TIGA PULUH

319 47 3
                                    

"Kalian betul-betul tidak seru. Bagaimana bisa kalian menyadari kalau itu kami? Donghyuk bahkan sudah memakai wig aneh itu dengan sukarela," sahut Hanbin kesal. Di sebelahnya ada Jennie yang sedang memperbaiki make up-nya yang berantakan sehabis menangis. Rosé, Chanwoo, dan Junhoe tiba dengan membawa es krim dan cupcake.

"Siapa yang bilang aku setuju, hah?" balas Donghyuk dongkol. "Dari awal aku sudah tidak setuju dengan saranmu untuk menyamar." Dia kemudian menyeringai dan menatap Hanbin jahil. "Lagipula, feelingku itu kuat. Aku menang taruhan, kan?"

Hanbin menatap Donghyuk jengkel kemudian mengambil satu cupcake dan memakannya. Bobby menghela napas pelan dan memakan es krimnya. Jisoo di sampingnya tak henti-hentinya memasang senyum, puas mengerjai para stalker-nya.

"Penyamaran kalian terlalu mencolok. Tapi..., kalau kalian sudah tahu kami mau masuk ke rumah hantu, kenapa kalian tetap mengikuti? Jennie tidak akan histeris begitu jika kalian tidak nekat masuk," ujar Jisoo. Dia menatap Hanbin seakan menilai kemudian mendengus. "Apalagi kau. Suaramu dan Junhoe paling keras di dalam sana."

Bobby terkekeh pelan. Dia mengingat kembali saat dia dan Jisoo memutuskan untuk mengerjai Hanbin dan yang lainnya. Siapa sangka, seorang pasukan terlatih seperti Junhoe takut pada makhluk astral yang belum tentu jelas keberadaannya.

"Kapan kau akan melakukan hukumanmu, Kim Hanbin?" tanya Chanwoo sambil menyengir jahil. "Aku tidak sabar mendengar teriakan seriosamu sekali lagi." Hanbin berdecak kesal dan merengut.

"Biarkan Hanbin menjalankan hukumannya sedangkan kita bisa naik wahana yang lain." Hanbin menatap Jennie tak percaya. "Jennie, jangan kau juga~"

"APA?! Kalau bukan karena kau, aku tidak akan masuk ke rumah hantu itu dan menjadi orang gila di dalamnya." Hanbin menundukkan kepalanya mendengar Jennie yang kesal.

"Jen." Jennie menoleh menatap Rosé yang memanggilnya. "Kecilkan sedikit suaramu. Kau membuat semua orang kaget dan melihat kemari. Lalu, kau bisa duduk dan bicara pelan-pelan, tidak perlu berdiri."

Jennie menoleh dan menyadari banyak yang melihatnya aneh. Cukup membuat pipinya bersemu malu. Perlahan dia duduk. Dia menatap ke depan dan mendapati Hanbin yang terkikik pelan.

"Auhh..., kenapa kau menendang kakiku?" tanya Hanbin. Jennie menatapnya jengkel. "Itu semua karena kau sendiri."

Sementara itu, Bobby sedari tadi memerhatikan Jisoo yang duduk di depannya. "Ada es krim di wajahmu." Jisoo mengangkat alisnya dan berniat mengambil tisu saat Bobby medahuluinya dan membersihkan sudut bibir Jisoo. "Kau ini makan seperti anak kecil."

Bobby menatap wajah Jisoo yang sangat dekat dengannya. "Atau kau ini sengaja berbuat seperti itu? Seperti di drama-drama?"

"Halo, Kak Jinhwan. Adikmu sedang diganggu oleh seorang laki-laki."

"Kami tidak ngapa-ngapain!" seru Bobby spontan. Dia menoleh mendapati enam pasang mata melihatnya sedang tertawa puas. Bobby menjitak kepala Chanwoo yang masih menempelkan ponsel di telinganya.

Jisoo tersenyum menatap mereka semua. Tidak perlu banyak kata untuk menggambarkan kegembiraannya saat ini. Cukup bersama teman-teman dan keluarganya, dia merasa kembali hidup. Dan untuk pertama kalinya, Jisoo menikmati waktunya. 'Aku harap, ini akan berlangsung lama.'

'Aku rasa tidak.' Suara itu mendengung di kepala Jisoo.

'DEG!'

'Bagaimanapun, kita berdua sama-sama tahu kalau kau tidak pernah ditakdirkan bahagia dalam waktu lama.'

'Aku merasa aku sudah cukup memberimu waktu selama ini. Kau harus menghadapi jati dirimu yang sesungguhnya, Kim Jisoo!'

'Kenapa kau selalu menggangguku? Apa aku tidak boleh bahagia?'

Another Part of Me (Bobsoo)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang