Tinggal Kenangan

355 28 0
                                    

"Detak jantungnya melemah, Dok."

Situasi di UGD tak sebaik di luar. Di dalam sini, seorang dokter berusia tiga puluhan dan beberapa perawat terus bergerak tak kenal berhenti demi seorang anak yang sedang di ambang kematiannya. Setiap detik berharga. Mereka sebisa mungkin harus mencari cara agar detak kantung anak ini kembali normal.

Wajah-wajah mereka terlihat serius, terutama si Dokter yang sejak tadi bekerja sambil berpikir satu-dua langkah yang harus di ambil kedepannya. Dia tak mau keluar dari ruangan dan dengan wajah amat menyesal khas dokter-dokter di sinetron mengatakan bahwa mereka sudah berusaha semaksimal mungkin, namun nyawa pasien tak bisa diselamatkan. Sudah pasti keadaan di luar akan semakin kacau dibanding sekarang.

Dokter itu menggeram, kembali meminta bantuan ini-itu, memerintah ini-itu. Namun belum ada hasil yang memuaskan dari apa pun yang mereka lakukan. Situasi kembali tegang.

"Dok, apa langkah yang harus kita ambil selanjutnya?"

Tidak, tidak ada yang boleh pergi malam ini. Termasuk remaja berusia tiga belas tahun yang tengah terbaring di atas dipan itu. Remaja dengan wajah sendu yang seumur hidupnya berusaha menyembunyikan  seluruh lelah dan kecewanya.

Seandainya keajaiban itu masih tersisa ...

- Alfa -

Kehilangan.

Itu adalah kosa kata horor di hidup setiap manusia. Maksudnya, siapa yang menyukai kehilangan? Tidak ada. Setiap manusia, jika mereka bisa, mungkin akan berusaha untuk menghindari kehilangan.

Ada beberapa hal yang ditinggalkan oleh seseorang yang pada akhirnya pergi dari dunia. Salah satunya yang tidak akan terhapus oleh waktu adalah kenangan. Kenangan, yang baik maupun yang buruk, akan selalu terekam dalam ingatan. Itulah satu-satunya cara paling efektif untuk mengingat dan mengenang orang yang telah pergi tersebut.

Bagaimana ... bagaimana kalau malam ini Alfa juga tinggal kenangan di benak orang-orang yang menyayanginya?

Ketiga bersaudara itu akhirnya kembali masuk ke dalam. Bergabung dengan keluarga mereka yang masih menunggu dengan gelisah. Kakek yang beberapa menit lalu masih sibuk berteriak akhirnya terduduk di kursi tunggu. Pandangannya mengarah lurus ke bawah, mulutnya terkunci rapat. Sesekali dahinya mengerut, seperti ada sesuatu yang sedang laki-laki tua ini pikirkan.

Awalnya Rio ingin berdiri saja, tepat di depan pintu UGD. Supaya saat pintu terbuka, dokter atau perawat keluar, dia-lah orang pertama yang buru-buru mendekat dan bertanya kabar Alfa, agar orang-orang itu tahu bahwa dia tidak seperti mereka yang selalu mengabaikan cowok itu.

Namun dengan cepat Kiara menarik lengan Rio. Membawanya ke arah kursi tunggu dan memaksanya untuk duduk di sebelah Kakek. Meski sudah terduduk karena tidak menyangka akan gerakan Kiara, Rio segara memberi kode lewat tatapan mata. Menyatakan keberatannya terang-terangan.

Melihat itu Kiara hanya mengangkat bahu. Lantas berdiri di sebelah Rio, menyandarkan tubuhnya di dinding.

Sejak menyimpulkan sendiri bahwa Kakek tidak menyukainya, Rio tidak pernah berhubungan dengan kakeknya sendiri lagi. Tidak pernah bertemu, tidak ada berkirim-kirim pesan, bahwa sekadar menanyakan kabar satu sama lain saja tidak.

Kakek menjadi pribadi yang sulit dipahami sejak kematian anak sulungnya, itu penjelasan Kyai Anshar yang awalnya tidak bisa Rio pahami. Namun setelah cerita-cerita lama itu mengalir, barulah ia mengerti. Kejadian-kejadian berat di masa lalu itu tidak hanya merobek hati mereka, namun juga Kakek. Kakek punya sejuta penyesalan dan amarah yang kini bercampur menjadi satu. Di satu sisi ia menyalahkan dirinya atas kejadian itu, dan di sisi lain dia menjadikan Alfa sebagai kambing hitam, entah apa alasannya.

Lentera Redup {SELESAI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang