It Hurts a Lot

1.9K 155 7
                                    

Sesuai dengan permintaan Jaehyun, Ji Ra sedang berkutat dengan panci dan kompor di hadapannya. Memanaskan sup ayam kesukaan Jaehyun sambil bersenandung kecil.

Tak butuh waktu yang lama, kepulan asap kecil dari sup ayam pertanda sup ayam tersebut telah panas. Dengan segera Ji Ra mengambil mangkuk dan menuangkannya perlahan-lahan.

"Nah, udah selesai deh!" Seru Ji Ra mematikan kompornya dan menaruh mangkuk tersebut serta nasi yang sudah Ji Ra sediakan ke meja makan.

"By." Tegur Jaehyun tiba-tiba membuat Ji Ra refleks menoleh ke arah belakangnya.

"Kok kamu belum mandi, Jae?" Tanya Ji Ra bingung, sedangkan Jaehyun mengabaikan pertanyaan Ji Ra dan menunjukkan sebuah botol obat kecil di tangannya.

"Ini, apa?" Ji Ra sangat terkejut melihat benda yang berada di tangan Jaehyun.

"Kamu nemu ini dimana?" Tanya Ji Ra sambil berusaha menutupi kegugupannya.

"Ra, jawab aku! Ini apa?" Ucap Jaehyun lagi sambil menatap Ji Ra tajam, cukup membuat Ji Ra ciut dan menundukkan kepalanya.

"Ini pil pencegah kehamilan, Ra. Kamu minum ini, Ra?" Tanya Jaehyun lagi dengan nada menuntut.

"Jae, maaf." Hanya ucapan itu yang dapat keluar dari mulut Ji Ra, bahkan untuk menatap mata Jaehyun sekarang Ji Ra sudah tak sanggup lagi.

"Kenapa, Ra? Kamu tahu aku suka banget sama anak kecil. Kamu tahu aku ke pengen banget punya anak secepatnya. Dan kamu juga tau, aku mau anak perempuanku nanti secantik kamu dan anak laki-laki yang bisa ngejaga kamu dan saudara perempuannya nanti. Kamu tau semua mimpi aku, Ra." Mata Jaehyun berkaca-kaca, jujur Jaehyun sangat kecewa mengetahui faktanya bahwa Ji Ra mengonsumsi pil pencegah kehamilan. Nyatanya, hanya dia yang ingin memiliki anak, sedangkan Ji Ra tak menginginkan hal itu.

"Jae, maaf. Aku mohon, jangan marah. Aku bisa jelasin." Omongan Jaehyun justru menimbulkan isakan tangis dari Ji Ra, ia tau Jaehyun sangat kecewa sekarang dengan dirinya.

"Aku nggak marah, Ra. Aku kecewa. Kenapa kamu nggak bilang dari awal kalau kamu nggak mau punya anak? Jadi aku nggak perlu berharap lebih sama impianku sendiri."

"Jae, aku bukannya nggak mau punya anak. Aku cuma belum siap. Aku takut nggak bisa jadi ibu yang baik nantinya, aku takut nggak bisa merawat dan mendidik anak aku sebagaimana ibu yang baik. Aku takut nggak bisa jadi teladan buat anak-anak aku. Aku takut, Jae." Jelas Ji Ra menatap Jaehyun, membuat Jaehyun memalingkan wajahnya. Tak sanggup melihat Ji Ra menangis seperti sekarang, namun ego-nya jauh lebih besar dengan membiarkan Ji Ra menangis terisak di hadapannya.

"Terserah kamu sekarang, Ra. Aku akan ikutin maunya kamu." Ucap Jaehyun dingin dan membalikkan badannya untuk pergi, namun tangan Jaehyun ditahan oleh Ji Ra.

"Jaehyun, maaf. Aku minta maaf, aku tau aku salah tapi tolong jangan kayak gini."

"Ra, aku butuh waktu. Tolong jangan ganggu aku dulu. Dan maaf, kalau mimpi yang aku punya justru memberatkan kamu." Ucapan Jaehyun yang terakhir sebelum akhirnya Jaehyun memilih untuk pindah kamar ke kamar tamu.

Bukan maksud Jaehyun untuk bersikap kekanak-kanakan, tapi Jaehyun sangat kecewa, dan yang lebih mengecewakan adalah fakta dimana Ji Ra lah penyebab kekecewaan hebatnya saat ini. 

(1) Bucin - JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang