33

1.5K 103 0
                                    

Malu, itulah yang Cakra rasakan sekarang. Cowok itu tidak bisa berhenti untuk memikirkan kejadian di taman dengan Inez beberapa saat yang lalu. Cakra berulang kali membuang kasar napasnya sambil menggaruk kepalanya frustrasi, ia sesekali juga menggeram kesal.

"Cakra begoo!" umpatnya pada diri sendiri. Cowok itu merasa menyesal karena mencium kening Inez tanpa pikir-pikir terlebih dahulu. Entahlah, waktu itu Cakra seolah tidak sadar apa yang sudah ia lakukan. Walaupun Inez tidak marah, namun tetap saja Cakra merasa bersalah.

Tapi ... Tunggu dulu!

Cakra mengerjapkan matanya. Bukan hanya dirinya saja, Inez pun melakukan hal serupa. Cewek itu sudah mencuri ciuman pertamanya! Cakra langsung menyentuh bibirnya sembari melotot.

Cakra nyaris lupa akan hal itu. Tiba-tiba jantungnya berdetak dua kali lipat lebih kencang. Jadi, di sini siapa yang salah? Jelas Inez lebih dominan karena cewek itu mencuri ciuman di bibir. Tapi tindakan Cakra sendiri juga tidak bisa dikatakan benar.

Sebal sendiri, Cakra menjedotkan kepalanya berulang kali ke meja. Hingga Zidan yang baru saja masuk ke kelas seraya membawa minuman kaleng merasa bingung sekaligus terkejut.

"Cakra, lo kenapa woy?" Zidan duduk sambil meletakkan dua minuman kaleng tersebut ke atas meja. "Lo kerasukan setaan mana coba sampai jedotin kepala ke meja gitu? Nggak sakit pala lo tuh?"

Cakra mengembuskan napas lelah. Ia hanya melirik Zidan sebentar tanpa ada niatan untuk menjelaskan.

Zidan semakin dilanda kebingungan. "Lo kenapa sih?" tanyanya kepo. Zidan memutar tubuhnya lebih condong ke arah Cakra. Tangan cowok itu bergerak, kemudian berhenti tepat di kening Cakra. Sembari menyerngit bingung, Zidan membolak-balikkan telapak tangannya. "Nggak panas kok."

"Aku nggak sakit!" ujar Cakra jengkel sambil menatap Zidan sinis, bersamaan dengan itu ia menepis tangan Zidan.

"Terus kenapa? Kesurupan?" Zidan terkekeh. Cowok itu mengambil minuman kaleng yang ia beli di koperasi sekalian beli pulpen. "Nih minum dulu biar seger."

Cakra menatap minuman kaleng dingin yang Zidan sodorkan ke arahnya. Tanpa berpikir ulang, ia pun menyambarnya, membuka tutupnya, lalu meminumnya hingga tandas.

Zidan terbelalak. "Etdah ... Cepet amat habisnya? Lo kayak nggak minum air seabad aja." Zidan geleng-geleng tak habis pikir. "Gue aja belum buka tutupnya, lo udah habis aja. Parah lo emang."

"Aku kesal sama diri aku sendiri Dan." Akhirnya Cakra mengadu. "Aku harus gimana sekarang? Aku malu." Dengan tatapan bingungnya, Cakra menatap Zidan.

"Maksud lo apaan?" Zidan bertanya sambil menenggak minuman kalengnya sendiri. "Kenapa lo kesel sama diri lo sendiri?"

"Aku habis nyium Inez," ujar Cakra jujur.

"Uhuk ..." Zidan tersedak minumannya sendiri. Cowok itu terbatuk untuk sesaat, lalu melotot tidak percaya. "Apa lo bilang Kra?"

"Kamu nggak denger?"

"Gue cuma mau memastikan!" ucap Zidan heboh. "Gue takut kalo telinga gue yang bermasalah. Coba lo ulangi sekali lagi ngomong apa. Nggak mungkin, pasti gue salah denger!"

Cakra menurut. "Aku nyium Inez."

"Ha? Nyium? Ma-maksud lo?" Zidan terbata.

"Iya itu."

"Kok bisa?!" Zidan heboh sendiri. Ia berteriak keras hingga seluruh kepala yang berada di ruangan itu menoleh ke arahnya. Zidan nyengir dan meminta maaf kepada teman-teman kelasnya. Hingga akhirnya ia mendekatkan wajahnya ke arah Cakra. "Jelasin ke gue kenapa lo bisa nyium Inez woy? Lo kok berani? Gue kira lo nggak senekat itu."

Overdramatic (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang