9

7.4K 1.3K 107
                                    




"A...aku, aku ingin memastikan sesuatu, apa boleh?"tanya Seulgi takut-takut.

Yang bisa dilakukan oleh Irene hanyalah memberikan anggukan dan menunggu Seulgi untuk bergerak.

Tangan Seulgi menyelinap ke belakang leher Irene dan mengusapnya pelan.

Mata Irene tertutup ketika merasakan hembusan nafas lembut dari bibir Seulgi yang sedikit terbuka.
Tangan kiri Seulgi menekan pinggang Irene dan menariknya agar lebih dekat dengannya menyatukan panas tubuh mereka.

Jantung Seulgi semakin melonjak ketika dia mendorong kepalanya ke depan agar bisa lebih dekat dengan bibir Irene. Dengan gerakan pelan dan lembut Seulgi mempertemukan bibirnya dengan bibir Irene.

Namun ciuman lembut itu tidaklah bertahan lama, bibir mereka beradu lebih dalam dan dalam seolah-olah mereka telah berpisah dan mencari itu selama bertahun-tahun.
Tangan kiri Seulgi mengusapi pinggang Irene dan tangan Irene bergerilya di sela-sela rambut Seulgi dan memiringkan kepalanya untuk akses yang lebih dalam lagi ke mulut Seulgi.

Seulgi merubah posisinya menjadi duduk dan mengangkat Irene di atas pangkuannya tanpa melepaskan lumatan bibir mereka.
Namun beberapa detik kemudian Seulgi tiba-tiba saja memisahkan diri dari Irene dan menyatukan dahi mereka mengatur nafas masing-masing.
Seulgi membuka matanya untuk menatap Irene yang terengah-engah di depannya.
Keinginan yang sangat kuat tiba-tiba saja memenuhi benak Seulgi.
Keinginan untuk melihat Irene, dengan tubuh telanjang di bawahnya, menjeritkan namanya dan melengkungkan punggungnya ketika dia mencapai ketinggian.
Keinginan itu benar-benar tidak bisa dia kontrol lagi. Dia tidak bisa menahannya lagi, hingga akhirnya dia merubah posisinya dan mengangkat tubuh Irene menjadi di bawahnya.

Dia tidak terkejut ketika mendengar teriakan kaget dari bibir Irene karena perlakuannya tersebut.
Tidak butuh waktu lama untuk Irene mengerti apa yang diinginkan suaminya tersebut ketika bibir Seulgi berada di bibirnya lagi.
Seulgi menggerakkan lidahnya di bibir bawah Irene solah meminta ijin, dan setelah Irene membuka mulutnya dia mendorong lidahnya masuk ke dalam memulai pertempuran dengan lidah Irene.
Tidak peduli siapa yang menang, tangan Seulgi mulai menjelajah ke bagian bawah Irene dan mengerang ketika ketika dia merasakan tangan Irene menggaruk punggungnya melalui kaosnya.

Seulgi melepaskan diri sejenak untuk melepaskan kaosnya lalu melemparkannya ke lantai.
Dia menghela nafasnya senang ketika tangan Irene mengusap-usap perutnya.
Dia melepaskan kancing piyama Irene satu persatu sambil berciuman kembali.

Setelah piyama itu terlepas dia juga membuangnya ke lantai. Bibir Seulgi berpindah ke rahang Irene sebelum akhirnya berpindah ke leher jenjang Irene dan berlari perlahan melewati pundak telanjangnya.
Tangan Seulgi mengusap-usap punggung Irene sebelum akhirnya bersentuhan dengan pengait bra Irene.
Dan ketika dia mencoba melepaskannya, tiba-tiba saja dia merasakan tangan Irene di bahunya sedikit mendorongnya.

"Tunggu!"pekik Irene.

Seulgi mundur sedikit dan menatap Irene.
"M...mianhae. Aku pikir kita...

Dengan cepat Irene membungkam bibir Seulgi dengan jarinya.
"Anniya. Bukannya aku tidak menginginkan ini Seul, aku hanya berpikir ini bukan waktu yang tepat. Percayalah aku juga menginginkannya, tapi aku pikir kita harus menunggu sebentar"kata Irene.

Seulgi mengangguk dan kecewa dalam diam, tapi dia mengerti, dia tidak mau memaksakan.
Dia akhirnya turun dari sofa dan duduk dengan benar sambil memakai kaosnya kembali.

Irene juga melakukan hal sama dan setalah selesai mengancingkan piyamanya dia menangkup wajah Seulgi, dia tidak mau membuat Seulgi marah. Sungguh dia juga sangat ingin melakukannya dan melayani suaminya. Hanya saja dia masih takut, dia takut menyakiti bayinya. Apa lagi kehamilannya masih sangat rentan. Dia harus memastikannya dulu nanti dan bertanya kepada dokter. Dia tidak mau kalau sampai terjadi apa-apa dengan calon anak mereka.

USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang