SEMBILAN

285 55 8
                                    

Oke, Jisoo memang mengatakan bahwa Jakarta sudah banyak berubah selama sepuluh tahun ini. Namun dia tidak menyangka bahwa alamat yang seharusnya menjadi tempat berdirinya panti milik Ibu Heejung sudah berganti dengan bangunan tinggi.

'Aku yakin aku sudah berada di jalan yang benar,' batinnya. Jisoo kembali menatap bangunan tinggi itu dengan nanar. 'Atau mereka sudah pindah?' pikirnya. Dia tidak menyadari bahwa dia sudah berada di depan bagunan itu cukup lama hingga seorang satpam menghampirinya.

"Ada apa ya, Nona? Saya perhatikan dari tadi nona hanya menatap perusahaan ini dan tidak juga masuk ke dalam." Jisoo mengerjap kaget kemudian menggeleng.

"Tidak ada apa-apa, pak. Saya hanya orang lewat," jawab Jisoo. Si satpam hanya mengangguk-angguk mengerti.

"Ngomong-ngomong, pak. Kalau saya boleh tahu, bukannya tempat ini dulunya adalah panti?" tanya Jisoo.

Satpam itu mengangguk membenarkan. "Memang benar, tempat ini dulunya adalah panti asuhan, namun sejak kebakaran menimpa panti ini 3 tahun yang lalu, Bos Kim membeli tempat ini untuk dijadikan perusahaan," terangnya.

"Begitu ya, pak. Kalau boleh tahu pemilik panti ini kemana setelah kebakaran itu?"

"Kalau itu saya kurang tahu juga, nona. Mungkin nona bisa tanyakan sama Bos Kim sendiri soal itu," saran satpam tersebut.

"Memangnya bos Kim nggak sibuk sampai mau menemui perempuan antah berantah seperti saya?" tanya Jisoo.

"Sibuklah, non," jawab satpam spontan membuat Jisoo menahan dirinya agar tidak memukul satpam di depannya ini. "Atau kalau mau, nona coba ke rumah sakit pusat, tempatnya nggak terlalu jauh dari sini. Setahu saya, anak Bos Kim yang bekerja di sana sebagai dokter," tambahnya.

"Bapak tahu namanya?" Satpam itu menggeleng dengan watados sambil menjawab, "Nggak tahu, non," membuat Jisoo menepuk dahinya pelan. 'Eta terangkanlah!'

Jisoo kemudian menampilkan senyum kecil. "Ya sudahlah. Terima kasih pak atas infonya. Saya permisi dulu," kata Jisoo dengan sopan kemudian beranjak dari tempat itu. Sedangkan laki-laki paruh baya yang mengenakan seragam keamanan masih menatap kepergiannya.

"Pak, ngapain bengong di sini?" Satpam itu berjengit kaget mendapati ada yang menegurnya dan semakin shock saat melihat bahwa ternyata CEO Kim Corp sendirilah yang berbuat demikian.

"Tidak, pak bos. Tadi ada perempuan muda usia 20-an tahun datang kesini menanyakan panti asuhan yang terbakar itu." Kim Jaejoong mengangkat alisnya heran. 'Tiba-tiba sekali ada yang mencari panti itu. Apa dia anak dari panti asuhan itu?' pikirnya. "Siapa? Kau tahu namanya?"

"Tidak, pak. Nanti kalau saya tanya, dikira modus lagi."

'Kenapa pegawaiku harus seperti ini, astaga....' batin Jaejoong. Dia kemudian menancap gas dan meninggalkan kantornya.

***

'Ke mana lagi aku harus mencari mereka?' batin Jisoo. Dia berjalan tak tentu arah, hanya kaki dan insting yang menuntunnya. Dia nggak masalah bila tersesat, sebab pada zaman sekarang ini sudah ada maps.

'Sudahlah, kenapa kau mau mencari mereka? Kubilang juga apa, kan?'

'Diamlah! Jangan mengajakku bicara atau aku akan terlihat seperti orang gila,' balas Jisoo dalam hati.

'Memangnya kau waras atau normal?'

...

Jisoo tidak menjawab pertanyaan Jessica. Dia tidak bisa dan tidak ingin menjawabnya. Jisoo tak tahu harus menjawab apa. Apakah ia bisa dibilang masih normal setelah apa yang sudah dia lakukan selama ini? Dia tertawa miris memikirkannya.

Another Part of Me (Bobsoo)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang