Grant Your Wish

2.1K 159 11
                                    

Menemukan keberadaan Ji Ra hal yang sangat mudah bagi seorang Jung Jaehyun. Dengan kekuasaan yang ia miliki, ia bisa saja dengan mudahnya menemukan Rumah Sakit tempat Ji Ra di rawat.

Namun untuk menemui Ji Ra saat ini, itulah hal yang Jaehyun tak bisa lakukan. Ia hanya bisa memandangi wajah Ji Ra dibalik kaca kecil di depan ruangan kamar Ji Ra. Terlihat di dalam sana Henry dan Ji Ra sedang tertawa kecil.

Jaehyun malu dengan dirinya sendiri, ia lebih menuruti egonya dibandingkan mendengarkan penjelasan Ji Ra. Jaehyun benar-benar tidak akan memaafkan dirinya sendiri, jika benar-benar terjadi sesuatu kepada Ji Ra.

Setengah jam memandangi wajah Ji Ra dari jauh, cukup membuat Jaehyun lega. Ji Ra baik-baik saja, setidaknya yang bisa Jaehyun simpulkan dari senyuman manis milik Ji Ra di balik bibir pucatnya saat ini.

"Ngeliatin adek gue dari jauh nggak buat dia langsung sembuh. Masuk sana." Teguran seseorang membuat Jaehyun tersentak dari lamunannya dan menoleh ke arah orang yang menegurnya tadi.

"Buruan, sebelum gue berubah pikiran." Ucap Henry lagi, membuat Jaehyun tak menyia-nyiakan kesempatan itu dan bergegas masuk ke dalam ruangan Ji Ra.

"Jae, kamu udah dateng?" Ucap Ji Ra dengan suara lemahnya.

"Kamu udah makan belum? Pasti belum kan? Aku udah suruh Abang keluar beliin makanan buat kamu." Bahkan disaat Jaehyun sudah menyakiti hatinya, Ji Ra masih tetap peduli dengan kondisi Jaehyun.

"Jae, kok diem aja? Kamu masih marah ya? Maaf ya, aku tau aku salah. Aku nggak jelasin ke kamu, seharusnya kita saling terbuka, tapi aku malah nyembunyiin ini semua dari kamu."

"Nggak, Ra. Aku nggak marah." Ucap Jaehyun dengan suara seraknya, berusaha menahan air mata yang ingin keluar dari bola matanya.

"Maafin aku ya, aku nggak mau dengerin kamu dulu. Aku bikin kamu sakit kaya gini, aku nggak bisa jagain kamu dengan baik. Aku nggak becus jadi suami buat kamu." Mendengar suara serak Jaehyun, Ji Ra langsung mendudukan dirinya dan memeluk Jaehyun erat. Tak sanggup mendengar suara Jaehyun.

"Iya, gapapa, nggak sepenuhnya salah kamu. Aku salah, kamu juga salah, nggak ada yang benar." Menepuk pelan kepala Jaehyun dan mengelus rambutnya, sudah dua minggu ia tak melakukan hal ini. Ji Ra rindu melakukan aktivitasnya ini.

"Kamu istirahat lagi, masih sakit jangan sembarangan." Ucap Jaehyun sambil melepaskan pelukannya dan menuntun Ji Ra agar kembali tiduran di kasur.

"Jae, aku masih kangen, peluk lagi." Rengek Ji Ra tak terima ketika Jaehyun berusaha membuatnya kembali tidur di kasur.

"Nanti pelukannya kalau kamu udah sembuh, bebas sebebas-bebasnya sampai kamu puas. Sekarang kamu istirahat dulu."

"Kata dokter kamu sakit apa? Aku tadi belum sempet nanya ke dokter yang nanganin kamu." Jaehyun memainkan jari-jari tangan Ji Ra dan mengecupnya sesekali, hal yang sering ia lakukan.

"Aku nggak sakit apa-apa kok, cuma dedeknya agak rewel aja." Ucap Ji Ra menatap Jaehyun sambil tersenyum manis.

"Ohh–eh?" Ucapan Jaehyun terhenti dan menatap Ji Ra yang balik menatapnya dengan tatapan hangat.

"Dedeknya rewel?" Ucap Jaehyun bingung, sedangkan Ji Ra semakin tersenyum lebar.

"Iya, dedeknya rewel, jadi mamanya ikutan sakit karena dedeknya rewel." Jelas Ji Ra membuat Jaehyun menatapnya bingung.

"So you're pregnant?" Ucap Jaehyun tak yakin dengan ucapannya.

"Yeah, you are going to be a great daddy!" Seru Ji Ra senang, impian Jaehyun terkabul.

"By, serius?"

"Iya serius."

"Pasti kamu bercanda kan? Hayo jangan bercanda, masih sakit loh kamu by."

"Apa sih, Jae? Aku nggak bercanda."

"Prank kan? Buat youtube channel kita? Kamera mana kamera." Ucap Jaehyun dengan rusuhnya mencari di sekeliling kamar Ji Ra, mencari kamera tersembunyi.

"Sumpah reaksi kamu lucu banget sih, Jae. Aku serius, doa kamu selama ini terkabul, Jae."

"Tapi – bukannya kamu minum pil itu?"

"Aku juga bingung awalnya, then I ask the doctor, dokter bilang nggak menutup kemungkinan aku bisa hamil, walaupun kemungkinannya sangat kecil. Tadi juga udah di check kok, dedeknya sehat." Jelas Ji Ra membuat Jaehyun tak bisa lagi menahan tangisannya. Air matanya berlomba-lomba turun di pipinya.

"By, aku seneng banget! Aku nggak tau harus gimana, air mataku nggak mau berhenti." Tangis bahagia Jaehyun menular kepada Ji Ra yang sekarang tengah ikutan menangis terharu.

"Aku sempet ragu, apakah aku bisa jadi istri sekaligus ibu yang baik buat kalian. Tapi, semenjak aku tau ada nyawa di dalam tubuh aku, aku harus siap. Tuhan udah nitipin anugerah terindahnya ke aku."

"By, aku cuma bisa bilang makasih. Makasih udah mau wujudin impian aku, bahkan kata makasih aja nggak cukup. Aku gemeteran ini, by. Aku masih nggak percaya. It feels strange. Impianku tiba-tiba terwujud, aku nggak ada persiapan apa-apa."

"Just be a good husband and dad. That'll be enough for us." Ucapan Ji Ra terakhir sebelum Jaehyun mendaratkan kecupan bertubi-tubi di seluruh wajah Ji Ra, dan yang terakhir kecupan hangat di perut Ji Ra yang sudah menunjukkan benjolan kecil. Membuat Jaehyun kembali menangis terharu.

"Be good to your momma, ya sayang? Daddy bakalan berusaha jagain kalian dan bahagiain kalian ya." Bisik Jaehyun yang masih bisa Ji Ra dengar, membuat hati Ji Ra ikut menghangat mendengarnya.

"Mereka udah dua bulan dan aku nggak sadar sama sekali. Berarti waktu kita berantem, mereka udah ada."

"Aku jadi nyesel lagi kan udah marah sama kamu, aku nggak memberikan contoh yang baik ke dedek." Ucapan sedih yang keluar dari mulut Jaehyun membuat Ji Ra menarik pipi Jaehyun.

"Udah nggak usah dibahas, yang penting sekarang kita harus jaga si dedek sama-sama." Jaehyun mengangguk tanda setuju.

"Once again, thank you my wife." Bisik Jaehyun dan kembali mengecup kening Ji Ra hangat. 

(1) Bucin - JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang