Chapter 23

2K 258 37
                                    

Disclaimer :

Naruto : Masashi Kishimoto

Selamat membaca semuanya 🤗





Beberapa petugas medis berlarian panik membawa tubuh Sai yang tak sadarkan diri ke luar dari ruang rawatnya menuju ruangan lain guna mendapatkan penanganan sebelum semuanya terlambat.

Walau Madara sebelumnya mengatakan kalau Sai telah mati namun Yamato tak mau begitu saja percaya dan benar saja dugaan Yamato kalau Bosnya itu adalah orang yang kuat karena masih mampu bertahan dari racun pemberian Madara.

Untung saja Yamato datang bersama seorang dokter jaga dimana langsung memeriksa keadaan Sai apakah masih hidup atau tidak, dan saat di periksa ternyata denyut jantung milik Sai masih berdetak walau terasa lemah dan menurut dokter yang menangani masih ada harapan bagi Sai untuk selamat dari jurang kematian.

Yamato merasa sedikit lega sekaligus senang karena masih ada harapan, walau sekecil apapun peluang yang ada Yamato berharap ada keajaiban tercipta dari Tuhan.

Yamato terus saja memanjatkan doa kepada Tuhan seraya menunggu kabar baik dari dokter.

🍁
🍁
🍁
🍁
🍁

Warna putih terasa begitu mendominasi saat Sai membuka mata.

"Apa aku ada di surga?" Tanyanya pada diri sendiri memandangi ke sekeliling ruangan.

"Belum." Sahut pemuda bersurai raven yang ternyata sedang duduk menyandar di atas sofa tak jauh dari ranjang.

Mata Sai melebar sesaat melihat sosok yang begitu di kenalnya sebagai Sasuke. "Kau?! Sedang apa kau disini?" Tanyanya heran.

"Menurut mu?" Sasuke balik bertanya.

"Jalan-jalan." Jawab Sai asal.

Sasuke mendesah cepat seraya berjalan ke arah ranjang menghampiri Sai yang berbaring disana. "Sepertinya otak mu bermasalah setelah keracunan." Sindirnya.

Sasuke mendudukkan diri di samping ranjang menatap lega sekaligus senang melihat Sai yang sudah siuman dan baik-baik saja.

"Aku pikir kalau dewa kematian benar-benar datang menjemput." Gumamnya sedih.

"Mau aku panggilkan untuk menjemput mu dan kali ini aku tak akan mencegahnya untuk menarik roh mu." Ujar Sasuke meledek Sai yang baru saja siuman.

"Sebenarnya kau itu peduli dan sayang padaku tidak sih? Sikap mu jahat sekali padaku!" Dengus Sai penuh nada protes.

"Jika aku tidak peduli dengan mu, mana mungkin aku ada disini menemani di rumah sakit dan melewatkan jadwal senam hamil Hinata." Sahut Sasuke ketus.

Sai tersenyum senang mendengarnya karena ternyata Sasuke peduli juga padanya.

Tangan Sasuke menopang dagu menatap Sai penuh arti. "Bagaimana rasanya berada di ujung kematian, Sai?" Tanyanya penasaran.

Mata Sai memincing tajam menatap sebal pada sang sepupu. "Haruskah aku menceritakannya?" Erangnya kesal.

"Tentu saja, karena itu pasti menjadi pengalaman indah dan berkesan untuk mu." Ujar Sasuke dengan wajah antusias.

Sai memutar mata kesal. "Orang normal pada umumnya akan bertanya bagaimana keadaan ku setelah siuman bukan malah menanyakan hal aneh." Dengus Sai kesal.

My (Perfect) Young HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang