Prolog

14.2K 677 27
                                    

Discalimer :

Naruto : Masashi Kishimoto

Happy Reading 😉






Berdiri sendirian tanpa ada yang menemani di sudut ruangan Ballroom hotel berbintang di salah satu pusat kota Tokyo, wanita berparas cantik dengan surai indigo tergerai indah hingga sepinggang terlihat diam dalam suasana keramaian dimana semua tamu undangan begitu menikmati pesta yang di gelar mewah tapi dia tidak. Raut wajahnya begitu sendu, tak ada rasa kebahagian terpancar.

Sebelum pergi ke pesta dia sudah menyiapkan diri serta hati tapi saat datang dan melihat pria itu tersenyum bahagia bersanding dengan gadis lain, hatinya hancur tak kuat menahan rasa sakit.

Walau sudah sekuat tenaga berusaha menampilkan senyuman lebar demi menutupi luka hati. Tapi tetap saja hati terasa getir bahkan semakin sakit jika memandang pria bersurai kuning berbalut tuxedo hitam itu berdiri di atas panggung bersanding mesra bersama wanita berparas cantik pemilik surai indah seperti warna musim semi tersebut.

Setetes air mata terbit di ujung mata namun segera di hapus seraya membuang muka enggan melihat ke arah panggung.

Alunan musik klasik yang dimainkan memang terdengar merdu tapi bagi dia itu seperti iringan musik pemakaman akibat perasaan hati yang sedang buruk juga patah hati.

"Mari bersulang untuk kedua mempelai." Teriak lantang seorang pria tampan bersurai cokelat dengan garis merah di kedua pipi dimana langsung di sambut meriah para tamu undangan dengan ikut mengangkat tinggi gelas.

Mengarahkan gelas kristal berisikan wine putih kepada kedua mempelai disertai senyuman lebar. "Semoga pernikahan kalian bahagia dan memiliki banyak anak." Ucapnya penuh harap kemudian menengguk cepat wine di gelasnya hingga habis di ikuti para tamu undangan lainnya sebagai bentuk penghormatan juga ikut berbahagia.

Ucapan kuno itu menimbulkan reaksi pada kedua mempelai yaitu tersenyum bahagia. Para tamu undangan lainnya bersorak gembira membuat suasana semakin meriah.

Namun, gadis cantik ini berdiri diam dengan bulir-bulir air mata membasahi pipi dimana sejak tadi terus di tahan namun pada akhirnya jebol juga.

Betapa menyedihkan, memilukan juga merasa menjadi orang paling bodoh berada di tengah-tengah pesta pernikahan mantan kekasih dengan sahabat baik dia sendiri.

"Minumanya, Nona." Tawar salah satu pelayan sopan menghampiri dengan satu nampan penuh berisikan berbagai macam minuman aneka warna serta rasa.

Segelas minuman berwarna orange dengan buah cherry segar di pinggir gelas di pilihnya asal. Mata seindah bulan itu masih betah memandangi sang mempelai pria sambil menengguk minuman di tangan hingga habis tak tersisa.

Tak ada hal aneh terjadi pada gadis manis bermahkota indigo ini selang semenit kemudian rasa pusing tiba-tiba mendera saat melangkah tubuhnya oleng.

Tangan mugilnya meraba-raba tembok mencari pegangan takut jatuh karena merasa sedang mengalami gempa seorang diri melihat semuanya bergoyang-goyang.

Merasa tak kuat berjalan lagi.

Hal hasil dia memilih duduk berjongkok di dekat sebuah pot besar tak jauh dari pintu masuk Ballroom hotel. Orang-orang di sekitar hanya diam memandang tak berniat membantu bahkan sebagian dari mereka malah bergosip ria membicarakan.

Dia sekarang dalam kesusahan dan butuh pertolongan bukan sedang melakukan pertunjukkan dimana terus di tonton bahkan tak sedikit orang mencerca.

Air mata turun deras layaknya air terjun membasahi pipi, bibir di gigit kuat agar isakan lirih dari mulut tak terdengar orang lain.

Imajinasi liar dari pikirannya tiba-tiba muncul melintas di otak dimana berharap seorang Pangeran tampan berkuda putih datang menolong seperti adegan anime favorit masa kecilnya dulu.

Tapi hal seperti itu hanya terjadi dalam cerita dongeng semata dimana Pangeran akan selalu ada untuk menolong sang Tuan Putri dari tangan para penjahat dan memang seperti itulah cerita dirancang oleh sang penulis sedangkan untuk dia, tak akan pernah ada Pangeran dalam cerita hidupnya. Namun siapa sangka kalau Tuhan memberikan sebuah keajaiban luar biasa.

Sekian ratus tamu undangan yang hadir dari kalangan atas, kaum jetset, satu di antara mereka datang menghampiri mencoba memberi pertolongan setelah sejak tadi diam mengamati.

Pria tampan berbalut jas hitam berdiri tepat di belakang gadis tersebut.

"Nona

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nona. Apa Anda baik-baik saja?" pemuda ini bertanya cemas.

Sosok gadis berbalut longdress itu begitu menarik perhatian, duduk berjongkok sendirian di dekat pot kembang seperti anak hilang di tengah keramaian.

Wajah berantakan, pipi basah, mata memerah bengkak tak memperdulikan tampilan dia menoleh, iris seindah bulan miliknya menatap bingung sekaligus heran pemuda tampan berjas hitam di dekatnya. "Anda siapa?" dia balik bertanya dengan nada sesenggukkan akibat menangis.

Tubuh pria ini diam mematung sesaat seolah kaget melihat gadis asing ini namum kemudian tersenyum sambil mengulurkan tangan. "Jangan menangis disini. Ayo berdiri."

Menggelengkan kepala, kedua pipinya memerah bukan karena malu tapi efek dari minuman tadi." Kepalaku sangat pusing dan sulit untuk berjalan."

Pria asing ini menaikkan satu alis kemudian tersenyum. "Baiklah."

Kedua tangan pemuda itu diselipkan diantara ke dua paha gadis tersebut lalu mengangkatnya dimana cukup berat sesuai perkiraan.

Dari kejauhan para gadis mulai memperhatikan dengan wajah super kaget, penuh iri, kesal dan cemburu melihat pemuda dari keluarga Uchiha menggendong seorang gadis yang di sinyalir bernama Hinata Hyuga, mantan kekasih dari Naruto Namikaze juga teman baik Sakura Haruno dimana keduanya adalah pasangan yang menikah malam ini.

Menyenderkan kepala ke pundak pemuda asing ini dengan nyaman, menghirup dalam-dalam aroma mint yang begitu menyegarkan.

Hanya pemuda tampan bak dewa Yunani ini yang datang menghampiri, bertanya keadaannya bahkan kini menggendong mesra dirinya keluar meninggalkan pesta tanpa pamit.

"Dimana rumahmu?" tanyanya ketika membaringkan Hinata, gadis yang di temui tadi ke dalam mobi kemudian memakaikan sabuk pengaman.

"Aku tak mau pulang." Rengek gadis bernama Hinata ini.

"Kenapa?" Tanyanya seraya duduk di depan kemudi mobil.

"Apa kau mau menghibur aku yang sedang patah hati ini." Mengalungkan kedua tangan ke leher pemuda tersebut.

Sebuah seringai menghias wajah tampannya. "Caranya?" tanyanya berpura-pura tak tahu.

"Temani aku bermain sampai pagi." Goda Hinata dengan tersenyum centil.

Detik berikutnya bibir Hinata sudah di lumat dalam.

Perlahan-perlahan mata Hinata terpejam erat membawa dirinya masuk ke alam mimpi indah bahkan mengajak dia terbang tinggi ke angkasa dan itu begitu nyata terasa seoalah-olah memang terjadi bukan hanya sekedar mimpi.

Bersambung

My (Perfect) Young HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang