Disclaimer :
Naruto : Masashi Kishimoto
Selamat membaca semuanya 🤗
•
•
•
•
•
Hari ini semuanya akan Sai akhiri dengan tangannya sendiri.
Meski harus kehilangan nyawa tak masalah bagi Sai sebab dari awal memang sudah mempersiapkan diri untuk mati disamping kondisi tubuhnya yang sedang sekarat akibat penyakit jantung bawaan.
Pernah Sai katakan kepada dokter pribadi yang menanganinya dulu jika ia ingin mati di tengah pertempuran daripada harus terbaring lemah tak berdaya di atas ranjang seperti orang pesakitan menunggu kematian datang tanpa bisa berbuat apapun. Bagi Sai lebih baik tertebas pedang atau tertembak peluru daripada menunggu kematian.
Tubuh Sai memang lemah karena penyakit jantung bawaan tapi mental yang dimiliki kuat lebih kuat dari baja.
"Apa pesan terakhir Anda, Tuan muda Sai," ujar Kabuto dengan memperlihatkan seringai kejam seolah merasa sudah menang hanya karena melihat keadaan Sai yang tekepung puluhan pengawal.
Sai tersenyum sinis membalas, "Melihat kepala mu terlepas dari tubuh," sahutnya dingin.
Tanpa ada rasa takut sedikitpun Sai berdiri gagah di tengah kepung puluhan orang bersenjata lengkap meski hanya sendirian bermodalkan sebilah belati beracun di tangan tapi tak sedikitpun gentar bahkan tubuhnya tidak gemetar padahal kematian sudah berada tepat di depan mata. Jika yang mengalami hal seperti ini bukanlah Sai pasti orang itu sudah duduk bersujud meminta ampunan agar tidak dibunuh sambil berlinang air mata ketakutan.
Menggengam erat belati di tangan, manik kelam Sai melirik sekilas pada Shin yang kebetulan berdiri tepat disebelah Madara tanpa disadari oleh siapapun termasuk Kabuto, keduanya saling melemparkan pandangan.
Sebenarnya Shin bisa saja melakukan sesuatu untuk membalikkan keadaan tapi memilih diam tak berbuat apapun seolah merelakan kematian Sai. Tentu saja rasa kecewa memenuhi hati Sai tapi tidak sepenuhnya menyalahkan pasti ada alasan dibalik sikap Shin.
"Sikap sombong mu itu sungguh menyebalkan, Tuan Muda," cibir Kabuto yang heran dengan sikap Sai yang masih bisa saja balik mengancam padahal keadaannya sudah berada di ujung tanduk hanya tinggal menunggu malaikat maut datang menjemput.
"Uchiha memanglah sombong," sahutnya santai, membeberkan salah satu sifat dasar seorang Uchiha.
"Hentikan omong kosongmu, Sai. Menyerahlah selagi aku memberikan kesempatan padamu," pekik Madara penuh kekesalan dengan sikap keras kepala Sai yang tidak mau menyerah sama sekali.
Terkekeh pelan Sai melemparkan pandangan dingin, "Aku bukan pengecut yang lari dari pertempuran,"
Rasa kesal memenuhi hati Madara, "Baik jika itu mau mu, jangan salahkan aku bersikap kejam,"
"Itu memang sifat aslimu, Oyaji," sindir Sai santai.
Madara benar-benar sangat kesal hingga ingin menebas leher Sai ini juga karena terus membantah perkataannya.
Sadar kalau sang kakek akan bertindak, Sai bersiap melakukan pertahanan.
Belum juga pertempuran di mulai tiba-tiba terdengar suara ledakan dari arah depan pintu gerbang di susul kepulan asap hitam membungbung tinggi menghias langit malam menandakan telah terjadi serangan di Mansion.
KAMU SEDANG MEMBACA
My (Perfect) Young Husband
Roman d'amourSemuanya berawal dari segelas Tequilla yang di kira Hinata adalah orange jus, membuatnya mabuk dan tanpa sadar melewati malam panas bersama seorang pemuda tampan bernama Sasuke Uchiha. Akibat kejadian malam itu kehidupan Hinata berubah drastis apala...