EMPAT PULUH SEMBILAN - Suffer and Hope

210 44 1
                                    

Warning! Terdapat beberapa adegan kekerasan yang tidak patut ditiru!

***

Lanjutan Flashback

"Kau sudah sadar?"

Jisoo memejamkan matanya karena tidak terbiasa dengan cahaya yang masuk begitu saja. Dia kemudian bangun dan langsung menyesali perbuatannya karena seluruh tubuhnya terasa sakit.

"Kau jangan banyak gerak terlebih dahulu. Ledakan tadi lumayan keras." Jisoo menoleh ke samping dan mendapati Heechul yang terduduk sambil menatapnya.

"Di mana kita?" tanya Jisoo. Heechul mendengus. "Di penjara. Aku rasa ini ruang bawah tanah karena baunya minta ampun," katanya berasumsi. Dia kemudian mendekat pada Jisoo. "Sini kubantu kau duduk."

Jisoo menggeleng. "Tidak perlu. Aku bisa sendiri."

Heechul menjitak kepala gadis itu dengan gemas. "Kalau orang tua ngomong harus didengar dan dituruti. Lagi sakit begitu, masih juga ngeyel."

"Anda merasa tua?"

Heechul menahan diri untuk tidak melakukan tindak kekerasan pada gadis yang membuat anaknya jadi korban gamon (gagal move on) selama hampir satu dekade merangkap bodyguardnya di rapat yang bahkan tidak dihadirinya itu.

"Terserah kau saja." Meskipun berkata seperti itu, Heechul tetap membantu Jisoo untuk duduk.

"Sudah berapa lama aku tidak sadar?" tanya Jisoo. Dia menatap sekeliling yang tertutup rapat tanpa cela.

"Entahlah. Cukup lama sampai aku berusaha mencari cara untuk keluar dari sini," tukas Heechul.

"Sial!"

"Hey! Seorang perempuan tidak boleh mengumpat kasar seperti itu!" tegur Heechul. Jisoo mendengus. "Anda bukan orang tuaku. Lagian, ayahku tidak pernah melarangku berbuat apapun."

"Ayahmu tidak melarangmu atau kau yang tidak melakukan hal itu di depannya?" tebak Heechul membuat Jisoo mendengus kembali.

"Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang, pengawalku?" Jisoo berdiri dan melihat sekitar. Ruangan tiga kali tiga meter itu sangat pengap dan tertutup oleh besi yang tebal. Belum lagi, bila mereka berhasil keluar melewati besi itu, akan ada banyak orang yang akan mengejar mereka. Kecil kemungkinan mereka bisa keluar. Kecuali mereka semut.

"Tidak ada," ujar Jisoo enteng. Heechul berjengit kaget. "Tidak ada?!"

"Tidak ada," ulang Jisoo. Dia memegang telinganya dan mendengus. "Alat komunikasiku juga tidak ada, aku juga yakin mereka mengambil semua senjataku. Lagipula, kita tidak bisa keluar dari sini tanpa nekat dan patah tulang kalau mau menghancurkan besi-besi itu."

"Hah..., kau ini jangan menyerah seperti itu-"

"Bukan menyerah, pak tua. Ini namanya menunggu waktu yang tepat," koreksi Jisoo. Heechul merengut mendengar Jisoo memanggilnya 'pak tua' namun senang saat wanita itu mulai menanggalkan formalitasnya.

"Jadi, apa kita akan hanya menunggu saja?" Jisoo menggeleng. "Tentu tidak. Kita bisa mengawasi keadaan. Lagian, tangan kananku juga terkilir. Gerakan kita terbatas untuk saat ini." Jisoo kembali duduk di sudut diikuti oleh kliennya itu.

"Kalau kau tertangkap begini, bagaimana dengan teman satu timmu? Tidak ada yang memimpin mereka. Lalu, bagaimana cara mereka menemukan kita di sini?"

Jisoo terkekeh namun senyum tulus tampak di wajahnya membuat Heechul terperangah melihatnya. "Mereka itu teman-temanku dan aku sudah mengenal mereka sejak delapan tahun yang lalu. Wakilku, yang mengawal Kim Corp adalah orang yang paling kupercayai untuk memimpin bila aku tidak ada. Anggotaku adalah mereka yang memiliki kemampuan lebih dan kurasa pantas mengerjakan misi ini."

Another Part of Me (Bobsoo)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang