38

1.3K 75 0
                                    

Cakra sudah sangat mantap dengan keputusan yang ia buat untuk mengikuti ekstrakurikuler basket. Di tempat kerja kemarin, sebelum ia pulang ke rumah, ia menyempatkan diri menemui bosnya di kantor. Dengan percaya diri, Cakra meminta ijin, meskipun ia tidak terlalu percaya diri bahwa bosnya itu akan setuju. Namun sangat diluar ekspektasinya, Cakra diijinkan dengan syarat tidak akan melupakan pekerjaannya.

Lagipula Cakra hanya meminta ijin setiap hari kamis sore saja, mungkin bosnya berpikir kalau hal itu tidak terlalu memakan banyak waktu.

Dengan percaya diri, Cakra melangkah mendekat ke arah sekumpulan siswa yang sedang bersiap-siap. Dari jarak jauh pun, Rian terlihat paling mencolok diantara yang lain. Mungkin saja karena Cakra hanya kenal kakak tirinya tersebut.

Menarik napas kuat-kuat, Cakra langsung melangkah ke tengah lapangan sesaat setelah menaruh tasnya di pinggir lapangan. Saat ini ia memakai kaus olahraga, karena ia belum mempunyai kaus khusus ekskul basket.

"Yan ..." Seorang cowok bertubuh cungkring mencolek pinggang Rian ketika ia melihat Cakra berjalan ke arahnya.

Rian belum menyadari kehadiran Cakra. Cowok itu masih sibuk memberikan sebuah arahan seperti biasanya kepada teman rekan satu timnya. Namun, ketika ia menerima colekan yang berasal dari samping kanannya, Rian langsung menoleh.

"Kenapa Di?" tanya Rian sambil mengangkat alisnya.

Tanpa mengucapkan sepatah kalimat, Adi menunjuk Cakra dengan isyarat menggunakan dagunya. Dengan ogah-ogahan, Rian mengikuti arah pandangan teman ekskulnya tersebut.

Dan sesuatu diluar pikirin Rian. Cowok itu terpaku ketika melihat adik tirinya berjalan ke arahnya. Rian menyipitkan matanya, memperhatikan Cakra yang jaraknya semakin dekat.

"Ada perlu apa lo ke sini?" tanya Rian to the point, nada suaranya terdengar berat dan sinis, seolah kehadiran Cakra sama sekali tidak diinginkan di sini.

Rian berjalan maju mendekati Cakra sambil memegang bola oranye di tangannya. Wajahnya datar, malah lebih dominan muak dengan keberadaan Cakra.

"Mau apa ke sini?" tanya Rian sekali lagi. Tidak disuruh, sekumpulan cowok yang ikut ekstrakurikuler basket tersebut berdiri di belakang Rian, memperhatikan Cakra.

Cakra merapatkan diri. Menatap satu persatu cowok dihadapannya. Memang, ekskul basket di sini tidak ada perempuan yang ikut. Cakra merapatkan bibirnya, kemudian mengangguk.

"Betul kan kalo ini ekskul basket?" tanya Cakra, menatap lurus ke arah wajah Rian. Tidak, lebih tepatnya menatap bola mata Rian yang sedang menatapnya tidak suka.

"Iya, terus lo mau apa?" todong Rian. Cepat dan jelas.

Cakra tersenyum tipis, ia kemudian menjulurkan tangannya ke hadapan Rian. "Ijinkan aku buat gabung di sini."

"Gabung?"

"Iya," balas Cakra kilat, mengangguk mantap.

Rian mendesah panjang, ia kemudian melempar bola ke belakang, yang langsung ditangkap dengan ahli oleh temannya. Rian melangkah ke depan, mendekati Cakra. Jarak mereka sangat dekat, tatapan mereka beradu.

Rian tersenyum. "Kita memang sedang kekurangan anggota, tapi gue nggak bakal merekrut lo. Karena gue leader di sini, jadi gue bakal menolak lo buat gabung."

Dengan tenang, Cakra membalas. "Kalo boleh tau, boleh kasih tau alasan yang jelas?"

"Nggak perlu pakai alasan, lo udah tau."

"Nggak ada yang jelasin, jadi aku nggak tau." Cakra menggeleng pelan, memperhatikan wajah Rian sembari mengangkat alisnya. "Gimana?"

Tangan Rian terkepal di kedua sisi tubuhnya. Tatapannya semakin tajam. Ekskul basket saat ini memang kekurangan anggota, tapi Rian sama sekali tidak berpikir bahwa Cakra akan bergabung.

Overdramatic (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang