DELAPAN BELAS

237 57 2
                                    

Pagi hari yang cerah kembali muncul, atau mungkin tidak terlalu cerah bagi kamar VIP tempat Jisoo dirawat, padahal dia sedang menikmati sarapannya dengan tenang.

"Chanwoo, apa cuman aku yang merasa suasana disini terlalu dingin?" bisik Jisoo pada Chanwoo yang berdiri di sampingnya. Chanwoo mengangguk.

"Bukan cuman kau, aku sudah merasakan ini sejak semalam," balasnya. Keduanya kembali menatap sepasang sejoli yang menciptakan badai di ruangan ini.

"Apa kalian akan terus bertengkar?" tanya Jisoo pada Junhoe dan Rosé yang saling menatap dengan tajam. Oke, Jisoo mulai kesal.

"Bagaimana bisa kalian bicara tidak sopan pada atasan?!" Nadanya yang naik satu oktaf membuat Chanwoo terkejut.

"Err... Jis, secara teknis kau bukan atasan kami lagi-"

"Diam Jung Chanwoo! Ini bukan saatnya kau berbicara." Jisoo kembali menatap Junhoe dan Rosé yang masih bersitegang.

"Apa kalian di sini untuk bertengkar atau untuk menjengukku?" tanya Jisoo. Junhoe dan Rosé akhirnya memutuskan tatapan mereka dan melihat Jisoo yang melipat kedua tangannya.

"Kau butuh sesuatu?" tanya Rosé dengan khawatir. "Bagaimana keadaanmu?" Sungguh perbedaan yang kontras dengan sikapnya sedetik yang lalu pada Junhoe.

Jisoo mengendikkan bahunya. "Seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja. Para pria bodoh ini saja yang membuat keadaanku kelihatan mengenaskan," cibirnya menatap sinis Chanwoo dan Junhoe.

Chanwoo berdeham. "Maaf menyela ucapanmu tapi asal kau tahu saja, Jis. Yang membawamu ke rumah sakit dengan gila-gilaan, memesan kamar VIP, dan membayar tagihannya bukan aku atau Junhoe. Kau tahu sendiri, gaji kami tidak banyak dan kami tidak sekaya itu."

Mata Jisoo melebar. "Jadi bukan ayah yang membayar biaya rumah sakit?"

Chanwoo menggeleng. Jisoo memiringkan kepalanya heran. "Kemarin, saat kita di mall....'" gumamnya berpikir.

Mata Jisoo menyipit tajam. Bukan cuman Chanwoo, kali ini Junhoe merasakan suasana tegang.

"Jangan bilang..."

"Apa?" potong Junhoe. "Kalau Kim Jiwon yang membayarkan semua ini?" tanyanya menyuarakan dugaan Jisoo. "Kalau aku bilang benar, kau mau apa?"

"Koo Junhoe! Hentikan ucapanmu itu!"

"Kenapa?!" balas Junhoe pada Chanwoo. "Kenapa aku harus berhenti?! Dia sendiri sudah tahu akan hal itu. Lagipula dia datang untuk mencari masa lalunya, kenapa Kim Jiwon menjadi pengecualian baginya?!"

'BRAK!'

Rosé dan Chanwoo berjengit saat Junhoe keluar dan membanting pintu dengan keras. Keheningan berlangsung beberapa saat setelahnya. Rosé melirik Chanwoo yang frustasi dengan tingkah Junhoe dan menatap Jisoo yang terdiam.

"Aku mau keluar sebentar. Kalian mau titip sesuatu?" tawar Chanwoo. Rosé menggeleng namun Jisoo terdiam saja. Chanwoo sedikit menatap lama Jisoo namun kemudian tersenyum kecil. "Baiklah, aku pergi dulu." Dia menatap Rosé dan berkata, "Kabari aku kalau ada apa-apa." Rosé mengangguk.

Chanwoo keluar meninggalkan Jisoo dan Rosé berdua. Rosé menghela napas melihat Jisoo yang masih terdiam mematung bahkan setelah Chanwoo keluar. "Jangan pedulikan ucapannya, dia tidak bermaksud begitu. Kau tentu lebih mengenalnya daripada aku."

"Terima kasih, Rosé," potong Jisoo. "Kau tidak perlu merasa bersalah atau menyalahkan Junhoe, karena apa yang Junhoe ucapkan memang benar."

Rosé terdiam. Dia tidak tahu harus mengatakan apa lagi.

Another Part of Me (Bobsoo)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang