DUA PULUH TUJUH

258 53 3
                                    

Jisoo bangun lebih cepat pagi ini. Dia sempat bingung mendapati suasana yang asing saat terbangun. Dia kemudian sadar bahwa dia tidak di kamarnya saat ini, melainkan di apartemen Bobby. Jisoo memutuskan keluar dari kamar dan mendapati Bobby yang masih tertidur pulas di sofa ruang tamu.

Jisoo meringis. 'Bagaimana dia bisa tidur dengan nyaman seperti itu?' Dia memutuskan ke dapur dan mengecek bahan makanan Bobby di kulkas. Untungnya dia menemukan kulkas itu dalam keadaan penuh. Jisoo menatap kulkas itu datar. 'Sepertinya dia lebih sering menghabiskan waktu di luar daripada di apartemennya. Bagaimana bisa kulkasnya kosong seperti ini?!'

Jisoo melirik meja makan dan menemukan roti. Harapannya menurun drastis setelah melihat ternyata roti itu sudah berjamur. 'Pantas kelakuannya seperti orang gila, makanannya saja seperti ini,' keluh Jisoo gusar.

Dia menghela napas dan mengambil handphone Bobby yang terletak di meja. Untungnya handphonenya tidak dikunci jadi Jisoo bebas mengutak-atik benda itu. Dia memutuskan memesan makanan demi kesehatan perutnya yang lebih baik.

"Kau tahu kalau melihat isi handphone orang sembarangan itu ilegal?" tanya sebuah suara parau membuat Jisoo terkesiap dan menatap Bobby yang mengedipkan sebelah matanya. Jisoo meletakkan kembali handphone Bobby dan berdecak. "Ini kan gara-gara kau sendiri. Kenapa isi kulkasmu tidak punya kehidupan?"

Bobby bangun dan duduk. Dia mengacak-acak rambutnya dan menguap. "Itu karena aku tidak punya waktu untuk berbelanja. Biasanya Donghyuk atau Hanbin yang akan mengisi kulkasku," ujarnya memberi alasan.

"Ck! Kau ini benar-benar ya....." Jisoo tidak bisa berkata-kata. "Aku tidak bisa membayangkan berapa banyak stok sabar mereka selama ini."

"Sudahlah, jangan mengurusi mereka," celetuk Bobby. "Mending kau pikirkan bagaimana masalahmu saat ini? Aku tidak mau tiba-tiba ada banyak tentara mengepung apartemenku."

"Apa makanannya sudah sampai?" tanya Jisoo mengalihkan pembicaran. "Aku sudah lapar." Bobby menatapnya datar. "Mungkin sebaiknya kau pergi mencuci muka dan gosok gigi lebih dulu, Bob." Yang disuruh hanya menghela napas kemudian mengangguk dan pergi meninggalkan Jisoo yang terdiam setelah Bobby masuk ke kamarnya.

***

Bobby dan Jisoo menikmati makanan mereka dalam diam. Jisoo yang terdiam karena ucapan Bobby sebelumnya dan Bobby yang terdiam karena makanannya yang enak.

Bobby yang menyelesaikan makanannya lebih dulu berdeham dan menatap Jisoo. "Kau mau kuantar hari ini?" tanya Bobby. Jisoo berhenti mengunyah makanannya dan menatap Bobby, menunggu apa yang ingin dibicarakan oleh laki-laki itu.

"Kau tahu kan, kalau kau harus menyelesaikan masalah dengan kedua ayahmu," ujar Bobby. "Aku tidak ingin kau salah paham, tapi kau harus melihat dari sisi mereka juga."

"Ayahmu, Jenderal Dong Youngbae. Aku mungkin tidak kenal dekat dengannya tapi kulihat dia hanya tidak ingin kehilangan seseorang yang sudah dianggapnya anak sendiri. Kutahu caranya salah, tapi apa yang dilakukannya tidak lebih adalah bentuk kasih sayangnya padamu. Buktinya dia tetap memberimu kasih sayang, memperlakukanmu seperti anaknya sendiri, kan? Kalau tidak, tidak mungkin dia datang saat kau masuk rumah sakit hari itu. Itu salah satunya, kau yang lebih tahu soal dia."

"Sedangkan Kim Jaejoong, yahhh.... dia juga pasti menyayangimu. Bukan masalah kapan dia mencarimu. Nyatanya dia masih mencari putrinya bahkan hingga 27 tahun berlalu sebenarnya sungguh diluar dugaan. Orang lain belum tentu bisa melakukan itu. Terlebih saat dia masih berusaha, Jenderal Youngbae juga menyembunyikan identitasmu. Kau sendiri bisa menilai keduanya."

"Apa kau menyuruhku memaafkan mereka sekarang?" balas Jisoo. "Aku tidak sebaik itu, Kim Jiwon."

Bobby menghela napas. "Siapa yang bilang kalau kau itu baik? Kau ini pemarah, susah ditebak, sok misterius, terlalu dingin..."

Another Part of Me (Bobsoo)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang