43

1.3K 77 1
                                    

Seorang laki-laki yang memakai jas licin berwarna abu-abu terlihat keluar dari dalam mobilnya, berjalan pelan menuju restoran miliknya. Setelah sampai di dalam, ia melangkahkan kakinya ke arah sebuah ruangan.

Pintu dibuka dengan gerakan pelan, kemudian laki-laki itu masuk ke dalamnya, membuat laki-laki lain yang duduk di balik meja dengan laptop di hadapannya langsung menolehkan wajahnya ke arah pintu.

"Reno?"

"Halo Akbar." Laki-laki yang dipanggil Reno tersebut tersenyum hangat, kemudian ia berderap dan mengulurkan tangannya, minta dijabat. "Bagaimana kabarmu?"

"Aku baik-baik saja, silakan duduk No." Akbar menunjuk kursi dihadapannya. Reno pun mengangguk singkat.

Akbar menutup laptopnya lalu menggesernya ke samping, laki-laki setengah baya tersebut melipat tangannya di atas meja, tatapannya sekarang fokus kepada tamunya, yang tak lain dan tak bukan adalah sahabatnya.

"Ngomong-ngomong kenapa kamu ke sini No? Tumben banget nggak kabar-kabar dulu?" Akbar memulai pembicaraan.

"Aku juga nggak niat ke sini Bar, tapi tadi kebetulan lewat, terus mampir nggak ada salahnya, kan?"

"Siapa yang bakal ngelarang? Ini kan restoran kamu No." Akbar terkekeh pelan, begitupun dengan Reno. "Kamu mau makan atau minum apa gitu? Biar aku panggil salah satu pelayan."

Reno menggeleng. "Nggak usah Bar, aku ke sini cuma sebentar aja. Gimana restoran ini? Lancar? Pendapatan bulan kemarin lumayan naik jauh, kalo bulan ini apakah bisa menjamin kejar target?"

"Pasti itu No. Pelanggan makin hari makin rame aja. Nggak pernah sepi, omset bulan ini aku rasa juga bakal naik lagi, bahkan lebih dari target."

"Oh ya?" Satu alis Reno terangkat satu ke atas. Akbar mengangguk. "Bagus kalo gitu, aku nggak rugi nyerahin restoran ini sama kamu Bar. Setelah dilihat-lihat lagi, cocok juga ya kamu jadi bos di sini?"

Baik Reno dan Akbar langsung memecahkan tawa. Mereka tergelak dan tidak bisa berhenti untuk merendahkan tawanya. Kedua lelaki tersebut memang sudah berteman baik.

Restoran terkenal yang sudah memiliki cabang di mana-mana ini adalah punya Reno, usahawan yang sukses dan terkenal. Dikarenakan pekerjaan Reno sungguh banyak dan mustahil ia menghandel semuanya sekaligus, ia pun meminta Akbar, sahabatnya untuk mengurus salah satu restorannya. Untung saja Akbar setuju, pada saat itu juga Akbar tidak memiliki pekerjaan yang pasti. Oleh karena itu, ketika ditawari oleh Reno untuk mengurus salah satu restorannya, dengan senang hati Akbar menerimanya.

"Aku percaya kalo kamu bisa bikin restoran ini semakin maju. Aku senang bekerja sama denganmu." Reno memuji sambil tersenyum ramah, membuat Akbar langsung mengibaskan tangannya.

"Ah bisa aja kamu No." Akbar terkekeh. "Aku beruntung banget bisa kenal sama kamu No. Kamu orang yang baik, sebenarnya nyerahin posisi aku sebagai bos di sini sedikit berlebihan menurutku."

"Tidak masalah, aku percaya sama kamu Bar. Kamu juga baik dalam menghandel dan mengelola semua yang berhubungan dengan restoran. Lebih baik jangan dibahas lagi mengenai ini."

"Oh iya No, Rian gimana?"

"Maksudmu?"

"Anakmu itu sudah kelas dua belas, kan? Kamu mau dilanjut kuliah atau gimana?"

Reno mengangguk pelan. "Oh soal itu, semuanya aku serahin ke Rian langsung. Aku tidak mau dia terkekang dengan pilihan papanya. Dia punya jalan sendiri, aku yakin dia bakal sukses nantinya, mengikuti jejakku."

"Aku harap juga begitu," kata Akbar.

"Keluargamu sendiri gimana Bar? Baik-baik saja kan? Nggak ada masalah?"

Overdramatic (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang