Pagi harinya, Jisoo terbangun dan mendapati dirinya berada di ruangan yang tidak familier. Dia celinguk ke sana kemari dan berusaha mengingat apa yang terjadi padanya semalam namun tidak ada satupun yang terlintas di benaknya. Dia meringis pelan mendapati kepalanya masih terasa pening.
Jisoo mengabsen seluruh benda dalam ruangan itu. Ada 2 pintu di dalam kamar ini. Jisoo kemudian menghampiri salah satu pintu itu dan membukanya yang ternyata adalah kamar mandi. Jisoo memutuskan untuk setidaknya membersihkan wajahnya dan menyikat giginya agar penampilannya tidak terlalu kacau.
Setelah itu, Jisoo bergerak ke pintu yang tersisa dan mendapati seorang perempuan yang sebaya dengannya sedang memasak. Dia hanya terpaku menatap perempuan itu hingga dia selesai memasak dan berbalik untuk meletakkan hidangannya di atas meja.
"Oh, kau sudah bangun?" tanya Jennie dengan ramah. Dia menghampiri Jisoo yang terlihat bertanya-tanya.
Jennie mengulurkan tangannya pada Jisoo yang terlihat waspada. "Namaku Kim Jennie, kalau kau bertanya-tanya. Kau bisa memanggilku Jennie. Dan ini apartemen tempatku tinggal."
Jisoo balas menjabat tangan Jennie. "Aku Jisoo. Kim Jisoo."
"Aku tahu," celetuk Jennie. "Ayo, gabung denganku di meja makan dan aku akan menceritakan beberapa hal padamu."
***
"Tadi malam, kau mendapatkan gangguan panik di pesta Lalisa Manoban. Sekedar informasi, dia temanku. Karena kau tidak merespon panggilanku dan kedua temanku, maka aku memutuskan untuk memberikan obat penenang padamu. Kemudian, aku dan kedua orang lainnya membawamu kemari atas saranku karena tempat ini lumayan dekat dari tempat acara tadi malam."
"Siapa?" tanya Jisoo penasaran. Dia mulai samar-samar mengingat apa yang terjadi namun ada beberapa gambaran yang kurang jelas seperti siapa yang menuntunnya keluar dari pesta Lisa.
"Mereka akan datang sebentar lagi, karena semalam mereka berdua menginap di sini juga. Dan ngomong-ngomong aku tidak melakukan apapun padamu. Aku hanya seorang psikiater dan menghadapi gangguan seperti semalam sudah biasa bagiku. Aku orang yang profesional."
Jisoo melihat meja makan dan memang tersedia cukup banyak makanan dan memungkinkan dimakan oleh 4 orang.
"Jadi, kita menunggu mereka?" tanya Jisoo. Jennie mengangguk.
"Hanya sebentar lagi. Ngomong-ngomong setelah ini aku akan mengecek lagi kondisimu hanya untuk memastikan bahwa kau baik-baik saja."
"Tidak perlu," balas Jisoo tenang. Jennie keberatan mendengar penolakan itu. "Aku sudah baik-baik saja. Hal seperti itu bisa saja terjadi saat aku melihat kembang api. Aku hanya memiliki trauma terhadap sesuatu yang meledak. Kau tidak perlu khawatir," lanjutnya dengan datar.
'Dia betul-betul dingin. Bagaimana bisa dua monyet itu kenal dengan perempuan dingin ini? Dan apa yang mereka lakukan hingga begitu lama?' monolog Jennie dalam hati.
Suasana diantara keduanya cukup canggung. Jisoo yang tidak terbiasa bicara dengan orang asing dan Jennie yang jengkel dengan sikap dingin Jisoo.
Tidak berapa lama pintu terbuka dan Jisoo membeku melihat siapa yang dimaksud Jennie dengan dua orang temannya. Oh tidak! Kim Hanbin dan Kim Jiwon. Bobby! Orang pertama yang paling tidak ingin ditemuinya saat ini!
***
Oke. Kalau sebelumnya Jennie mengatakan bahwa dia dan Jisoo itu canggung dan berharap Bobby juga Hanbin datang secepatnya, izinkan Jennie untuk meralat ucapannya! Suasananya menjadi lebih canggung saat dua manusia itu muncul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Part of Me (Bobsoo)✓
FanfictionKetika masa lalumu yang kelam, bagian dari sejarah yang tidak bisa kau hapus kembali datang menghantuimu. Disaat kau ingin melangkah ke masa depan, namun masa lalu menahanmu dalam kubangan penyesalan, apakah yang harus dilakukan? A story from Bobby...