5. Bukan kencan.

11.6K 585 6
                                    

Sambil tersenyum senang Gracia berjalan ke arah sofa, dia melihat cowok itu bicara dengan para pegawai bengkel. Akhirnya selamet juga dompetnya, meski dia dokter tapi ya tidak kaya amat. Mana ada di dunia ini seorang dokter murni yang bisa menjadi konglomerat, oh ya ada. Di dalam kisah sebuah novel online mungkin.

Dan matanya memandang ke depan, bagus juga tubuhnya, tinggi dan ideal, tampangnya juga cakep, meski cuma pake t-shirts dan jeans saja, sudah terlihat keren dan berkelas. Kapan lagi bisa menikmati pemandangan indah kayak begini. Dalam hati Gracia mengutuk diri, dasar jomblo, batin Gracia ngenes.

Cowok itu berjalan menghampiri Gracia dan mengambil minuman di tangannya dan tanpa permisi, dia menenggaknya habis. Ternyata ganteng-ganteng lancang. Ya sudahlah maafkan saja yang penting ganteng. Memang good looking itu adalah privilage.

"Sepertinya kita belum berkenalan, aku Archer." Archer menyodorkan tangannya.

"Ya, kenalan yang sangat terlambat. Aku Gracia." Dia sambut uluran tangan Archer.

"Daripada tidak sama sekali. " Jawab Archer sambil tertawa kecil,

"Terserahlah." Balas Gracia tanpa menoleh. Pura-pura saja itu.

"Let's go." Tanpa permisi Archer menarik tangan Gracia.

"Hah, kemana?" tanyanya, main tarik saja anak orang.

"Aku lapar." Archer menjawab.

"Mobilku?" tanya Gracia bingung.

"Mobil itu baru bisa selesai seminggu lagi, kamu mau menunggu disini?" tanya Archer keheranan.

"What?!" pekik Gracia.

"Apa suaraku kurang keras? Apa aku harus teriak nona Gracia?" tanya Archer dengan nada yang menyebalkan.

"Ga bisa hari ini ?" tanya Gracia polos, besok kerja ngesot?

"Mereka tukang bengkel Gracia, bukan tukang sulap." Archer menjawab dan tertawa terpingkal-pingkal, dia hanya membatin, polos sekali gadis ini, padahal tampangnya terlihat pintar, melihat ekspresi mukanya yang masih bengong . Dia terlihat imut.

Gracia menepuk jidatnya, ya iyalah, ga mungkin juga benerin segala penyoknya dalam satu atau dua jam, emang lagi nambal ban, Gracia baru menyadari kebodohannya. Oh God. Di mana otak dia disaat begini. Bersama dengan cowok asing, baru tau namanya setengah jam yang lalu. Gracia ini nekat. Dia melirik cowok itu dari sudut matanya, ganteng ya Tuhan. Hatinya meronta.

"Ya Tuhan, terimakasih sudah mengirim makhlukmu yang keren ini untuk kunikmati sebentar." Batin Gracia.

Dia berada di sebelah cowok itu, yang mana terlihat begitu keren menyetir dengan sebuah kacamata yang selalu bertengger di sana. Kenapa juga pakai kacamata, padahal mata itu begitu bagus. Tapi berkacamata dia juga terlihat tampan. Ya Tuhan, Gracia kembali merana. Kenapa pikirannya begini amat.

"Makanan apa itu." Archer menunjuk sebuah banner.

Gracia tersadar dari lamunannya. "Baso, meatball pakai kuah kaldu." Jawabnya

"Good, let's eat baso." Archer segera memutuskan. Dan segera berhenti di sana.

Gracia sedikit geram, ini orang nanya dulu kek dia mau diajak kesitu apa enggak, main bawa aja. Meski dia juga doyan baso, tapi caranya benar-benar menyebalkan. Apa dia selalu memutuskan semuanya sepihak? Ayolah Gracia punya mulut, tolong tanyakan sebelumnya dan akan dibalasnya dengan senang hati, Gracia merengut saja akhirnya.

"Kenapa muka kamu?" tanya Archer polos setelah mereka memesan.

"Aku sedang berpikir, bagaimana aku berangkat kerja besok tanpa mobilku." Gracia beralasan, padahal otaknya memikirkan yang lain. Dan rasa baso ini lumayan juga untuk hati kesal dan perut lapar.

I call it loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang