40

1.4K 81 0
                                    

Rian melepaskan helm full face miliknya ketika sorot matanya tidak sengaja menubruk sesuatu. Setelah pembungkus kepala itu terlepas, kedua matanya menyipit, memperjelas penglihatannya.

Duduk di atas motornya, Rian kemudian membelalakkan matanya. "Cakra?" gumamnya dengan kening berkerut dalam serta kedua alis yang hampir menyambung.

Rian tidak mungkin salah lihat, dari jarak lumayan dekat ia melihat adik tirinya itu. "Ngapain dia di situ?" gumamnya lagi.

Pikiran Rian sudah bercabang ke mana-mana, ia menerka-nerka, berpikir kemungkinan yang paling masuk akal. Jelas tadi yang ia lihat memang Cakra, keluar dari restoran dengan apron yang mengalung lehernya. Cowok itu membuang sampah yang terbungkus plastik kresek hitam, kemudian kembali masuk ke dalam restoran.

"Apa dia kerja di situ?" ujarnya lagi. Rian merapatkan bibirnya. Ya, kemungkinan yang paling berdasar dan masuk akal adalah bahwa Cakra kerja paruh waktu di sana.

Rian mengecek jam di pergelangan tangannya, sekarang sudah pukul setengah sepuluh malam. Seperti biasa, Rian hendak pergi main bersama teman-temannya. Ia berhenti di pinggir jalan karena tidak sengaja melihat Cakra barusan.

Masih bertahan pada posisinya, Rian menimang apakah ia harus pergi atau tetap di sini. Jelas ia sudah ditunggu oleh para sohibnya, namun rasa penasarannya dengan Cakra semakin besar.

"Gue bisa nongkrong lain kali," ucap Rian mantap. Ia kemudian mengambil ponselnya, membuka room chat, dan mengirimkan pesan kepada teman-temannya bahwa ia batal bergabung untuk nongkrong.

Menurut informasi yang Rian dapatkan dari mesin pencarian di ponselnya, restoran yang tidak jauh darinya ini, yang kemungkinan besar Cakra bekerja di sana,  bakal tutup dalam waktu tiga puluh menit dari sekarang. Artinya, pukul sepuluh tepat. Restoran itu memang cukup terkenal, tapi tidak buka sampai larut malam.

Rian menatap ke depan, berpikir apakah ia harus tetap memantau dan menunggu Cakra keluar restoran atau ia bisa pergi sekarang dan ke sini lagi dalam waktu yang sudah ditentukan.

Namun, dikarenakan hanya mempunyai waktu tiga puluh menit, Rian akhirnya memutuskan untuk tetap duduk di atas motornya, tatapannya tidak beralih dari restoran tersebut. Tidak memakan waktu yang lama, Rian hanya perlu menunggu.

Detik berlalu menjadi menit, dan sekarang sudah pukul sepuluh tepat. Rian yang sudah agak bosan menunggu, sempat menguap juga, lantas membelalakkan matanya dan mulai fokus kembali.

Tidak lama lagi Cakra pasti akan keluar. Ya, Rian berharap seperti itu. Dan ucapannya terbukti, lima menit setelah itu Cakra keluar dari dalam restoran, membuat Rian tergelak dan membelalakkan matanya.

"Keluar juga akhirnya tuh anak." Rian tersenyum miring. Ia langsung mengenakan helmnya sesaat setelah ia melihat Cakra yang melaju dengan sepedanya.

Menyalakan motornya, Rian menarik gas hingga akhirnya motornya melaju dengan kecepatan pelan. Sebisa mungkin Rian menjaga jarak agar ia tidak terlalu kentara sedang mengikuti Cakra.

"Dia tinggal di mana sih? Jauh juga dari tempatnya kerja." Rian berucap. Ia merasa sudah terlalu lama berkendara dengan kecepatan rendah seperti ini.

Dan singkat waktu, akhirnya Cakra sudah sampai di rumahnya, membuat Rian tersenyum miring. Sebelum Cakra masuk ke dalam rumah kecilnya itu, Rian harus bisa mencegahnya terlebih dahulu.

Rian menaikkan kecepatan motornya, menimbulkan bunyi mesin yang meraung cukup keras, membuat perhatian Cakra langsung teralihkan. Pada akhirnya, Rian memakirkan motornya tepat di depan Cakra.

Mengangkat alisnya, Cakra memperhatikan pengendara yang belum ia ketahui. Beberapa saat setelah itu, ia terkejut ketika orang yang naik motor itu mematikan mesin dan membuka helmnya.

Overdramatic (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang