Ditengah kerumunan orang dan dentuman musik yang menggetarkan jiwa, Inez menggoyangkan pinggulnya dengan luwes, tangan dan kakinya mengikuti gerakan tubuhnya yang semakin lama semakin lincah bergerak.
Malam kian larut, musik DJ yang terdengar tidak kunjung berhenti, melainkan semakin keras berbunyi, membuat sekumpulan orang didalam ruangan cukup besar tersebut bersorak ria, termasuk Inez sendiri.
Kesadaran Inez tidak sepenuhnya normal, cewek itu beberapa kali terhuyung ditengah orang-orang yang sedang berjoget dibawa siraman lampu bar yang berwarna-warni. Separuh terpejam, Inez mengikuti alunan musik. Satu botol alkohol yang membuatnya seperti ini.
"GUE NGGAK PEDULI LO CINTA SAMA GUE ATAU NGGAK, GUE NGGAK NYESEL SAMA SEKALI PUTUS SAMA LO! GUE BEBAS! NGGAK ADA YANG BISA GANGGUIN GUE LAGI!"
Inez berteriak keras sambil semangat bergoyang. Tidak ada yang peduli dengannya, semua orang di sana fokus pada urusannya masing-masing. Cewek itu tersenyum sesaat setelah matanya terpejam. Pandangannya mengabur, namun Inez masih cukup kuat untuk berdiri meskipun beberapa kali hampir terjatuh.
Pukul sebelas malam, tempat ini semakin ramai di kunjungi. Inez membuka matanya secara perlahan ketika rambut panjangnya disentuh oleh seseorang. Cahaya yang minim membuat Inez kesulitan untuk menangkap siapa gerangan orang tersebut. Belum lagi jika dirinya mabuk, semakin sulit saja untuk berkonsentrasi.
"Halo cantik."
Inez mendesah kecil ketika ceruk lehernya di cium singkat oleh seorang laki-laki. Inez tidak menolak, ia membutuhkan itu. Inez kembali memejamkan matanya, sementara laki-laki tersebut sudah mulai bergoyang mengikuti alunan musik.
Laki-laki tersebut tersenyum senang menyadari jika Inez memberikan peluang. Ia memegangi pinggang Inez dengan erat, lalu mengikuti goyangan cewek itu yang terlihat seksi dan menggoda.
Pakaian Inez yang terlihat pendek, atau familiar disebut kekurangan bahan, tentu saja terlihat menggoda di mata para laki-laki.
"Ahh ...." Inez kembali mendesah ketika ia merasa jika bokongnya diremas. Inez mengalungkan kedua tangannya di leher laki-laki tersebut, lalu tersenyum lebar.
"Gimana sayang? Enak?" Inez mengangguk cepat, sementara laki-laki tidak dikenal tersebut terkekeh. Inez semakin lihai menggoyangkan tubuhnya. Lalu, ketika musik perlahan sudah mulai memudar, Inez langsung meraup bibir laki-laki itu dan menciumnya dalam.
Laki-laki tersebut tentu saja tidak mengelak, ia justru malah ingin lebih dari ini. Ciuman yang awalnya lambat berubah menjadi ganas. Inez memejamkan matanya sembari menjambak rambut laki-laki itu. Pagutan semakin cepat, lidah saling membelit, dan irama jantung yang semakin bergetar. Inez melepaskan ciumannya ketika dirasa napasnya sudah menipis."Sayang, mau pindah ke kamar aja?"
Inez membasahi bibirnya dengan lidah, pandangannya yang agak mengabur kini mengarah kepada wajah laki-laki yang masih setia memeluk Inez dengan posesif.
Inez tertawa keras, mengundang kebingungan di wajah laki-laki itu. "Kenapa malah ketawa sayang?" ujarnya sambil menyerngitkan kening. "Mau kan pindah ke hotel?"
"Punya duit berapa lo sampai berani ngajak gue ke hotel?" Inez terkekeh diakhir kalimatnya.
"Kamu maunya berapa?"
"Sekali pegang lima juta, kalo sampai masuk nambah dua kali lipat. Setuju?"
"Cuma itu?" Laki-laki itu tersenyum remeh. "Kamu bisa dapet lima kali lipat dari itu asalkan malam ini kamu jual tubuh seksi kamu itu sayang."
Inez masih setengah sadar. Ia tidak sepenuhnya tau apa yang sedang diucapkan dirinya. Tubuhnya masih berada dibawah pengaruhi alkohol. Inez hampir saja mengangguk dan mengucapkan 'ya' tanda ia setuju dengan tawaran laki-laki tidak dikenal itu. Namun, baru saja mulutnya terbuka, laki-laki itu melepaskan pelukan Inez dan terhuyung ke belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Overdramatic (END)
Teen Fiction"Kamu minum berapa gelas sih? Mulut kamu bau banget tau nggak?" Cakra bertanya dengan satu tangan yang menutupi hidung dan mulutnya. Dahinya berkenyit bingung. "Jalan sama gue dulu, baru gue bakal jawab gue minum berapa," jawab Inez ngawur. Hal itu...