Regret

2.6K 206 0
                                    

Ji Ra tahu Jaehyun ada di depan apartementnya saat ini, bunyi bel yang sangat menganggunya tak membuatnya membuka pintu apartementnya.

Sakit hati? Sudah jelas ia rasakan, mengingat seminggu lebih setelah pertengkaran mereka, Jaehyun hanya menganggap itu semua angin lalu dan tidak mengabari Ji Ra lagi hanya sekedar meminta maaf.

Ji Ra lelah, ingin tidur setelah seharian melaksanakan wisuda. Ji Ra sudah lulus, walau dengan nilai yang tidak begitu tinggi. Sedih rasanya. Jaehyun tidak menghadiri wisudanya, tidak seperti teman-temannya. Pacarnya dan keluarganya hadir dalam wisudanya, Ji Ra hanya didampingi orang tuanya. Membuat teman-temannya mempertanyakan kehadiran Jaehyun, yang hanya bisa Ji Ra balas dengan senyuman tipis paksaan darinya.

Sudah hampir dua jam, Ji Ra tidak bisa tidur karena Jaehyun yang tiada lelahnya tetap membunyikan bel apartementnya. Ji Ra kesal, namun kasian dan terharu karena Jaehyun masih bertahan di depan apartement Ji Ra.

Rasa egois Ji Ra kalah, karena sekarang Ji Ra sudah melangkahkan kakinya keluar dari kamar, dan membuka pintu apartementnya. Disambut dengan muka Jaehyun yang kusut namun lega karena sudah melihat wajah Ji Ra.

 Disambut dengan muka Jaehyun yang kusut namun lega karena sudah melihat wajah Ji Ra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ji Ra, I'm sorry." Jaehyun menoleh ketika terdengar pintu apartement Ji Ra yang terbuka dan dengan cepat memeluk tubuh mungil Ji Ra hingga Ji Ra kelelep dalam pelukan Jaehyun.

"Kamu ngapain kesini. Kita udah nggak ada hubungan apapun, Jae." Ji Ra berusaha melepaskan pelukan Jaehyun, namun pelukan Jaehyun semakin erat, Ji Ra tidak bisa menandingi tenaga Jaehyun.

"No! Aku nggak mau, Ra. Aku nggak mau udahan. Aku sayang banget sama kamu. Maafin aku, aku egois banget." Ji Ra merasakan bahunya yang basah, Jaehyun menangis, membuat Ji Ra kaget dengan reaksi Jaehyun.

"Jae, kamu ngapain nangis. Heh!" Ji Ra mengusap lembut rambut Jaehyun, hal yang ia sukai, membuat Jaehyun semakin mengenggelamkan kepalanya ke bahu Ji Ra.

"Ra, maaf. Aku marah sama diri aku sendiri. Aku egois, aku maunya di ngertiin terus, tapi aku nggak mau ngertiin kamu."

"Jae, udah dong."

"Enggak Ji Ra, aku salah banget udah ngomong kaya gitu ke kamu kemarin. Maaf, aku baru dateng. Dua minggu ini perusahaan aku lagi kacau, karyawan aku banyak yang ngegelapin dana perusahaan aku. Jadi aku harus turun tangan Ji Ra, buat nyari tahu dan menyelesaikan semuanya. Maaf aku udah nelantarin kamu." Ji Ra cukup terkejut dengan penjelasan Jaehyun, dia tidak menyangka bahwa alasan Jaehyun sibuk dengan kerjaaannya karena hal ini. Ji Ra jadi merasa bersalah.

"Its okay, Jae. Aku juga minta maaf, udah marah-marah sama kamu kemarin. Aku nggak tahu kalau kamu lagi ngalamin hal itu." Ji Ra mengelus pundak Jaehyun, menepuknya pelan.

"Ji Ra, maaf." Rengek Jaehyun merenggangkan pelukannya dan menatap wajah Ji Ra.

"Iya, Jae, aku maafin."

"Ra, aku nggak mau putus!" Rengek Jaehyun lagi memanyunkan bibirnya membuat Ji Ra mau nggak mau tertawa gemas, melihat Jaehyun segemas ini.

"Iya, Jae. Maafin aku juga ya."

"Enggak! Aku yang salah pokoknya, tapi kita jangan putus."

"Iya, kamu kaya bayi nggak dikasih susu deh, manja banget."

"Gapapa, aku kangen banget sama kamu, udah dua minggu nggak ketemu."

"Kok kamu tau aku di apartement? Kenapa nggak ke rumah?"

"Aku taulah aku kan punya feeling yang kuat tentang kamu."

"Yaudah ayo masuk dulu, ini kita masih di depan pintu loh, Jae." Ucapan Ji Ra membuat Jaehyun menyeret Ji Ra ke dalam apartement sambil berpelukan dan menutup pintunya dengan kakinya.

"Pokoknya aku mau dimanja kamu hari ini. Urusan aku udah selesai di kantor." Gerutu Jaehyun manja, Ji Ra hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, hari ini dia akan pusing mengurus bayi besar miliknya. 

(1) Bucin - JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang