12

10.1K 1.4K 119
                                    



Sepasang suami istri itu telah menghabiskan sisa malamnya dengan erangan kenikmatan, ciuman kasar ataupun lembut dan belaian lembut dari keduanya.
Masih melekat di ingatan mereka apa yang baru saja mereka lakukan, tangan menjajah di atas kulit masing-masing, gigi meninggalkan gigitan cinta kecil ketika mereka menjadi hilang dalam gairahnya.

Sepasang suami istri itu kini sedang berpelukan di balik selimut dengan senyuman di wajah mereka dan tidak ada satu inci pun ruang di antara kulit mereka.

Iya, mereka melakukannya. Akhirnya melakukannya.

"Jadi apakah sekarang kau mau memberitahuku panggilanku untukmu?"tanya Seulgi dan membuat Irene yang berada didekapannya terkekeh.

Dia yang awalnya sudah memejamkan matanya pun akhirnya membukanya kembali. Sepertinya suaminya itu benar-benar tidak ingin tidur. Padahal sekarang sudah menunjukan pukul tiga pagi tapi dia masih saja ingin mengajaknya mengobrol.

"Bear, besok aku kerja. Kau tidak mengantuk?"tanya Irene sambil mendongakkan kepalanya menatap Seulgi.

"Besok tidak usah bekerja saja"jawab Seulgi.

"Huh? wae?"

"Karena aku sakit"jawab Seulgi seraya menunjuk wajahnya yang memang penuh luka memar tersebut.

"Kau harus menjagaku seharian"kata Seulgi sambil menyengir.

"Heol!"Irene terkekeh tak percaya.

"Jadi?"Seulgi menagih.

Irene menghembuskan nafasnya.
"It's bunny, you call me bunny or Baechu"

"Baechu?"tanya Seulgi dan terkekeh gemas mendengarnya.

"Emm, kau dulu suka memanggil margaku begitu. Tapi semenjak kita menikah kau sudah tidak pernah memanggilmu begitu lagi"kata Irene sambil memainkan tangannya di rahang Seulgi.

Seulgi mengangguk mengerti.
"Jadi aku memanggilmu bunny?"

"Ne"jawab Irene.

"Alright then, uri bunny"kata Seulgi dengan nada gemasnya dan membuat Irene terkikik mendengarnya.

"So... kira-kira dia mini bunny atau mini bear?"tanya Seulgi seraya mengusap perut Irene.

"Dia masih terlalu kecil jadi kita belum bisa mengetahuinya. Kau maunya apa? mini diriku atau mini dirimu?"tanya Irene sambil mengusap tangan Seulgi di perutnya.

Seulgi tampak berpikir sejak.
"Hmm, apa saja yang penting dia terlahir sehat dan tidak kekurangan apapun"jawabnya kemudian sambil tersenyum membuat Irene juga ikut tersenyum.

"Geundae, akan lebih baik kalau dia laki-laki. Kita sudah mempunyai satu anak perempuan jadi kalau dia laki-laki keluarga kita akan semakin lengkap dan aku akan ada temannya. Di rumah kita sudah terlalu banyak perempuan"canda Seulgi.

Iya, Irene memang telah sedikit menceritakan tentang Bella dan Yeri tadi sebelum mereka akhirnya berakhir dengan bercinta.

Irene tersenyum lalu mengusap wajah Seulgi.
"Mmm, aku juga berdoa semoga anak kita nanti laki-laki dan mirip sepertimu"kata Irene lalu mengusap alis, mata, hidung dan juga bibir Seulgi hampir seluruh wajah Seulgi dia usap lembut sambil membatin agar anaknya benar-benar menuruni wajah menggemaskan Seulgi.

"Kau sedang apa?"heran Seulgi tapi dia menikmatinya. Usapan lembut tangan Irene membuatnya merasa rileks.

"Aku sedang membatin agar anak kita mirip sepertimu"jawab Irene jujur.

"Aigoo memangnya bisa?"heran Seulgi.

"Kata orang-orang tua sih bisa. Sshh diamlah bear"kata Irene tanpa menghentikan usapan tangannya.

USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang