Chapter 14

4.2K 318 44
                                    

Semua karakter Naruto milik : Masashi Kishimoto

Saya cuma numpang pinjam.

Selamat membaca Minna🤗
.
.
.
.
.

Seharian wajah Ino terus tertekuk kesal bahkan aura dingin serta mencekam begitu terasa mengalir menguar dari tubuhnya, sekilas membuat sosoknya yang biasanya terlihat begitu cantik karena surai kuning panjangnya bak para Dewi mitologi Yunani, berubah mengerikan serta menyeramkan seperti Dewa Oni. Bahkan Hidan, sang koki paling galak disini tak berani bertanya atau sekadar menyapa pada Ino, apalagi teman-temannya yang lain.

Rasa kekesalan Ino bersumber dari pemuda bersurai hitam dengan iris sekelam malam, musuh sekaligus saingannya dalam mempertahankan hubungannya dengan Deidara, dan siapa lagi kalau bukan Sai Uchiha.

Ino masih kesal dengan kejadian kemarin dimana Sai sudah merusak kencannya dengan Deidara padahal jarang-jarang kekasihnya itu mau di ajak menonton di bioskop. Setelah segala macam rencana yang sudah di rancang Ino selama kencan menjadi hancur berantakan gara-gara si muka pucat.

"Arrggghh!!" Geram Ino sambil meremas kuat nampan kayu.

Jika saja hari ini mereka bertemu akan Ino pastikan menjambak rambut Sai, mengacak-ngacaknya hingga tak terbentuk karena ia masih kesal dengan Sai. Dan gara-gara inilah membuat perasaan Ino seharian menjadi buruk dan uring-uringan bahkan Deidara saja ikut menjadi sasaran kekesalan Ino.

Pemuda bersurai merah, pecinta boneka ini sejak tadi memperhatikan sikap Ino dari arah dapur lalu matanya melirik penuh tanya ke arah pemuda bersurai kuning dalam balutan seragam pelayan. "Hey, Deidara, kenapa dengan Ino? Apa kalian bertengkar lagi?" Sasori memandang heran ke arah Ino.

"Tidak." Jawab Deidara mantap.

"Lalu kenapa seharian ini raut wajahnya begitu mengerikan seperti Medusa, karena tatapan matanya sangat mematikan."

Deidara menunduk lesu dan bingung harus bagaimana karena Ino juga mendiamkan dirinya.

"Sebaiknya kau harus bertindak tegas sebelum seseorang mengambil kesempatan dalam masalah kalian berdua."

"Maksud mu Pein?"

"Entahlah. Mungkin si Tuan muda Sai itu juga bisa, dan sebagai pria kau harus tegas dengan melakukan tindakan untuk membuat Ino yakin tak meragukan lagi perasaan mu padanya, karena dulu yang mengejar bahkan memaksa ingin berpacaran adalah Ino, sedangkan dirimu terlihat cuek." Ujarnya memberi saran seolah paling mengerti akan percintaan padahal sampai detik ini masih singel dengan alasan belum ada yang cocok dan belum menemukan Dewi Aprodite nya.

Deidara tersenyum sekilas. "Kau benar. Mungkin aku kurang menunjukkan perasaanku pada Ino." Ujarnya sambil menerawang kejadian dua tahun lalu, awal pertemuan mereka berdua.

Tangan Sasori menepuk pelan pundak Deidara. "Aku akan mengurus beberapa pesanan untuk di antarkan, kalian biasa berbicara berdua secara rahasia tapi jangan di pantry." Sasori memperingatkan karena beberapa hari lalu dimarahi bersama Pein karena mengobrol di pantry oleh si maniak Dewa Jashin.

"Terima kasih."

"Bukan masalah besar. Cepat sana selesai masalah kalian."

Deidara mendengarkan saran Sasori yang menurutnya memang benar, mungkin saja sikap cemburu Ino karena kurangnya sikap tegas darinya.

Tubuh Ino ditarik paksa Deidara di sela-sela jam kerja untung saja ada Sasori serta Pein yang ikut membantu menutupi keduanya yang absen dengan menggantikan tugas mereka sebagi salah satu bentuk dari sikap setia kawan.

My (Perfect) Young HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang