Hubungan yang benar dapat mengubah seseorang. Orang yang terlibat dalam hidupmu dapat mengubah hidupmu. Itulah yang membuat seseorang menjadi sumber harapan dan putus asa.
***
"Karena aku mencintaimu, Kim Jiwon. Tidak, yang benar adalah... Aku masih mencintaimu bahkan sejak 10 tahun yang lalu," ucap Jisoo. Mereka berdua terdiam. Suara yang terdengar dari kejauhan pun rasanya samar-samar. Seakan-akan waktu berhenti di antara mereka berdua.
Bobby mendengus. "Kenapa kau mau mencintai pria brengsek sepertiku? Aku pernah bilang kalau aku akan tetap disampingmu apapun yang terjadi, tapi aku sendiri yang mengingkari kata-kata itu. Aku tidak pantas menerima semua itu."
Jisoo menggeleng. "Yang menentukan pantas tidaknya adalah kita berdua," katanya tegas. "Dan menurutku kau sangat pantas untukku. Aku yang rasanya tidak pantas mengatakan itu. Masa laluku buruk."
"Jangan mengatakan hal seperti itu. Rasanya kau mengingkari apa yang kau katakan sebelumnya," ujar Bobby. Dia tertawa pelan. "Harusnya aku yang duluan mengatakan kalau aku mencintaimu, bukannya kau. Astaga. Kalau saja kita tidak sedang dipepet waktu, aku ingin sekali mengajakmu jalan-jalan ke tempat romantis," erangnya kesal.
"Simpan itu sampai kita menyelesaikan semua masalah ini, oke?" Bobby mengangguk. "Ayo, kita temui mereka, harusnya kita bisa jalankan rencana itu sekarang."
Jisoo berjalan lebih dulu kemudian diikuti Bobby di belakangnya. "Kim Jisoo," panggil Bobby. Jisoo berbalik dan merasa wajahnya menabrak sesuatu yang lembut. Hidungnya dapat mencium aroma parfum Bobby dengan jelas.
"Aku juga mencintaimu," ucap Bobby pelan sambil mengeratkan pelukannya pada Jisoo. "Sangat-sangat mencintaimu. Terima kasih karena sudah mencintai laki-laki sepertiku." Jisoo tersenyum dan mengangkat kedua tangannya, balas memeluk Bobby berusaha memulihkan kekuatannya untuk sesuatu yang lebih besar ke depannya.
"Jangan mau dipeluk oleh Junhoe lagi. Aku tidak suka melihatnya." Jisoo tergelak mendengar nada merajuk yang digunakan Bobby. "Junhoe sudah seperti saudara," bela Jisoo. "Kau tidak perlu cemburu. Lagian, dia sangat mencintai Rosé."
***
"Move them to another garage and keep your eyes on them. Don't make any mistakes or I will kill you, understand?"
(Pindahkan mereka ke gudang lainnya dan awasi mereka. Jangan berbuat kesalahan atau aku akan membunuh kalian semua, mengerti?)
Kalau Junhoe mengira dia bisa menipu seorang Song Eunjin, dia salah. Eunjin sudah mempersiapkan banyak rencana agar tidak ada yang menyelamatkan kedua sanderanya ini. Membiarkan Junhoe kabur dan memberitahu mereka tempat ini akan membuat Junhoe membelot darinya lagi. Kapan lagi kan, dia bisa memiliki anak buah dengan paket lengkap seperti Junhoe?
***
"Mereka sudah berangkat?" tanya Jisoo. Junhoe mengangguk. "Kita juga harus bersiap-siap."
"Jangan sampai ada kesalahan," timpal Jisoo. Dia memeriksa senjatanya apakah berfungsi atau tidak. "Kau yakin mereka tidak memiliki sniper? Rencanaku terlalu sederhana dan sniper andalanku akan bertarung di garis depan kali ini," lanjutnya sambil menatap Junhoe.
"Anak buahnya mungkin terlatih, tapi mereka tidak memiliki penembak jarak jauh. Aku mungkin satu-satunya penembak jarak jauh yang mereka miliki," balas Junhoe yakin.
"Kalau kita berhasil, aku akan memasukkanmu ke Hollywood," celetuk Jisoo. Junhoe berdecih kesal. "Aku lebih suka menjadi tentara daripada menjadi aktor."
"Pedemu selangit. Sebenarnya aku ingin mendaftarkanmu sebagai stuntman." Jisoo tersenyum lebar dan tertawa melihat wajah merajuk Junhoe. "Padahal wajahmu tampan, tapi kau menyia-nyiakan kelebihanmu itu," keluh Jisoo main-main.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Part of Me (Bobsoo)✓
FanfictionKetika masa lalumu yang kelam, bagian dari sejarah yang tidak bisa kau hapus kembali datang menghantuimu. Disaat kau ingin melangkah ke masa depan, namun masa lalu menahanmu dalam kubangan penyesalan, apakah yang harus dilakukan? A story from Bobby...