rumah tangga berjalan bahagia. Pasti selalu saja ada masalah yang menguji cinta mereka. Mulai dari masalah kecil tentang kata ganti saat bicara, karena mereka biasa memakai gue...