TIGA PULUH SEMBILAN

211 40 6
                                    

Italic : pesan kertas/bisikan tanpa suara

***

Hanbin dan Donghyuk terlihat tegang dan sedikit panik setelah membaca tulisan Junhoe. Namun Junhoe memberi isyarat pada keduanya untuk terus melanjutkan obrolan mereka.

"Tidak, Bobby sedang sibuk rapat saat ini. Daripada mati kebosanan di dalam sana, kami memilih keluar dan berjalan-jalan berdua saja," jelas Hanbin. Sementara itu Donghyuk menulis sesuatu di kertas dan memberikannya pada Junhoe.

Apa yang harus kita lakukan sekarang?

"Aishh...., kalian ini masih saja nakal. Apa susahnya 'tetap tenang' dan ikut rapat barang sehari saja?" Junhoe berharap mereka berdua mengerti kode yang dimaksudnya tadi. Dia menyeringai kecil begitu melihat Hanbin dan Donghyuk yang paham maksudnya.

"Bagaimana kau bisa tahu kalau kami ada di Dubai?" tanya Donghyuk sembari kembali menyodorkan selembar kertas pada Junhoe.

Kita diawasi oleh berapa orang?

"Aku kan sudah bilang kalau aku melihat kalian saat di pesawat. Aku dan Hanbin sempat berpas-pasan saat di dalam pesawat." Junhoe balas menyodorkan kertas pada Donghyuk.

Handphoneku disadap makanya kita hanya bisa berkomunikasi lewat surat. Jangan lupa membakarnya nanti agar tidak meninggalkan jejak. Ada sekitar 5 orang dan mereka semua bersenjata mengawasi dari luar.

"Masa? Kenapa aku tidak melihatmu?"

"Berarti kau memang buta," gerutu Donghyuk pelan. Dia kembali menoleh pada Junhoe. "Apa kau 'sendirian' ke sini?" Dia berharap Junhoe mengerti dengan kodenya untuk membahas surat itu.

Junhoe menggeleng. "Tentu saja tidak. Aku ke Dubai bersama Jisoo, Chanwoo, dan Chaeyoung."

Hanbin mengangguk-angguk. Dia mengerti dengan maksud Donghyuk dan memutuskan membantunya. "Aaaa..., pembunuh paman juga ada di sini ya," sahutnya. Dia mulai mengarahkan alur pembicaraan mereka.

"Begitulah," balas Junhoe dingin.

"Lalu, apa yang sedang dilakukannya saat ini?" tanya Donghyuk. "Memasang target lain?"

Junhoe mendengar suara Donghyuk namun matanya fokus pada gerakan bibir Hanbin yang tidak mengeluarkan suara.

Apa dia yang benar-benar membunuh paman?

Junhoe menggeleng. "Tidak, dia kemari karena ada urusan yang harus diselesaikannya. Katanya, dia ingin 'berdamai dengan masa lalunya'. Atau itulah yang dikatakannya padaku." Keduanya terlihat terpekur mendengar berita itu. Hanbin yang lebih dulu menguasai dirinya menatap kembaliJunhoe.

"Sebenarnya aku masih tidak percaya bahwa Jisoo yang kukenal bertindak seperti itu. Tapi, apa boleh buat. Dia benar-benar diluar dugaan," ujar Hanbin. 'Aku tidak tahu kenapa dia segila itu hingga tidak mau berterus terang dan malah membuat salah paham.'

"Dia memang tidak bisa ditebak dan rencananya berujung pada 'kecelakaan yang tidak disengaja'." Junhoe berusaha memberitahu mereka kalau insiden itu hanyalah kecelakaan yang tidak disengaja. Keduanya semakin tertunduk.

Donghyuk berdeham dan menatap Junhoe kembali. "Lalu, selain Jisoo apa yang kalian lakukan di sini?"

"Kami diajak Jisoo ke sini," ujar Junhoe. "Masing-masing punya tugas masing-masing yang tidak bisa kuberitahu. Sepertinya, aku ada urusan setelah ini. Bagaimana kalau kita sambung lain hari?"

"Junhoe?" Mereka bertiga menoleh dan mendapati Rosé dan Chanwoo yang menatap mereka terkejut.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Junhoe dan Rosé serentak. Sedangkan Chanwoo di belakang fokus pada tabnya yang menunjukkan kalau penyadap itu ada di sekitar mereka.

Another Part of Me (Bobsoo)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang