50

1.5K 83 3
                                    

Acara perdata ulang tahun Inez sudah berjalan lima belas menit, berbagai ucapan selamat ulang tahun sudah Inez terima dari teman-temannya, tapi cewek yang sedang memakai pakaian dress selutut berwarna merah merona dengan dipadukan flatshoes itu masih berdiri gundah dan melongokkan wajahnya ke sana ke mari.

Masalahnya hanya ada satu, Cakra belum datang. Beberapa kali Inez mengecek jam tangan yang melingkar dipergelangan tangannya, waktu semakin bergulir. Tapi, Inez belum melihat batang hidung Cakra. Hal itu semakin membuat Inez cemas sekaligus kesal.

Semakin malam, acara ulang tahun Inez semakin meriah saja. Apalagi dentuman suara music DJ dan penyanyi pendatang baru yang Inez sewa semakin meriahkan suasana. Tapi, si pemilik acara tidak sedang bersenang-senang. Inez gundah gulana, perasaanya sudah mulai kacau.

"Cakra kenapa belum datang sih?" Inez mengomel, bibirnya berdecak berulang kali. Tapi, Inez belum menyerah begitu saja. Ia terus melongokkan wajahnya ke sana kemari, berharap menemukan Cakra diantara kerumunan teman-temannya yang asik sibuk bergoyang karena alunan musik yang begitu menggetarkan jiwa dan raga.

Menggigit jempol tangannya, Inez pun akhirnya memilih menepi, ia ingin mengindari kerumunan. Ditengah perjalanan keluar dari desakan, tangan Inez ditarik kuat oleh seseorang. Inez memekik kecil dan terhuyung, lalu ketika sadar bahwa pelakunya ada Rian, Inez mendengkus panjang, tak lupa ia memberikan pelototan mata tajamnya.

"Lepasin gue!" sentak Inez ketika Rian masih memegang tangannya. Inez berusaha tenang, ia tidak ingin emosinya menguasainya.

"Jangan sensitif dan gue Nez, apalagi ini kan hari spesial lo. Joget bareng gue yuk?" Rian menawar keada Inez dengan senyuman lebarnya.

Inez tersenyum sinis. "Makasih atas tawarannya, tapi gue nggak minat. Lo ajak yang lain, ya? Gue mau pergi dari sini." Inez pun lantas membalikkan badan dan buru-buru mengindar dari Rian. Ia tidak menunggu jawaban dari Rian.

"Dia nggak datang?"

Pertanyaan Rian sukses membuat Inez berhenti melangkah. Inez tidak membalikkan badannya, tapi kalimat yang meluncur sukses dari bibir cowok itu membuat Inez memegang. Inez menatap lurus ke depan, kedua tangannya sudah terkepal disisi tumbuhnya. Menarik napas dalam-dalam berusaha untuk tenang, Inez pun akhirnya melanjutkan langkahnya kembali.

Inez ingin mengindari dari keramaian, lebih tepatnya ingin memenangkan dirinya. Jika Cakra benar-benar tidak muncul di sini, itu berarti ekspetasi Ines terhadap hari ulang tahunnya yang paling istimewa, akan tinggal kenangan.

Meskipun begitu, Inez masih berharap besar bahwa Cakra tiba-tiba mengejutkan dirinya, muncul di samping Inez.

***

Cakra melirik jam dinding, sekarang sudah pukul jam delapan malam, yang berarti acara ulang tahun Inez sudah berlangsung selama satu jam.

Satu setengah jam yang lalu, Cakra sudah bersiap dengan pakaian serapi mungkin untuk datang ke rumah Inez, untuk menghadiri acaranya. Tapi, ada satu hal yang mencegah Cakra pergi. Dan ia terpaksa mengurungkan niatnya untuk pergi ke acara ulang tahun Inez karena sesuatu yang menahan Cakra, mengharuskannya untuk tetap di rumah.

Nenek sakit.

Cakra tidak bisa meninggalkan neneknya. Badan neneknya terasa panas sekali, Cakra menjadi sangat khawatir bukan main. Neneknya memang sudah menyuruh Cakra untuk tetap pergi, takut Inez akan kecewa pada Cakra, atau yang paling buruk, Inez marah besar kepada Cakra karena tidak memenuhi janjinya. Tapi, Cakra tidak mau menuruti apa yang neneknya mau. Cakra tidak tega pergi meninggalkan nenek dalam keadaan sakit. Cakra terlalu takut.

Overdramatic (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang