31. Masakan Pertama

4.4K 271 13
                                    

Haloha Annyeong!

Pada nunggu CLM, ngga?

⚠ Typo, bantu revisi. ⚠
🌟 Vote vote vote! 🌟
Happy reading! 💕💕💕

***

Biasanya, weekend begini Alex habiskan jangan berleha-leha atau bermanja-manja ria kepada Diandra. Selesai berolahraga lalu mandi, Alex akan menikmati setiap detiknya untuk memperhatikan Diandra. Bahkan ketika Diandra berjalan mendekati pos satpam, meminta Pak Dede untuk segera memberi makan Anor, Alex selalu memperhatikan setiap langkah yang diambil oleh Diandra. Entahlah, tidak ada kata bosan untuk kegiatan Alex yang satu itu. Hobi? Boleh juga.

Tapi weekend kali ini rasanya berbeda. Seluruh sel di tubuh Alex menjadi tegang. Dia juga tidak bisa bermanja-manja ria kepada Diandra. Jangankan berdekatan, melihat Diandra saja Alex enggan. Setiap melihat siluet Diandra, Alex seperti menerima mimpi buruk. Bagaimana tidak, sejak semalam Diandra menegaskan bahwa hari ini dia akan mulai masak untuk Alex. Pasti Alex bangga, di tengah kesibukannya yang semakin bertambah, Diandra masih memiliki tekad untuk mengurus Alex sepenuhnya. Masalahnya adalah, Alex akan selamat tidak?

Dengan wajah ditekuk habis, Alex setia menunggu hidangan makan pagi disiapkan oleh istrinya. Suara spatula yang beradu dengan wajan, suara piring, dan suara pisau, semuanya memenuhi dapur. Semakin lama waktu yang Alex habiskan di meja itu, semakin hatinya berdebar tidak menentu. Alex tahu Diandra masak apa, cah kangkung, goreng tahu, dan juga sambal terasi. Alex sendiri yang berbelanja bahan-bahan itu, bergabung dengan ibu-ibu kompleks yang lainnya.

Dan ketika satu piring nasi beserta lauknya sudah ada di hadapan Alex, dia tahu ini adalah hari kematiannya.

“Kenapa lo ngeliatin masakan gue kayak gitu? Takut mati?” tanya Diandra dengan nada sinisnya. Dia sudah duduk di samping Alex, menunggu suaminya menyantap satu demi satu sendok masakannya ke dalam mulut. Ini percobaan pertama, Diandra akan terus mencoba sampai masakannya bisa disebut enak. “Gak mau makan ya, Ndro?”

“Hah?” Alex yang seperti tadi memperhatikan masakan Diandra, kini menoleh kepada istrinya. Berusaha menampilkan senyum terbaik, kemudian menggeleng. “Mau kok, kayaknya enak.” Perlahan tapi pasti, Alex menyendok makanan itu kemudian memasukkannya ke dalam mulut. Kunyahan pertama, masih baik-baik saja. Kunyahan kedua, mulai terasa enak. Tapi kunyahan ketika, Anjir! bini gue mau kawin lagi atau gimana? Ini sih garem pake kangkung!”

“Enak nggak?”

Saking asinnya, mulut Alex sampai terbuka, air liurnya merembes ke mana-mana. Ini benar-benar asin, makanan paling asin yang pernah masuk ke dalam mulut Alex. Tapi ketika melihat ekspresi Diandra saat ini, Alex tetap memaksakan diri untuk mengunyah setelah menghapus air liurnya. Diandra saja sudah mau memberanikan diri berdekatan dengan kompor, masa Alex harus menyerah gara-gara garam yang terlalu banyak ini? Diandra melakukan semua ini demi Alex, maka Alex harus melakukan hal yang bisa membahagiakan hati istrinya.

“Enak, Di. Enak banget malah.” Yang Alex ketahui, tidak apa-apa berbohong jika itu untuk kebaikan. Selain ingin menjaga perasaan Diandra, Alex juga tidak mau dipukul oleh istrinya sendiri.

Kemudian Diandra beranjak dari duduknya dengan wajah sumringah, berjalan mendekati dapur untuk ikut makan dengan Alex. Diandra membawa satu persatu lauk itu ke meja makan. Dia sangat bahagia, akhirnya bisa masak juga. Lebay sih, tapi kalau yang namanya bangga terhadap diri sendiri, boleh dong? Seorang Diandra Putri, wanita ahli karate, akhirnya bisa masak cah kangkung juga. Tapi senyum Diandra terhenti ketika Alex menahan pergelangan tangannya, Diandra hendak menuangkan lauk ke piring makannya.

Crazy Lovely Man [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang