Scared

1.1K 116 8
                                        

"Selamat pagi, pak." Tegur sang sekretaris ketika Jaehyun berada di depan pintu ruangan kerja miliknya. Jaehyun hanya tersenyum sebagai balasannya dan langsung memasuki ruang kerja miliknya.

"Eh orang sibuk udah dateng." Ucap seorang lelaki yang sudah sedaritadi berada di ruangan Jaehyun, membuat Jaehyun terkejut melihatnya.

"Ck, bisa nggak sih lo jangan anggap ruangan ini milik lo." Ketus Jaehyun tak memperdulikan pria di hadapannya dan langsung duduk di kursi kerja miliknya.

"Sorry deh pak boss, kusut bener tuh wajah." Ucap lelaki itu lagi.

"John, shut up! Lo ngapain ke sini?" Tanya Jaehyun yang muak dengan wajah Johnny yang menatapnya dengan wajah tak bersalah.

"Anak – anak pada kangen, pengen ngajak lo kumpul. Lo sombong banget di chat nggak dibales. Yaudah gue samperin ke sini aja." Jelas Johnny.

"Nggak sepagi ini juga, John. Gue mau kerja." Ujar Jaehyun dengan nada datarnya. Mood Jaehyun pagi ini sangat buruk, ditambah kedatangan Johnny yang membuat dia semakin malas.

"Ada apa sih? Kusut banget gue liat – liat. Cerita lah. Gue dengerin, mumpung gue lagi nggak sibuk, nggak ada jadwal pemotretan."

"Kalau lo sampe kusut kaya gini, pasti tentang Ji Ra kan? Cuma dia yang bisa buat dunia Jung Jaehyun terombang – ambing." Kekeh Johnny lagi, temannya yang satu ini memang bucin garis keras terhadap istrinya.

"Gue di usir dari kamar, John. Nggak boleh tidur sama dia. Udah semingguan ini. Katanya permintaan anak gue. Gila aja, nggak mungkin banget kan? Akal – akalan Ji Ra aja. Dia pasti udah nggak sayang lagi sama gue, John." Ucap Jaehyun tiba – tiba dengan wajah sendunya.

"Heh, apaan si lo." Tegur Johnny membuat Jaehyun semakin ingin menangis.

"John, istri gue jahat. Dia udah nggak sayang sama gue lagi. Dia lebih sayang sama anak gue daripada suaminya sendiri." Curhatan Jaehyun membuat Johnny geli sekaligus lucu. Jaehyun yang ia kenal adalah pribadi yang dingin, bukan lembut dan manja seperti ini.

"Duh, Jae, dengerin gue ya! Itu istri lo lagi ngandung anak lo, buah hati lo, hasil dari perbuatan lo. Lo aneh banget sih, cemburu sama anak sendiri."

"Lagian namanya ngidam ya begitu, agak aneh memang. Daripada dia ngidam meluk Taeyong? Mending dia ngidamnya nggak mau tidur sama lo." Lanjut Johnny lagi sambil menggaruk kepalanya, bingung juga caranya ngejelasin ke Jaehyun. Apalagi dia belum pernah nikah dan menghadapi ibu hamil yang lagi ngidam sebelumnya.

"Jangan dong! Gue getok kepala Taeyong kalo istri gue ngidam meluk dia. Enak aja, gue aja mau meluk dia susah payah." Gerutu Jaehyun, tak bisa membayangkan apabila Ji Ra punya permintaan untuk meluk Taeyong.

"Tapi kan, John, kandungannya udah mau mendekati hari kelahiran. Gue takut kalau tiba – tiba dia butuh gue disampingnya dan gue nggak ada, gimana? Kalau dia tiba – tiba mau melahirkan, gimana?" Keluh Jaehyun lagi. Semakin mendekati hari kelahiran Ji Ra, bukan hanya Ji Ra yang dihantui rasa ketakutan, Jaehyun pun begitu. Dirinya sangat takut dengan kemungkinan – kemungkinan buruk yang bisa terjadi kepada istri dan kedua calon anaknya.

"Jae, percaya sama gue, asalkan lo selalu ada di dekat dia 24 jam pun nggak akan terjadi apa – apa sama istri dan calon anak lo. Lagian cuma beda kamar kan? Lo juga masih bisa mantau istri lo."

"Kalau gue kangen, gimana? Gue kan nggak bisa tidur kalau nggak meluk Ji Ra, John. Udah seminggu tidur gue nggak jelas, gue nggak bisa tidur sama sekali." Penjelasan Johnny tentu saja tak membuat Jaehyun puas. Pada intinya Jaehyun tak bisa berada jauh – jauh dari istrinya. Bucin Indeed.

"Pusing deh kepala gue liat lo, Jae. Padahal niat gue ke sini buat ngunjungin lo, malah disuruh ikutan mikir urusan rumah tangga lo." Johnny jadi ikutan mengeluh, sakit juga kepalanya di suruh mikirin urusan rumah tangga orang lain.

"Makanya lo nikah, biar lo rasain kebimbangan yang gue rasain." Timpal Jaehyun membuat Johnny hanya memutarkan kedua bola matanya, tak perduli dengan ucapan Jaehyun barusan.

"Jae, handphone lo geter tuh, ada telpon." Ucap Johnny yang menatap ponsel Jaehyun yang sedaritadi menandakan ada panggilan masuk ke ponsel itu.

"Hallo, bang, ada apa?"

"Jae, lo dimana? Istri lo, nih-"

"Ji Ra kenapa, bang?" Ucap Jaehyun panik, belum sempat Henry menjelaskan, Jaehyun sudah memotong pembicaraannya.

"Ji Ra kepleset di kamar mandi, Jae. Gue lagi bawa dia ke rumah sakit. Lo bisa ke sini kan? Ntar gue share location." Ucapan Henry di sebrang sana membuat badan Jaehyun lemas.

"Jae, lo denger gue, kan?"

"Iya bang, gue ke sana sekarang." Ucap Jaehyun mematikan sambungan telponnya dan meletakkan ponselnya di meja kerja.

"John, anterin gue ke rumah sakit. Ji Ra kepleset dari kamar mandi, John. Kaki gue lemes banget, gue nggak bisa nyetir mobil." Pinta Jaehyun membuat Johnny mengangguk.

"Ayo, gue antar. Kalau lo yang bawa, kita berdua bisa masuk rumah sakit bareng Ji Ra."

"Tuhan, tolong selamatkan istri dan kedua anakku." Batin Jaehyun berdoa dalam hatinya. Ia sangat takut sekarang. Ketakutannya selama ini entah kenapa menjadi nyata.

Jaehyun tak mau kehilangan kedua calon anaknya yang sudah lama ia tunggu, terutama kehilangan Ji Ra, istri yang ia cintai seumur hidupnya. Ia tak mau ketakutannya selama ini menjadi kenyataan. Jaehyun tak mau hal itu terjadi. 

(1) Bucin - JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang