32

1.3K 94 0
                                    

Walaupun setiap harinya Cakra tidak mengharapkan kedatangan Inez untuknya, tapi hari ini ia merasa bahwa cewek itu terlihat cukup aneh. Saat berpapasan di parkiran tadi pagi dengan Inez, Cakra sudah ingin melambaikan tangannya sambil tersenyum, namun niatnya itu terpaksa ia urungkan ketika Inez terlebih dahulu menatapnya dengan raut wajah tidak bersahabat.

Tersenyum tidak, menyapa apa lagi. Cakra pun hanya memperhatikan punggung Inez menjauh sembari memikirkan apakah dirinya mempunyai salah kepada Inez.

Saat pelajaran berlangsung pun, Cakra sama sekali tidak bisa fokus. Ia juga bingung dengan dirinya, kenapa akhir-akhir ini ia malah memikirkan cewek itu? Bukankah sebenarnya ini adalah hal yang bagus karena Inez menjauh? Tapi entah kenapa rasanya beda seolah Cakra sendiri tidak mau Inez pergi darinya.

"Jangan ngelamun mulu Kra," bisik Zidan sambil mendekatkan wajahnya ke arah wajah Cakra, tapi tatapannya masih mengarah ke papan tulis. "Lihat ke depan kalo nggak mau kejadian yang kemarin terulang lagi."

Cakra mengembuskan napas berat, dengan malas ia pun memperhatikan ke depan. Walaupun sebenarnya pikirannya tidak menerima materi yang guru berikan. 

Penyiksaan tiga jam selama pelajaran akhirnya berakhir, para murid sudah diijinkan untuk beristirahat kurang lebih selama lima belas menit.

Zidan baru saja akan mengajak Cakra mengobrol, namun Cakra sudah terlebih dahulu menggeser kursinya ke belakang hingga terdengar bunyi decitan geli. Cowok itu bangkit berdiri, tanpa berpamitan kepada Zidan, Cakra sudah berlari kecil keluar dari dalam kelas.

"Eh Cakra! Lo mau ke mana woy!" Zidan berteriak kencang sambil mengangkat bokoongnya dari kursi. Beberapa siswa di kelas menatapnya dengan bingung.

Cakra sama sekali tidak menggubrisnya panggilan yang terlontar dari bibir temannya itu. Ia berderap menuju kelas Inez, ingin bicara dengan cewek itu, memastikan apakah dirinya punya salah. Intinya Cakra harus bertemu Inez.

Setelah sampai, Cakra kelelahan. Dadaanya bergerak naik turun, napasnya tidak beraturan. Cakra perlu beristirahat sejenak agar tarikan napasnya kembali normal seperti sedia kala.

Setelah cukup, cowok itu menyetop seorang cewek yang hendak keluar dari dalam kelas.

"Aku boleh nanya sesuatu?" tanya Cakra.

"Mau cari Inez?" Cewek dihadapan Cakra menjawab, sempat membuat Cakra sedikit terkejut karena apa yang diucapkan cewek tersebut adalah kebenaran. Tidak mungkin dia cenayang, kan?

Cakra tersenyum kikuk, ia hendak menukas, tapi mulutnya tidak mengeluarkan suara ketika dari arah belakang cewek itu, Inez muncul dengan wajah datarnya.

"Ada perlu apa sama gue?" sahut Inez dengan nada suara yang terdengar ketus dan tidak bersahabat.

Cewek tadi pun melanjutkan langkahnya, tidak mau mengganggu Inez dan Cakra. Sekarang, Inez berdiri di hadapan Cakra sambil melipat tangan di depan dadaa, tubuhnya bersender di kusen pintu.

Dan yang paling membuat Cakra merasa bingung, wajah Inez terlihat datar dan terkesan malas bertemu dengannya. Cakra semakin cemas saja.

Cakra berusaha tersenyum. "Iya, aku cari kamu Nez," ujarnya.

Inez mengangguk pelan. "Kebetulan, ada yang mau gue omongin sama lo juga."

"Tentang apa?" tanya Cakra ingin tahu.

Inez mendesah cukup lama, namun ia menyambar tangan Cakra. "Nggak di sini," ujarnya datar. Tanpa menunggu persetujuan dari Cakra, Inez sudah terlebih dahulu berjalan sembari menarik tangan Cakra untuk ikut dengannya.

"Mau ke mana?" Kembali Cakra melontarkan pertanyaan. Yang lagi-lagi tidak digubris oleh Inez.

Sudah tepat, Inez pasti marah kepadanya meskipun Cakra sendiri masih bingung apakah dirinya punya kesalahan dengan cewek cantik itu.

Overdramatic (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang