Pukul 3 dini hari Cassandra terbangun dari tidur lelapnya karena tenggorokannya yang seperti kering, Cassandra terduduk dan menyandarkan punggungnya di kepala ranjang, Cassandra mengambil gelas yang biasa ia isi dengan air sebelum tidur yang ia letakkan di nakas sebelah kanannya, ah... Air di gelas itu habis sepertinya semalam sebelum tidur Cassandra sempat meminumnya jadinya gelas ber isi air itu habis.
Cassandra menengok ke samping kirinya, kemana laki-laki itu? Kemapa laki-laki yang sudah menjadi suaminya itu? bukannya semalam sesudah melakukan hal itu Arga langsung tertidur di sampingnya, tapi kenapa sekarang pria itu tidak ada. Apa pria itu kembali ke kamarnya? Ah entah lah Cassandra tidak mau ambil pusing tentang hal itu.
Cassandra melangkahkan kakinya sambil menjepit selimut yang menutupi tubuh polosnya ia mencari satu stel piama lengan panjang yang ia kenakan semalam beserta dalamannya, setelah menemukannya Cassandra memakainya, kemudian berjalan hendak ke dapur, letak dapur di rumah ini ada di lantai bawah jadi Cassandra harus turun terlebih dahulu dan melewati kamar Arga baru setelahnya tangga agar bisa sampai ke dapur.
Cassandra terus berjalan sampai ia mendengar seperti ada suara isak tangis yang terputus-putus, ketahui lah Cassandra bukan lah wanita yang tidak takut dengan hal-hal gaib jangankan melihat langsung menonton film horor sendirian saja Cassandra tidak berani.
Cassandra mempertajam indra pendengarannya sepertinya suara isak tangis itu berasal dari kamar itu, kamar yang selalu di kunci itu, letak kamar itu memang bersebelahan dengan letak kamar milik Arga.
Cassandra melangkah mendekatkan dirinya ke arah kamar itu, Cassandra mengintip dari balik pintu yang celahnya terbuka sedikit.
Di liatnya seorang pria di dalam sana menangis sambil memeluk sebuah bingkai foto, pria itu terlihat begitu rapuh dan sedih kerinduan terpancar jelas dari auranya.
Cassandra yang menyaksikan kejadian itu pun merasa tersentuh dan iba kepada pria itu, ada apa dengan pria itu? Siapa orang yang dimaksud pria itu? Apa sebegitu terpukulnya kah orang itu? Cassandra yakin orang yang berada dalam bingkai foto itu adalah orang yang sangat berarti bagi pria itu buktinya pria itu sampai menangis sedemikian hanya gara-gara sebuah foto.
Pria itu mendongakkan kepalanya nampak seperti menahan air matanya yang mungkin saja akan kembali berlinang, dan ketika itu Cassandra dapat melihat dengan jelas siapa pria yang menangis di tengah malam ini, ternyata.... Ternyata pria itu adalah Arga, Arga suaminya.
Cassandra mengucek matanya beberapa kali benarkah apa yang ia lihat ini, Arga menangis? Kenapa bisa? Belum pernah sekali pun Cassandra melihat Arga menangis dan selemah ini.
Cassandra buru-buru pergi dari tempat itu ketika melihat sepertinya Arga akan keluar.
🌃 🌃 🌃
Cassandra duduk dan minum dengan pikiran berkecamuk kesana kemari memikirkan sikap Arga, menurut Cassandra pria itu penuh misteri, pria itu suka dengan bunga yang sama sekali tidak sesuai dengan kepribadiannya dan yang kedua pria itu ternyata bisa juga menangis, tapi hanya pada saat itu saja.
"Apa yang kau fikirkan?" Tanya sebuah suara itu membuyarkan lamunan Cassandra
"Kau!" Pekik Cassandra terkejut akan kehadiran Arga yang menurut dia tiba-tiba.
"Kenapa kau melihatku seperti melihat hantu?"
"Tidak, bukan begitu, sejak kapan kau di sini?" Tanya Cassandra sedari tadi dia asik melamun jadi dia tidak sadar jika Arga ternyata berada di dekatnya sedari tadi.
"Baru saja kenapa memangnya?" Tanpa rasa curiga Arga mengambil sekaleng bir yang selalu tersedia di kulkas lalu membuka tutupnya dan meminumnya.
Kamar yang rahasia yang ada di rumah ini memang kedap suara jadi Arga tidak tau bahwa tadi Cassandra mengintip dirinya yang sedang menangis, lagi pun biasanya Arga selalu menutup pintu itu bila dia sedang berada di kamar itu, jadi Arga biasa-biasa saja walaupun ia tau sebelum ke dapur pasti Cassandra melewati kamar itu.
"Tidak. Eh sepertinya hari ini aku begitu lelah aku mau ke kamar dulu, aku ingin beristirahat." Ucap Cassandra menguap tiba-tiba saja rasa ngantuk yang tadi tidak Cassandra rasakan menjadi ada selepas dia minum. Cassandra turun dari kursi pantry kemudian melangkah hendak menuju ke kamarnya.
"Ehm.... Cassandra tunggu sebentar ada yang ingin ku bicarakan denganmu." Cassandra berbalik menghadap Arga kemudian kembali duduk di kursi pantry.
"Ada apa?" Tanya Cassandra rasanya saat ini matanya sudah ingin terpejam dan dia tidak ingin membuang-buang waktu hanya untuk berlama-lama mengobrol dengan Arga di waktu dini hari.
"Nanti pagi kemungkinan aku akan pergi ke luar negri untuk mengurus bisnisku dan aku juga ada sedikit keperluan."
"Oh... Ya sudah kalau begitu, ah tapi sejak kapan kau meminta izin kepadaku bukan kah selama ini kau akan melakukan hal apa pun semau mu?" Tanya Cassandra heran selama ini pria ini jika ingin melakukan sesuatu pasti tidak pernah izin dengannya lalu kenapa sekarang pria ini seolah meminta izin dengannya.
Arga terdiam di tempat dalam hati membenarkan pertanyaan Cassandra sejak kapan jika dia akan melakukan sesuatu izin terlebih dahulu, sebelum-sebelumnya Arga tidak pernah seperti ini bahkan dengan Laura yang berstatus kekasihnya pun ia tidak pernah izin jika hendak melakukan sesuatu, terkecuali dengan perempuan itu tentunya oh salah sekarang menjadi 2 orang perempuan, Cassandra dan wanita yang berada di masa lalunya itu.
"Tidak. Aki bukannya ingin meminta izin denganmu aku hanya berniat memberitau mu saja." Elak Arga
"Ah... Ya sudah lah terserah saja aku ngantuk aku ingin tidur." Kemudian Cassandra berjalan terseok seok, dia sudah malas berpikir karena matanya kini sedang tidak bisa di kondisikan
🥛🥛🥛
Bersambung.......
70+ votes up hari ini juga
Ps: maafkan atas ke typo annya
Votmen jangan lupa
Agar lebih tau info cerita ini selanjutnya boleh polow akun ig aku
@queen_fiksi (akun khusus kepenulisan)
@ptryutami (akun pribadi)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sad Wife [#2 The Story] {Cassandra Arga}
RandomThe Story series: 1. Bianca story 2. Casandra story✔ 3. Flora story Cassandra seorang gadis manja yang dipaksa oleh kehidupan Untuk berjuang keras, hidupnya yang dulu kaya raya, harus menjadi susah karena sang ayah tergila-gila dengan sekertarisnya...