EMPAT PULUH ENAM

232 46 0
                                    

Beberapa saat yang lalu, sebelum penyerangan dimulai :

Junhoe menghentikan mobil dan keluar bersama Jisoo yang berjalan menuju bagasi. "Kita akan jalankan rencana kita sekarang," gumam Jisoo. Dia mengambil seutas tali dari bagasi dan memberikannya pada Junhoe. Junhoe menerimanya dan mengikat tangan Jisoo dengan simpul kuat.

"Mungkin sebaiknya kita ikat kuat agar kau tidak bisa lepas?" saran Junhoe. Jisoo tersenyum namun tangannya bergerak memukul kepala Junhoe kencang. "Bodoh! Bagaimana nanti aku melepaskan diri?" Junhoe menggeleng. "Biasanya kau punya rencana untuk hal itu."

"Wajahmu sudah cukup terlihat seperti orang yang habis berantem." Jisoo mendengus bangga. "Aku diajari oleh ahlinya. Memakai make-up seperti ini sudah biasa."

"Ayo kita briefing rencananya sekali lagi," usul Junhoe. Jisoo mengangguk. "Kita akan masuk ke dalam dan terlihat seolah-olah menyerahkan diri. Kau akan membawaku dalam keadaan terikat dan pura-pura pingsan. Pintu depan pasti dijaga oleh minimal dua orang. Berdeham satu kali kalau mereka lebih dari dua orang, dua kali kalau mereka dua orang," jelasnya.

"Kemudian kita harus tahu mereka membawa senjata atau tidak. Jadi saat kita masuk nanti, aku akan menoleh ke belakang. Kalau aku menjawab tidak ada, artinya mereka tidak bersenjata. Kalau mereka punya, aku akan meracau," lanjut Junhoe. Jisoo mengangguk.

"Dan kembali pada kode awal saat kita berhadapan dengan Eunjin. Berdeham sekali kalau banyak pengawal dan dua kali kalau mereka hanya berdua."

"Apa aku harus memukulmu kalau misalnya kita lama mengulur waktu?" tanya Junhoe. Jisoo mengangguk lagi. "Tentu saja. Kita harus membuatnya senyata mungkin. Aku dan Jessica akan menahan diri agar tidak terlalu parah nantinya."

"Aku benci mengatakannya tapi aku tidak mau dibilang cupu hanya karena Jessica lebih hebat daripada aku," gerutu Junhoe.

***

"This way! Boss is waiting for you." (Lewat sini. Bos sedang menunggumu.)

Junhoe mengangguk dan masuk sambil membawa Jisoo masuk. Dia sempat berbalik sejenak membuat kedua pria besar itu heran.

"What's wrong?" (Ada masalah?) tanya salah satu dari mereka. Junhoe menggeleng dan menjawab, "Nothing." (Tidak ada.)

Junhoe kembali berjalan menuju lapangan. Sementara itu, Jisoo dan Jessica sedang berdebat.

'Kau yakin ini hal yang benar?' tanya Jessica. 'Jaga-jaga saja kalau terjadi hal yang tidak diinginkan. Siapa tahu Junhoe akan berkhianat lagi?'

'Diamlah. Ini bukan saatnya meragukan Junhoe lagi,'  balas Jisoo.

'Kalau kau tersinggung, tidak apa-apa ya. Tapi kelemahanmu itu terlalu memandang positif siapapun. Padahal harusnya kalau kau tidak lengah seperti ini, semua hal ini tidak akan terjadi,'  kata Jessica menyalahkan.

'Ada hal-hal tertentu yang terkadang berada di luar nalar manusia, Jessica. Kadang-kadang kita tidak bisa menjelaskan alasan melakukan sesuatu. Sepertinya kau masih tidak tahu hal itu. Padahal sudah tiga tahun kau menemaniku,' ujar Jisoo.

'Kau menyinggung tiga tahun lalu karena aku muncul saat kau depresi berat akibat insiden ini, kan?' Jisoo tidak menjawabnya.

'Aku hanya harus menghajar pria berpakaian hitam ini, kan? Yang beratnya dua kali lipat daripada kau?' tanya Jessica mengalihkan pembicaraan.

'Kenapa? Kau takut?' tantang Jisoo membuat Jessica mendecih kesal.

'Kalau aku takut, aku tidak akan mau membantumu. Tidak ada kata takut dalam kamus Jessica,' jawabnya menyombongkan diri.

Another Part of Me (Bobsoo)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang