Keributan Tengah Malam

275 36 0
                                    

Tepat pukul dua belas malam, Haikal dan Raffi keluar dari kamar. Berjinjit pelan agar para penghuni kamar tidak terbangun. Tujuan mereka adalah kamar musyrif atau pembina asrama.

"Fi, kamu tunggu di sini. Kasih tahu kalau ada yang ke sini, ya," kata Haikal pelan. Raffi mengangguk.

Dengan waspada yang besar, Haikal mendorong pintu itu dengan hati-hati. Memperhatikan keadaan sebentar, lantas melangkah cepat menuju nakas. Mengambil barang yang ia cari.

Saatnya senjata makan tuan.

Haikal bergegas kembali ke depan. Memberi isyarat untuk naik ke lantai dua. Menemui Faris dan Luqman yang menunggu di depan pintu kamar anak-anak itu.

Alfa dan Yusuf bukan tak mau membantu. Tapi mengingat posisi Alfa sebagai ketua santri dan Yusuf yang baru saja menjadi ketua kelas, membuat mereka berempat urung mengajak dua anak itu. Terlalu berbahaya kalau mereka ikut berulah.

"Mana mainannya?" Luqman dengan tidak sabaran meminta tikus mainan tersebut. Entah bagaimana caranya, dia hafal kalau jendela kamar ini tidak pernah tertutup rapat. Selalu terbuka sedikit.

Luqman dengan hati-hati memasukkan tikus itu ke kamar. Lantas memberi kode untuk Faris agar melancarkan aksinya.

Dengan sebuah kertas yang digulung, maka Faris mulai membuat suara-suara yang aneh.

"Kamu bisa lihat kemana jalan tikusnya, Man?" tanya Raffi yang sedari tadi memperhatikan temannya itu.

"Ya enggaklah. Kamu pikir aku cenayang?" gerutu anak itu.

Memang benar. Tikus itu hanya berputar-putar tak tentu arah. Menabrak apapun di depannya sampai menimbulkan suara yang berisik.

"Tapi feeling aku mereka udah bangun."

Raffi menepuk pundak Faris, kode kalau dia harus membuat suara-suara yang lebih mistis lagi agar mereka berenam keluar.

"Suara apaan, tuh?" Mulai terdengar suara berisik dari kamar.

"Apa kita lagi digangguin sama arwah gentayangan?"

"Pasti ini kerjaan anak atas! Yuk, kita keluar dan lantak mereka."

Raffi bersorak dalam hati. Rencana Haikal berhasil.

Sekarang tinggal langkah terakhir. Dia mengajak teman-temannya menepi dan masuk ke bagian yang paling ditunggu-tunggu.

Tepat ketika Reksa membuka pintu kayu itu, kedua matanya melihat sebuah sosok yang terbungkus kain putih di depannya. Lengkap dengan kapas di hidung dan cairan merah menetes di pipi.

Serta seberkas cahaya senter di wajahnya.

Membuat mereka terkejut bukan main.

"AAAKKHHHH!!!! SETAN!!!!!" Teriakan spontan mereka berenam membuat asrama itu rusuh seketika. Dan pastinya memanggil malapetaka.

"ASTAGHFIRULLAH!!! KALIAN NGAPAIN??!!!"

- Haikal -

"Dua belas santri kelas tujuh berulah tadi malam, Abah." Ustadz Hasyim ragu-ragu melapor pada laki-laki berumur delapan puluh tahunan itu. Takut melihat reaksi laki-laki  itu yang bisa jadi marah besar.

Lentera Redup {SELESAI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang