Pertanyaan Untuk Tuhan

1.3K 100 2
                                    

Tangan kecil itu dengan cepat menuliskan kata demi kata di atas selembar kertas. Menggigit bibir serta berkali-kali mengusap ujung mata yang sudah berair. Tidak, ia tidak mau menangis sekarang. Bukan waktunya untuk menangisi keadaan yang tak berpihak padanya.

Ia membuat judul yang amat besar. Untuk ukuran anak sekecilnya, tulisannya bisa dibilang sangat bagus. Ditulis pula dengan tinta merah yang membuat siapa pun bisa membacanya dengan jelas.

Matanya kembali melihat ke judul tersebut. Lantas kembali membaca isinya sebanyak tiga kali. Ia menghela napas. Kalau sudah ia tulis, selanjutnya apa? Ia hanyutkan di sungai? Ia bentuk menjadi pesawat terbang dan diterbangkan? Entahlah, ia hanya mengikuti saran guru silatnya.

Sebuah ide muncul di kepala anak itu. Ia mengambil sebuah kertas lain dan melipatnya hingga menyerupai bentuk amplop. Kemudian ia melipat kertas berisi tulisannya tadi ke dalam amplop tersebut. Terakhir, ia mengambil lem kertas. Lantas amplop tersebut ia tempelkan di salah satu halaman kosong buku hariannya.

Kata anak-anak lain, ia aneh. Aneh karena mempunyai buku harian. Yang teman-temannya tahu, buku harian hanya bisa dan boleh dimiliki oleh anak perempuan. Tapi masa bodoh dengan pendapat orang. Ia tidak pernah meminta pendapat mereka, lantas kenapa ia harus peduli?

Ia mengembuskan napas lega. Setidaknya ia bisa yakin kalau tidak ada yang bisa menemukan kertas tersebut. Terutama kakeknya.

Pertanyaan Untuk Tuhan

Aku tidak tahu apa yang salah denganku.

Aku tidak melakukan kesalahan apa pun sejauh ini.

Tapi mengapa Kakek sangat membenciku?

Bukan hanya Kakek, tapi aku yakin semua keluargaku juga membenciku.

Apa yang salah denganku?

Kesalahan apa yang aku perbuat?

Aku hanya ingin seperti anak-anak lain yang bisa bersenang-senang menikmati masa kecilnya.

Aku hanya ingin seperti anak-anak lain yang tertawa sepanjang waktu bersama keluarganya.

Kenapa aku tidak seperti mereka?

Kenapa aku selalu menjadi korban kekesalan Kakek?

Apa yang telah aku perbuat sampai Kakek semarah itu padaku?

Apa ini kelihatan adil?

Katanya Allah mahaadil, tapi kenapa aku rasa ini semua tidak adil?

Tuhan, aku punya pertanyaan untuk-Mu.

Tuhan, dari sekian banyaknya orang di dunia, kenapa harus aku yang tersakiti?

"Semoga Allah mau jawab pertanyaan Alfa," ujar anak lugu itu.

- Lentera Redup -

Lentera Redup {SELESAI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang