Warning! Terdapat adegan kekerasan di bawah!
***
Jisoo berlari begitu merasa tidak dilihat oleh ketiga orang itu. Dia tidak mau tampak menyedihkan di depan mereka, khususnya Bobby. Dia berbelok ke arah taman rumah sakit dan memilih tempat yang sepi didatangi orang.
'Sejak awal kau memilih untuk masuk ke dalam perangkap mereka, harusnya kau sudah siap kalau Bobby sewaktu-waktu membencimu seperti ini,' ujar Jessica.
'Diamlah! Aku tidak ingin berbicara dengan siapapun saat ini,' balas Jisoo.
'Jangan terlalu terpuruk, oke? Kita sudah tidak bisa buang-buang waktu lagi. Eunjin mulai membahayakan Donghyuk dan Rosé. Kalau tidak segera diselesaikan, siapa yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya,' jelas Jessica. 'Sudahlah, aku tidak akan mengganggumu lagi untuk sekarang. Anggap saja kau sedang sendiri.'
Jisoo menatap langit yang entah kenapa bertentangan dengan suasana hatinya saat ini. Ingatannya kembali memutar beberapa saat lalu, saat wajah kecewa dan benci Bobby muncul dan menghujamnya. Seandainya Chanwoo tidak bergerak duluan, mungkin Jisoo yang akan menampar wajah itu dengan keras.
Suara isak tangis mulai terdengar. Jisoo sadar bahwa itu adalah suaranya sendiri dan menyadari hal itu membuatnya semakin terisak. Siapapun yang melihatnya akan merasa iba dengan suara yang terdengar menyedihkan itu. Termasuk seseorang yang menatapnya dari kejauhan dengan perasaan bersalah.
Cinta adalah sesuatu yang indah namun juga menakutkan. Dan ketakutan itu... menghantuiku.
***
Sementara itu,
Rosé mengerang dan membuka matanya perlahan. Dia menutupnya untuk beberapa saat dan menyesuaikan diri dengan cahaya matahari. Kepalanya terasa sakit dan dia mengernyit mendapati pergerakan tangannya terbatas.
Ketika sadar sepenuhnya, Rosé terkejut mendapati kedua tangannya terikat di kursi. Dia menoleh ke sekeliling ruangan yang seperti gudang tua itu dan mendapati Donghyuk yang juga terikat. Ada beberapa pecahan kaca di sekeliling kakinya yang dia paksa untuk berjinjit. Keringat terlihat di seluruh tubuhnya, beberapa bercampur dengan darah yang mengering. Juga mulutnya yang tertutup dengan kain.
"Kim Donghyuk, apa yang terjadi padamu?" tanya Rosé dengan suara panik. Donghyuk menoleh padanya dan matanya fokus ke arah atas Rosé.
Kemudian Rosé mendongak dan melihat di atas kepalanya ada beberapa benda tajam yang siap jatuh tertarik gravitasi kapan saja. Tali yang memicunya terhubung dengan ikatan di tangan Donghyuk. Ada beberapa goresan di tali yang tebal itu, yang apabila putus akan menyebabkan benda tajam itu jatuh mengenai Rosé.
"Sepertinya tuan putri sudah sadar, ya?" Suara perempuan terdengar saat pintu gudang tua itu terbuka. Rosé mengernyit mendapati seorang perempuan yang sepertinya seumuran dengannya berdiri sambil berkacak pinggang. Auranya yang menekan membuat Rosé merasa terintimidasi meskipun wajah datar yang dia tampilkan saat ini, berusaha tetap tenang. Dari wajahnya terlihat kalau dia sudah melalui banyak hal yang menyulitkan.
"Pasti kau adik Song Yunhyeong, kan?" tanya Rosé memastikan. Eunjin berdecih pelan. "Sepertinya pengkhianat itu sudah memberi tahu banyak hal padamu." Dia maju ke depan dan mencengkeram rahang Rosé.
"Katakan padaku, sejauh mana yang dia beritahu!" Eunjin menatap nyalang Rosé yang balas menatap tajam dan menggeleng. "Aku tidak tahu apa yang kau maksud."
'PLAK!'
Rosé merasa lehernya sakit saat kepalanya tersentak ke arah kiri. "Katakan padaku," ulang Eunjin. Rosé menyeringai dan menggeleng, "Aku tetap tidak tahu apa maksudmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Part of Me (Bobsoo)✓
FanfictionKetika masa lalumu yang kelam, bagian dari sejarah yang tidak bisa kau hapus kembali datang menghantuimu. Disaat kau ingin melangkah ke masa depan, namun masa lalu menahanmu dalam kubangan penyesalan, apakah yang harus dilakukan? A story from Bobby...