Selama beberapa hari, Jisoo menjalani hari-harinya dengan cukup tenang. Tidak ada gangguan dari Jessica yang berarti, gangguan paniknya tidak pernah muncul kembali, juga Jisoo tidak pernah mengalami hal-hal aneh seperti bertemu Hanbin, Bobby, atau Lisa.
"Iya, ayah. Aku baik-baik saja. Maaf aku baru sempat meneleponmu." Jisoo tersenyum saat mendengar suara ayahnya yang mengomelinya.
'Kau ini terlalu banyak alasan. Katakan saja kalau kau sudah melupakan ayah,' kata Youngbae di seberang membuat Jisoo terkekeh,
"Astaga, Ayah!" pekik Jisoo. "Kenapa kau bisa berpikiran seperti itu? Aku kan anakmu dan aku tidak mungkin melupakanmu."
'Ayah hanya bercanda sayang. Ayah tahu kalau kau tidak akan pernah melupakan ayah. Ayah hanya.... rindu padamu.' Jisoo hanya tersenyum kecil mendengarnya. Sepuluh tahun bukanlah waktu yang singkat buat mereka untuk menjadi dekat. Mungkin mereka tidak bisa bertemu setiap hari saat masih di militer, tapi saat itu Youngbae bisa memastikan keadaan Jisoo melalui bawahannya.
"Aku juga merindukan ayah. Kalau ayah mau, ayah bisa berkunjung ke sini kan?"
'Kenapa bukan kau yang berkunjung ke tempat ayah, gadis nakal?'
"Aku kan sudah bilang aku akan kembali saat urusanku sudah selesai," jawab Jisoo.
'Ya ya, kau sudah mengatakannya ribuan kali. Ayah tidak lupa soal itu. Jadi, bagaimana? Kau sudah menemui ibu pantimu itu?' tanya Youngbae.
Seketika raut wajah Jisoo menjadi sedih kembali. Dia menggeleng kemudian menyadari kalau Youngbae tidak bisa melihatnya. "Tidak, aku sudah mengunjungi lokasi panti asuhan itu tapi ternyata tempat itu terbakar 3 tahun lalu dan sudah berganti menjadi perusahaan besar. Aku sudah berusaha mencarinya tapi masih tidak menemukan titik terang saat ini."
'Kau pasti bisa menemukannya segera. Ayah tahu itu, sebab gadis nakal ayah ini adalah prajurit paling berbakat,' hibur Youngbae membuat Jisoo tersenyum kecil.
'Ngomong-ngomong...' lanjutnya. 'Kau tidak pamitan dengan benar pada kedua temanmu? Mereka terus merecokiku tiap hari saat mereka tidak bertugas. Kau sukses mengubah dua prajuritku menjadi orang yang berani terhadap atasannya' keluhnya.
Jisoo terkekeh, kepalanya membayangkan kedua orang yang dimaksud oleh ayahnya. Tidak perlu menyebutkan namanya sebab dia memang hanya memiliki 2 orang untuk dianggapnya sahabat.
"Aku mengabari mereka, tapi tidak langsung. Kalau yang ayah maksud aku memberitahu dimana aku sekarang, aku tidak memberitahu mereka. Lagian, mereka hanya berani pada ayah saat tidak bertugas. Itu artinya mereka menganggap ayah-"
'Ayah tidak mau punya dua anak laki-laki seperti mereka,' potong Youngbae cepat membuat tawa Jisoo meledak.
'Anak mana yang menertawakan ayahnya sampai seperti itu?' omel Youngbae. Tapi dia juga ikutan tersenyum mendengar anaknya cukup bahagia.
'Ngomong-ngomong, ayah mengirimkan hadiah padamu. Kalau bukan besok, mungkin lusa kau bisa menerimanya.'
"Hadiah apa?" tanya Jisoo spontan. Tetapi, Youngbae tidak menjawabnya dan mengalihkan pembicaraan membuat Jisoo curiga. Dan dia mendapati dirinya sangat terkejut saat hadiah itu sampai.
***
Bobby sedikit terkejut mendapati apartemennya dikunjungi oleh pasangan double date disaat dia sedang beristirahat di hari Minggu pagi.
"Ada yang harus kubicarakan denganmu, makanya aku datang berkunjung." Itu adalah alasan Hanbin dan kali pertamanya mereka bicara diluar masalah pekerjaan sejak mereka bertengkar beberapa hari yang lalu. Jujur, suasana tegang menyelimuti mereka saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Part of Me (Bobsoo)✓
FanfictionKetika masa lalumu yang kelam, bagian dari sejarah yang tidak bisa kau hapus kembali datang menghantuimu. Disaat kau ingin melangkah ke masa depan, namun masa lalu menahanmu dalam kubangan penyesalan, apakah yang harus dilakukan? A story from Bobby...