7

7.3K 1.3K 130
                                    



Cahaya terang menyilaukan memenuhi pandangannya.
Sebuah kamera hitam di genggamannya dan saat dia menekan tombol rananya.

Dia mendengar suara tawa, suara tawa yang sama yang dia dengar tadi.

Flash.

Seulgi bisa melihat melalui lensa kamera, seorang wanita berdiri didepannya dengan tubuh telanjangnya yang tertutupi selimut putih sebatas dadanya.

Flash.

"Bear, stop"wanita itu sedikit berlari dengan tawanya ke arahnya untuk meraih kamera dari tangannya.

Dia menangkap tubuh wanita itu dan menariknya hingga mereka sama-sama terjatuh di atas ranjang.
Suara tawa dirinya dan wanita itu memenuhi ruangan.

Cahaya terang, terang dan semakin terang.

Seulgi tersentak dan langsung bangun terduduk di atas kasur. Keringat membasahi dahi dan punggungnya, tulang rusuknya terasa berdenyut karena gerakan tiba-tiba yang di buatnya tersebut. Di tambah lagi dengan denyutan hebat kepalanya sekarang membuat Seulgi mengeram kesakitan.

Mimpi? atau mungkin itu kenangan? entahlah, tapi gambaran yang terus berputar di otaknya itu membuat kepalanya terasa mau pecah sekarang.

Wanita itu, wajahnya terlihat terlalu buram untuk di lihatnya.
Tapi wangi tubuhnya, wangi yang di ciumnya di dalam mimpinya tadi bahkan masih melekat di indera penciumannya.
Itu seperti wangi parfum Irene. Apakah orang yang di dalam mimpinya itu Irene?

Anniya. Itu hanya mimpi. Seulgi menggelengkan kepalanya cepat lalu saat menyadari tempat tidur di sebelahnya kosong, alisnya mengkerut mencari Irene.
Karena sekarang masih jam 5 pagi jadi kamar itu masih terlihat sangat gelap. Seulgi meraih lampu tidur lalu menyalakannya lalu mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Irene.

Sampai akhirnya dia mendengar suara dari kamar mandi, Seulgi langsung turun dari ranjang mengambil tongkatnya dan berjalan ke pintu kamar mandi yang sedikit terbuka tersebut.

Seulgi mengetuknya pelan.
"Joohyun ah kau di dalam?"

Tidak ada jawaban, namun hanya suara itu lagi yang di dapatkannya. Seulgi akhirnya mendorong pintu itu dan langsung di kagetkan Irene yang sedang berjongkok di depan kloset.

Irene sedang muntah-muntah dan terlihat sedang kesulitan memegangi rambutnya.
Karena tidak tega melihat itu, Seulgi akhirnya bergegas ke sisi Irene dan meraih rambutnya.
Tanpa sadar tangannya bergerak dengan sendirinya memijat belakang leher Irene agar sedikit membantu Irene untuk berhenti muntah.
Hingga beberapa menit kemudian, Irene perlahan-lahan menegakan tubuhnya dan menatapnya malu.

"Gumawo sudah mau memegangi rambutku"kata Irene sambil tersenyum kecil dengan wajah pucatnya.

"Gwenchana? apa perlu aku panggilkan Dokter?"tanya Seulgi.

"Anniya, gwenchana perutku hanya sedang sensitif saja. Aku sudah merasa lebih baik sekarang"bohong Irene sambil tersenyum.

Seulgi diam sejenak menatap wajah pucat Irene lalu setelah itu tanpa mengatakan apapun dia membantu Irene agar berdiri dari lantai.

Seulgi menatap Irene dalam ketika Irene berdiri di depan wastafel dan menyikat giginya.
Entahlah, tapi tubuh mungil dan rapuh wanita di depannya itu seperti sangat ingin dia lindungi.
"Mwoya? perasaan apa ini?"batin Seulgi tidak terima.

Irene sedikit melirik Seulgi dan saat menyadari tatapan yang sulit di artikan olehnya dia akhirnya menyelesaikan sikat giginya.
"A...aku akan membuat sarapan"kata Irene.

USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang