Aku pikir,
luka yang terasa menyakitkan,
kadang memang harus disembunyikan,
agar perlahan bisa dikubur dalam kenangan.
Tapi ternyata aku salah mengambil keputusan,
nyatanya kini semua luka itu berebut untuk menjatuhkan.- Lentera Redup -
"Saya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada kamu. Saya juga tidak ingin memaksa masuk ke dalam kehidupan kamu kalau memang kamu melarang. Tapi yang bisa saya katakan sekarang adalah jangan sekalipun memendam semua yang kamu rasakan sendiri. Jangan sembunyikan semua luka itu dan berharap dengan tiba-tiba mereka akan pergi. Selama ini kamu tidak mencoba untuk melupakan luka, namun kamu mengunci mereka dan membiarkan semua energi negatif itu menyerang balik diri sendiri."
Kata-kata Dokter Ardi masih terus terngiang di telinganya selama perjalanan pulang dari rumah sakit. Ia masih ingat sorot mata sendu dokter berusia tiga puluhan tahun itu.
Seperti katanya, Dokter Ardi tidakka memaksa Alfa untuk menceritakan apa yang terjadi. Setelah ia mengatakan keinginan terburuknya secara tiba-tiba, Dokter Ardi mendadak terdiam dan menatapnya lama. Mungkin beliau terkejut mendengarnya dan tidak tahu mau merespon apa. Pada akhirnya Dokter Ardi hanya bangkit dari tempat duduk, mengatakan kalimat tadi dan menasehati agar tidak melakukan hal yang bisa membahayakan dirinya sendiri.
"Lagi mikirin apa, Fa?" Suara berat itu memecah keheningan. Alfa menoleh pada Ustadz Hasyim, tersenyum canggung. Berharap bahwa ekspresi sendunya sudah hilang.
"Nggak ada, Om. Alfa nggak mikirin apa-apa," ujarnya pelan.
Salah satu alis Ustadz Hasyim terangkat. "Nggak mikirin apa-apa? Kamu yakin? Dari tadi Om perhatiin kamu diam aja," kata Ustadz Hasyim sambil melirik keponakannya. Dengan cepat menyadari kalau ekspresi wajah remaja laki-laki itu berubah. "Kamu lagi ada masalah? Kalau ada, kamu bisa cerita sama Om. Biar Om ban-"
Alfa terkekeh singkat mendengar pernyataan itu. Ia melipat tangan dan membuang wajahnya ke arah kaca mobil. "Sejak kapan Om peduli sama Alfa? Bukannya selama ini gak ada yang mau perhatiin Alfa sama sekali?"
Kalimat yang dilontarkan dengan nada dingin itu sukses membuat Ustadz Hasyim bungkam. Beliau hanya menatap keponakannya dengan tatapan tidak percaya, namun tidak berkata apa-apa.
Dokter Ardi diam-diam telah menjelaskan pada Ustadz Hasyim mengenai kondisi Alfa. Tentu saja saat mendengarnya lelaki itu terkejut dan diselimuti rasa bersalah. Maka dari itu, ia berusaha untuk menanyakan kondisi Alfa. Namun di luar dugaan, Alfa justru membalas dengan kata-kata yang tidak ia sangka. Membuat Ustadz Hasyim semakin khawatir padanya.
Mobil Ustadz Hasyim bergerak memasuki area pondok Pesantren Ahlul Qur'an. Alfa segera bersiap untuk membuka pintu, ingin secepatnya mengangkat kaki dari mobil ini. Namun gerakannya ditahân oleh suara Ustadz Hasyim yang kembali terdengar.
"Malam ini datang ke paviliun. Abah mau ketemu sama kamu. Jangan kabur," ucap lelaki itu datar.
Alfa menoleh sekilas, lantas mengangkat bahu tidak peduli dan melompat keluar mobil sambil berkata, "Iya, kalau Alfa ingat."
- Ustadz Hasyim -
Kembalinya Alfa ke pesantren disambut hangat oleh teman-teman seperjuangannya. Tidak butuh lama bagi Alfa untuk kembali tersenyum dan tertawa setelah masuk kembali dalam lingkaran kehangatan pertemanan itu. Walau semua itu bisa tercipta karena topeng yang ia gunakan untuk menutup semua goresan lukanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/184915752-288-k261085.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Redup {SELESAI}
Подростковая литератураPercayalah, ini mungkin adalah kisah paling rumit yang pernah kalian temui. Namanya Alfa, remaja laki-laki yang bahkan baru menginjak bangku sekolah menengah. Ia adalah laki-laki kuat yang tumbuh dengan perlakuan kasar dari kakeknya. Ia adalah lak...