DUA PULUH SATU

227 53 6
                                    

"Sepertinya hubunganmu dengan teman-teman lamamu mulai membaik akhir-akhir ini," kata Rosé pada Jisoo. Jisoo tersenyum mendengarnya dan membalas, "Kalau bukan karena Junhoe, aku tidak mungkin bisa seperti ini."

"Tapi, Jis. Bagaimana dengan ... kau tahu, kan..."

"Oh... Jessica. Dia tak pernah muncul akhir-akhir ini," kata Jisoo dengan tenang.

"Kau yakin?" tanya Rosé. Jisoo mengangguk. Suasana yang tadinya tenang berubah menjadi sedikit tegang. "Kau akan memberitahuku kalau kau kenapa-kenapa, kan?" tanya Rosé lagi. Jisoo mengangguk.

"Tapi kenapa kurasa kalau kau akan berbuat sebaliknya?" Jisoo terdiam. Dia menghela napas dan menatap Rosé dengan sungguh-sungguh. "Kalau aku mulai tidak bisa mengendalikannya, aku akan memberitahumu, Rosé. Tapi, kau tidak boleh membantuku. Karena kau tahu sendiri, seliar apa dia," kata Jisoo dengan nada getir yang tidak bisa disembunyikannya.

"Aku masuk ke kamar dulu. Panggilkan Chanwoo dan Junhoe kemari. Hanbin dan Jennie sebentar lagi tiba." Rosé menatap punggung Jisoo yang menjauh hingga tidak terlihat lagi begitu dia menutup pintu kamarnya.

***

Chanwoo bersidekap dada. Matanya melebar namun memancarkan aura dingin pada orang di hadapannya. Bukan yang perempuan, melainkan pada yang laki-laki tentu saja. Sementara itu, Hanbin juga menatap Chanwoo dengan tajam, tak ingin kalah dengan aura pria itu. Junhoe di tengah-tengah mereka berdua memakan kerupuk dengan damai, seolah tak terusik dengan perseteruan keduanya.

Jennie dan Jisoo yang duduk di dekat mereka hanya memerhatikan keduanya dalam diam. Jaga-jaga kalau mereka mulai berulah yang aneh-aneh.

"Apa yang membuatmu yakin kalau aku mau membantumu?" tanya Chanwoo dengan nada menantang.

"Tidak ada," jawab Hanbin tanpa berpikir panjang. "Kami meminta tolong padamu karena kau punya kemampuan itu. Kalau tidak, kenapa kami harus datang padamu."

"Kalau aku tidak mau?"

"Aku rasa kau tetap akan membantu kami," balas Hanbin dengan tenang.

Chanwoo akan membuka mulutnya untuk menolak namun kakinya yang diinjak oleh Jisoo malah membuat mulutnya menjerit tanpa suara. Wajahnya memerah menahan rasa sakit.

"Tenang saja, Chanwoo akan membantu kita. Iya kan, Jung Chanwoo?" Nada ucapan Jisoo pada Hanbin dan Jennie memang manis, namun tatapannya pada Chanwoo... sadis. Junhoe meringis membayangkan rasa sakit temannya karena tenaga Jisoo yang tak main-main.

Chanwoo mau tak mau mengangguk cepat, membuat Jisoo melepas injakannya. "Iya, tenang aja. Aku akan bantu kalian mencari Kim Donghyuk." Dia mengelus kakinya yang memerah karena diinjak oleh Jisoo. Sementara Jisoo sendiri kembali memakan kerupuk seakan tak terjadi apa-apa.

"Nomor handphonenya Kim Donghyuk?" tanya Chanwoo. Hanbin memutar bola matanya spontan. "Yang lalu kirim pesan ketemu kan kau sendiri. Ngapain repot-repot tanya nomor Donghyuk. Lagian Donghyuk nggak pernah ganti nomornya."

Chanwoo berdecak kesal. "Udah kuhapus nomornya. Kalau mau cepat, mending kasih nomornya sekarang! Nggak usah banyak protes. Sekalian DD mobilnya ju-"

Ucapan Chanwoo terpotong begitu Junhoe mengirim kode padanya lewat tatapan mata. Chanwoo melirik Jisoo yang bersiap-siap melakukan kekerasan padanya membuat Chanwoo meneguk salivanya kasar.

"Tunggu sebentar. Mungkin sekitar 5 menit, kalau handphonenya nggak dimatikan." Sementara Chanwoo sibuk menggerakkan jarinya dengan cepat menekan keyboard, Rosé, Junhoe, Jisoo, Hanbin, dan Jennie memperhatikan dalam diam meskipun tak mengerti dengan bahasa komputer.

Another Part of Me (Bobsoo)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang